Backstreet Of Badboy (COMPLET...

By sithaiteaaa

360K 17.8K 21.9K

[BEBERAPA PART DIPRIVAT FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Akibat masa lalunya yang kelam membuat cewek dingin, cantik... More

Chapter 1
T O K O H
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43 [REVISI]
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47 [REVISI]
Chapter 48 [REVISI]
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51 [REVISI]
Chapter 52 [REVISI]
Chapter 53 [REVISI]
Chapter 55 [REVISI]
Chapter 56
Chapter 57 [REVISI]
Chapter 58 [END]
EXTRA PART
EXTRA PART II
EXTRA PART III

Chapter 54 [REVISI]

2.3K 100 4
By sithaiteaaa

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian (◕‿◕✿)

Happy Reading...   

Selamat malam, udah siap ketemu babang depan?

Chapter ini panjangggg aku sarankan baca saat waktu luang yaaaa, semoga ga bosen hehe

——

"Kamu udah siap?"

Amel menerima uluran tangan Devan sambil tersenyum lebar, cowok itu mengengam tanganya lembut sesekali mengencupnya penuh kasih sayang. Devan semakin di buat gila oleh kekasihnya itu, apalagi malam ini Amel sangat berbeda dengan dress pink yang menggantung tubuhnya.

Devan tidak bisa membayangkan jika Amel meninggalkannya. Lebih baik ia mati saja, dari pada harus hidup tanpa Amel di sampingnya. Ya, kedengerannya lebay, tapi Devan berani bersumpah jika ia tidak bisa hidup tanpa Amel.
"Dev, kamu kenapa liatin aku kaya gitu? Ada yang salah di muka aku? Lipstiknya blepotan atau bedaknya ketebelan--"

Perkataan Amel terhenti, tiba-tiba Devan menyodongkan badannya secara tidak langsung bibir mereka hampir bersentuhan, Amel memejamkan mata menikmati setiap hembusan nafas yang menerpa wajahnya.

"Cantik sih, tapi belekan." bisiknya. Lalu menarik tubuhnya kembali.

Langsung saja Amel membuka matanya, menatap Devan yang sedang menatapnya dengan pandangan geli. Berikutnya, memukul dada Devan dengan kesal namun tidak ada apa-apa bagi cowok itu.

"Dihhhh nyebelin banget sih lo! Kamu tuh---au ah kesel." Amel melipat kedua tangan depan dada, manatap Devan penuh permusuhan.

Berbeda dengan Amel, cowok itu menikmati pemandangan di hadapanya. Menjahili Amel menjadi kebiasaan tiga minggu belakangan ini. Amel tanpa lucu di matanya, selalu begitu.

"Kenapa? Berharap aku cium." tidak ada kata bosan menjahili Amel bagi Devan.

"H-ha? Apaan sih kamu, s-siapa juga yang ngarep di cium. Gak ya!" bantah Amel salah tingkah. "Tau ah!"

Tiba-tiba...

Bruk!

Seorang menarik lengannya sampai menabrak suatu keras menghantamnya. Bukan hanya itu, lengan kekar melingkar pinggangnya. Dan, benda kenyal mendarat kepalanya terus-menerus.

"Tunangan aku ambekan ternyata!"

"Apaan sih!"

"Ngerasa?"

"Udah lah kita harus pergi, pasti mereka udah menunggu."

Devan semakin merapatkan tubuh mereka, memejamkan mata, menghirup aroma cherry blossom yang selalu menjadi candunya. Ia tidak merespon ucapan Amel, menariknya lebih dekat tanpa peduli sekitar, seakan dunia milik berdua aja.

"Dev, ayolah. Kita harus pergi sekarang, biar gak kena omelan bunda pulang malam."

"Aku udah izin sama bunda,"

"Terus katanya apa?"

"Bilang gini 'bunda kasih izin kamu tapi ga boleh macem macem, jaga Amel.' gitu doang sih, ya kamu tau bunda orangnya santai tau!"

Ada sedikit perasaan tidak rela, saat Amel menjauhkan tubuhnya, tidak terlepas. Kini, Amel sudah menatapnya penuh penjelasan.

"Setelah acara selesai, aku bawa kamu ke suatu tempat." seolah tahu, Devan berkata.

