Backstreet Of Badboy (COMPLET...

By sithaiteaaa

360K 17.8K 21.9K

[BEBERAPA PART DIPRIVAT FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Akibat masa lalunya yang kelam membuat cewek dingin, cantik... More

Chapter 1
T O K O H
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43 [REVISI]
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 47 [REVISI]
Chapter 48 [REVISI]
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51 [REVISI]
Chapter 52 [REVISI]
Chapter 53 [REVISI]
Chapter 54 [REVISI]
Chapter 55 [REVISI]
Chapter 56
Chapter 57 [REVISI]
Chapter 58 [END]
EXTRA PART
EXTRA PART II
EXTRA PART III

Chapter 46

1.9K 107 9
By sithaiteaaa

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian (◕‿◕✿)

Happy Reading...
   

Satu bulan sudah Devan menjalani rawat jalan dan buktinya ia sudah bisa berjalan walau perlahan, tak hanya itu ia sudah berkumpul kembali dengan teman-teman nya dan bersekolah kembali meski Dita sempat melarang dengan alasan belum sepenuhnya membaik, takut terjadi sesuatu dengan anak laki-laki nya itu.

Siang ini para laki-laki; Alan, Ardan, Mario, Raka, Farel, Gibran sedang berkumpul di taman belakang rumah Devan sambil bernyanyi ria dan bermain kartu UNO. Sedangkan para perempuan; Farah, Amel, Salsa, Citra, Dina berkumpul di dapur membuat makanan biasalah urusan ibu-ibu tak jauh dari dapur.

"Nyet giliran lo nih!" seru Gibran melepar berapa lebar kartu yang telah di kocok.

Mario mengambil selembar kartu secara acak, di baliknya pelan kemudian berdecak setelah membaca tulisan di kartu itu.

"Woi anying! Buruan baca isinya apaan?!" seru Alan tidak sabaran.

Mario menatap mereka satu persatu dan berkata, "Telepon mantanmu bilang ke dia 'balikan yuk!' telepon di depan pacarmu."

"Wohoo! Mampus lo?!" 

"Putus! Putus!"

"Ada perang dingin nih bentar lagi!"

"Balikan sama mantan nih keknya!!"

Ejekan puas teman-teman nya, tentu saja mereka puas kalian bisa bayangkan punya mantan yang centilnya minta ampun berapa kali dia merengek minta balikan sampai Mario muak mendengarnya.

Belum lagi Salsa dan Angel- mantannya tidak pernah akur seperti kucing dan anjing, dari awal Salsa tidak suka dengan sifat Angel yang menurutnya terlalu kekanak-kanakan tidak pantas untuk Mario, pikirnya.

"Panjang umur pendek nafas!" seru Raka ketika melihat Salsa berjalan ke arah mereka membawa nampan yang berisi kue kering.

"Akhirnya doa baim terkobul!!" pekik Alan seraya mengangkat kedua tangannya.

"Goblok!" Mario menoyor kepala Raka dengan kesal.

"Eh Sal, sini duduk deket Mario." celetuk Ardan.

Salsa tersenyum menanggapi, manaruh kue kering di tengah lingkaran para cowok kemudia duduk di sebelah Mario.

"Yang, ini tantangan jangan di bawa serius, " ucap Mario sambil mengelus pipi Salsa.

"Apa?"

Mario tidak menanggapi itu, ia mengetik nomor mantanya entah sejak kapan masih mengingat nomor itu. Tak sampai satu detik panggilan itu tersambung…

"Mario ini kamu beneran?! Kamu tumben telepon aku...ah aku tahu kamu pasti kangen ya kan?!"

Nah kan! Belum berapa menit di angkat pertanyaan beruntun sudah di ajukan.

"Sama sekali enggak! Gue telepon lo karena ini tantangan ngerti?!" Mario menatap Salsa yang menatapnya bingung.

"Fi, balikan yu!"

"What?! Demi apa?! Aku gak salah denger kan, kamu ngajak aku balikan?! Dengan senang hati aku––"

Belum cewek itu selesai bicara, Mario sudah lebih dulu menutup sambungan telepon malas saja mendengar ocehan mantan centil nya itu.

"Puas lo?!" Mario menatap teman nya tajam.

Di balas mereka dengan cengengesan ga jelas, gini teman tak tahu diri!

"Yaelah, cuman permainan kali, " celetuk Gibran.

"Tau lo, seharusnya lo berterima kasih sama kita! " seru Raka.

"Terima kasih mbahmu gundul!" balas Mario tak kalah tajam.

"Woi cuk! Bini lo kabur tuh!" seru Alan.

Sial!

Mario sampai tidak sadar jika Salsa tidak berada di tempatnya, sebelum mengejar Salsa, Mario sempat menatap tajam temanya satu persatu.

"Awas lo pada!!!"

"Cewek suka gitu ya kalo ngambek pasti ujung-ujung kabur, biar ape sih?! Berharap banget kita kejar gitu ya, kaya ga ada cara lain aja. Dasar pencitraan!" gumam Alan.

Tak lama kemudian Citra datang menghampiri mereka Dina, Amel dan Farah mengikuti dari belakang.

"Salsa kenapa lari gitu ya?" tanya Citra heran.

"