"Ayo," Devan mengaitkan jari besar dengan jari mungil milik Amel, membawanya mobil mereka.

Malam ini. Malam tidak pernah ia lupakan.

~~BOB~~

Iring nada mengiringi setiap gerakan insan manusia saling memadu satu sana lain, menatap, memuja sesama. Ada Cinta begitu besar di matanya, terus tersenyum menatap tanpa bosan sang pujaan hati.

Amel menyenderkan kepalanya dada bidang Devan, bergerak seirama. Devan semakin merapatkan tubuh mereka, sekali menunduk dan mencium kepala Amel.

"Dev..."

Devan bergumam sebagai jawaban, matanya terpejam menghirup aroma tubuh Amel selalu menjadi candunya.

"Apa kita terus bersama?" Amel mendongak, tanganya mengelus rahang kokoh Devan. Tatapannya mengisyaratkan sesuatu.

Sontak, Devan membuka matanya. Ia tidak cukup terkejut dengan perkataan Amel sebelumnya cewek itu sudah mengatakan hal serupa.

"Pasti sayang," tanganya bergerak menggelus punggung Amel sedikit terbuka. "Kenapa?"

Amel menghembuskan nafas lalu menggeleng. "Entahlah, "

"Nikmati saja malam ini sayang, jangan banyak berfikir."

Amel mengangguk, ia setuju! Kepala sudah pusing, memikirkan hal yang belum tentu terjadi dan buat apa? Benar kata Devan, ia harus menikmati setiap detik dalam hidupnya. Itu sangat berarti. Tapi...entahlah, ada sesuatu yang menggangu fikirannya saat ini.

Keduanya terdiam sampai Amel membuka suara, "Dev, mama Dita bilang kamu kuliah di luar, apa itu benar?" setelah berapa menit keduanya terdiam, Amel menayakan pertanyaan yang selalu mengganggu di kepalanya selama berapa bulan ini.

Devan sedikit menunduk untuk menatap wajah gadisnya, tinggi Amel hanya sebatas dada Devan. Mencuri satu kecupan di pipinya. "Pria tua sialan yang pengin aku kuliah di luar." masih dalam memeluk Amel, keduanya melangkah ke kanan dan ke kiri mengikuti irama musik.

Tubuh Amel menegang, Devan merasakan itu membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Ia takut Amel-nya marah, kembali kehilangan lagi. Takut, sangat takut. Sial! Pria tua itu berulah lagi, mengatur hidupnya, sampai kapan pun tidak pernah menganggapnya. Bagi Devan papa-nya sudah mati.

"Jangan di pikirin, kita bicarain ini nanti ya." ucap Devan lembut, mengencup puncak kepala Amel. Ia sangat-sangat menyayanginya.

Masih banyak pertanyaan yang sangat mengganggunya, namun Amel harus mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Devan dan moment mereka sekarang tidak baik jika bicarakan sekarang. Amel tidak mau merusak suasana dengan pertanyaannya itu.

Waktu begerak maju, malam semakin pekat tidak menyurutkan dua insan tidak ada bosan menatap pasangan masing-masing, memadu kasih setiap insan berada di sana. Ada cinta di mata mereka, saling memuja, bergerak mengikuti lantunan nada, sangat menikmati.

Mereka tidak menyangka akan di persatukan dengan ikatan cinta. Cewek lugu yang ia temui di ruang musik sekarang bersamanya dan menatapnya penuh cinta.Devan tidak pernah menyangka hatinya akan jatuh sejatuh-jatuhnya pada cewek di hadapanya, ternyata benar kita tidak bisa menantukan di mana hatinya akan berlabuh.

Devan berjanji tidak akan membiarkan Amel pergi darinya, lagi.

Tidak akan.

Mereka akan hidup bersama dengan mimpi-mimpi mereka, begitupun Devan sudah memiliki mimpinya bersama Amel, membangun rumah tangga bersama anak-anak mereka dan hidup bahagia.

Suara riuh menarik Devan dunia nyata, bukan apa-apa tempat mereka menggelar pesta tiba-tiba listrik padam tak hanya sampai di sana, berapa menit lampu padam terdengar suara tembakan sebanyak 2 kali entah datangnya dari mana, semuanya mengeluarkan ponsel dan menyalakan flash, ada sebagian berlari keluar ruangan untuk menyelamatkan diri mereka. Berjaga-jaga takut terjadinya hal tidak diinginkan.

"Kamu di sini aja ya, ada Citra yang nemanin kamu." ucap Devan seraya mengelus pipi gadisnya.

"Kamu mau ke mana?" 

"Aku harus cari tahu, sumber kekacauan ini" 

"Tapi--"

"Iya Mel, Devan bener lo mending sama gue aja. Urusan itu biar jadi urusan laki-laki," timpal Citra meyakini Amel.

Awalnya Amel menatap Devan ragu, cowok itu mengangguk dan mengatakan semuanya baik-baik saja. Amel mengalah, membiarkan Devan mencaritahu terjadinya pemadaman ini. Dan suara tembakan itu....ia yakin ada orang sengaja membuat kericuhan ini.

"Lo tenang aja Mel, Devan aman sama gue, gak bakal ada yang berani ganguin pacar lo." celetuk Alan membuat Amel mendengus.

"Cit, gue nitip cewek gue ya," ucapnya pada Citra, lalu beralih menatap Amel. "Kamu harus percaya sama aku Mel." meski ragu Amel tetap mengangguk.

"Kalian di sini, kita harus kejar pelakunya sampe dapet. Arah suara tembakan itu dari arah taman belakang." ucap Ardan tiba-tiba dengan menuntun Farah, di kehamilan yang menginjak angka 9 ini Farah sedikit kesulitan berjalan lantaran terhalang perut besarnya.

"Taman belakang? Setau gue di sana sepi." gumam Alan.

"Yaudah lah, langsung aja ke sana." usul Devan yang di angguki lain.

"Lo tenang aja, Devan pasti baik- baik aja." kini giliran Farah menenangkan Amel.

'Iya, semoga aja.'

~~BOB~~

Satu jam berlalu belum ada tanda-tanda Devan akan kembali, Amel mundar mandir layak setrika, ia tidak tenang sebelum memastikanya sendiri. Takut terjadi sesuatu pada cowok itu, belum lagi Citra melarangnya untuk pergi.

"Devan gapapa, pasti dia baik-baik aja lagian juga ada anak-anak pasti nemenin dia." Citra mengelus pundak sahabatnya, ia paham.

"Tapi gue ga bisa diam aja disini!! Ini udah satu jam, masa ga ada kabar juga, apa gue susul aja ya," Amel ingin pergi namun kedua tanganya ditahan oleh Farah dan Citra yang menjaganya dikedua sisi.

"Nih anak batu banget sih!! Jangan macem-macem deh, yang ada kita kena marah karena biarin lo pergi," semprot Citra.

"Sini Mel, temenin gue sama baby katanya kangen nih." aura keibuan terpancar, Farah menarik Amel agar duduk disampingnya, anehnya cewek itu nurut.

Farah tersenyum, membawa tangan Amel menyentuh perut besarnya. "Engga kerasa ya, perasaan baru kemarin gue masuk sini kenal lo pada, sekarang udah jadi ibu aja, antara seneng sama sedih sih. Di umur segini gue harus ngurus anak sedangkan yang lain belajar untuk menggapai masa depan." isaknya.

Amel merangkulnya, "Kita jadiin ini sebagai pembelajaran ya, harus pinter-pinter cari lingkungan satu sirkel sama kita. Nikmatin aja yang terjadi sekarang, terus menyesal ga akan ada habisnya, gue yakin tuhan lagi nyiapin anak luar biasa seperti ibunya."

Citra ikut mengelus punggung Farah menangis mungkin hormon kehamilan membuatnya gampang melow, tapi dalam hati mendumel masih dendam dengan cewek itu. "Iya bener, udah ihh ga usah nangis nanti pada mikir kalo kita bully lo." celetuk Citra. 

"Citra lo dipanggil panitia tuh!" cewek itu menatap lawan bicaranya dengan tatapan binggung. "Ngapain?"

"Engga tau, udah susulin aja siapa tau penting." 

Citra mengganguk, menatap Amel dan Farah. "Gue titip Amel" ucapnya pada Farah, lalu menatap tajam Amel. "Dan lo! Jangan coba-coba buat pergi tanpa sepengetahuan kita."

Amel mendengus malas. "Iya ya, bawel udah sana pergi." mendorong tubuh Citra.

---------

"Permisi, liat Devan?" tanya Amel pada cewek berambut sebahu yang kebetulan melintas di depannya.

"Hmm...tadi gue liat di lorong lab Ipa," jawab cewek itu ragu.

Amel tersenyum menanggapi. "Ah, makasi." setelah itu Amel berjalan menuju arah yang cewek itu bilang tadi.

Ya, saat ini seluruh kelas XII mengadakan prom night di laksanakan aula sekolah, untung saja aula sekolah sangat lebar ukurannya muat hingga ratusan siswa sekaligus, sebenarnya beberapa dari mereka ada yang mengajugakan pendapat agar pelaksaan tidak di sekolah terus menerus tapi kepala sekoleh keukeh untuk mengadakanya di sekolah, menjaga hal-hal yang tidak di inginkan, katanya.

Setelah kepergian Devan, Amel memaksakan diri untuk keluar dari area aula itu, namun Farah dan Citra jelas tak mengijinkan. Amel kesal, cewek itu mangambil kelemahan dari kedua cewek itu, Citra pergi tiba-tiba saja ada yang memanggilnya, dan Farah meminta izin untuk mengambil minum kehamilan sudah besar itu Farah sering sekali merasa harus terutama pada malam hari.

"Dev, kamu ada di sini?"

"Kok gelap banget sih di sini, Dev kamu di sini kan?"

"Aku gak bisa ngeliat apa-apa di sini gelap."

"Jangan becanda deh...."

Amel melihat sekitarnya yang sangat gelap, cewek itu tidak bisa melihat apa-apa, semuanya gelap. Padahal ada beberapa lampu yang terpasang tapi mengapa saat ini lampu itu gak berfungsi.

"Dev, jawab dong. Jangan buat aku ta--"

Karena pencahayaan kurang, gelap, tidak bisa melihat sekitarnya Amel sampai tidak sadar ada seseorang yang mengikutinya dari belakang dan membekap mulutnya dengan sapu tangan sudah dituang obat tidur. Terakhir kali Amel lihat hanya wajah yang sangat ia kenal sebelum menutup matanya.

~~BOB~~

"Enggak ada kerusakan di sini, nih pelaku nembakin ke udara. Terus motifnya apa ya?" Alan mengetuk dagunya seolah sedang berfikir keras.

"Di sini emang gelap banget sih, sampai gak kelihatan kalo ada maling masuk." gumam Ardan.

"Saklar aman, tadi sempet ada yang nurunin. Tapi udah gue benerin lagi, mungkin sekarang lampunya udah nyala lagi." ucap Sakti datang memberitahu mereka. Sakti di tugaskan oleh Devan untuk mengecek pusat saklar, sedangkan dirinya mencari tahu asal mulanya terjadi tembakan itu. 

Devan mengangguk. "Gue udah ngecek sekitar ternyata gak ada kerusakan apapun, kemungkinan besar pelaku menembaknya ke udara."

"Tapi kira-kira tujuannya apa ya?" tanya Sakti bingung.

Hening. Tidak ada yang membuka pembicaraan sampai Alan menyeletuk...

"Buat ngalihin perhatian kita kali ya,"

"Mungkin aja sih,"

Dengan segera Devan menggeleng, harus berfikir positif Devan, batinya. Semuanya akan baik-baik saja, ya baik-baik saja, kata kata itu lah yang terus ia ucapkan dalam hati.

"Kita harus kembali ke pesta," tegasnya berjalan lebih dahulu.

"Ngapa tuh bocah,"

Ardan menoyor kepala Alan. "Gara-gara lo tulul," kesalnya ikut menyusul Devan.

"Apa yang salah dari ucapan gue," 

Begitu sampai tempat pesta Devan di kejutkan dengan Farah menangis di pelukan Dina dan Citra terlihat sedang mencemaskan sesuatu. Ada yang menganjal di sini...Amel! Ya, Amel! Devan tidak melihat keberadan gadisnya.

"D-devan,"

Devan berjalan mendekat, semua orang berada di sana menatap Devan dengan wajah tegang. Tangisan Farah semakin menjadi saat melihat keberadaan Devan di sini. 

"Di mana Amel?" tanya Devan langsung.

Tubuh Citra menegang namun sebisa mungkin cewek itu menutupinya. Setelah mengumpulkan keberanian Citra berani menatap Devan yang menatapnya penuh kejelasan. 

"A-amel--"

"Ya ampun! Kamu kenapa nangis sayang?" pekikan Ardan menyela ucapan Citra, cowok itu datang langsung memeluk Farah.

"A-amel hiks....hiks"

"Udah ya, jangan nangis lagi. Inget kamu lagi--"

"GUE TANYA DI MANA AMEL BODOH?!"

Bukan hanya Farah, semua orang berada di sana pasti terkejut mendengarnya. Nyali sudah Citra kumpulkan seketika menciut apa lagi melihat wajah Devan memerah, emosi.

"LO SEMUA BISU HAH?! JAWAB GUE DI MANA AMEL?! BANGSAT!"

"DI MANA DIA?!"

"Amel menghilang!" seru Citra lantang.

Sementara tangisan Farah semakin menjadi, ini salahnya! Jika saja ia tidak meninggalkan Amel begitu saja sudah pasti Amel ada di sini bersamanya.

"Apa maksud lo?" Devan berjalan mendekati Citra, mencengkram lengannya dan menatap cewek itu tajam.

Reflks Citra melangkah mundur dengan langkah Devan terus berjalan maju. "Bisa lo ulangin lagi?"

"Amel gak ada, gue gak tau dia di mana tiba-tiba aja dia pergi tanpa sepengetahuan gue," 

Prang!

Devan menghancurkan semua berada di meja, tidak peduli perhatian murid lain masih berada di dalam, menjambak rambutnya frustasi, "KENAPA LO BIARIN GITU AJA BODOH?!" semakin mendekati Citra ketakutan. "Gue ga akan maafin sampai terjadi sesuatu sama Amel."

"G-gue--"

"Ini salah gue!" 

"Apa maksud kamu Far?" tanya Ardan heran.

"Ya ini salah gue ninggalin dia sendiri. Setelah lo pergi Amel maksa buat memuin lo karena dia takut terjadi apa-apa, saat Citra pergi karena panitia memanggilnya Citra titipin Amel sama gue." Farah mengigit bibirnya, mencegah dirinya akan menangis lagi. "Karena kehamilan gue, gue jadi lebih sering haus, gue izin ke Amel buat ngambil minum...t-tapi setelah gue balik Amel udah gak ada di tempatnya....maafin gue, ini salah gue hiks," Ardan mengelus punggung Farah, hormon hamilnya membuat cewek itu lebih sensitif.

Sial!

Dia kecolongan!

•••••

HUAAAA....AMEL KENAPA?

2000 Word🔥🔥🔥🔥🔥🔥 puas banget ga tuh???

Maaf banget, bagian ini feel nya gak dapet samsek, maaf sekali lagi:(

Banyak banget sih yang mau jahatin Amel, padahal kan Amel baik lho:(

Vote, komen dan share yang lainnyaaa yaaaaaa

35 vote for next, gimana?

Enaknya next up kapan ya? Tapi aku gak bisa buru-buru ya, biar dapet feel nya wkwk

Tbc❤

MELVAN❤

Continue Reading

You'll Also Like

6.5K 1.3K 38
harap follow dulu sebelum baca! biar tambah sopan!! menceritakan tentang kehidupan seorang gadis yang baru berusia 17 tahun yang harus menghadapi lik...
719K 56.1K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
445K 19.1K 61
Ini kisah Mady dan Griff. Dimana Mady cewek galak yang di jodohkan dengan Griffin George sang ketua Ravegar gang, cowok bermata tajam, rahang tegas b...
12.9K 1.5K 45
⚠BANYAK MENGANDUNG KATA-KATA KASAR, HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN⚠ Cowok cuek VS Cewek culun, kira-kira siapa yang menang?? SELAMAT MEMBACA!!🤗 Start :...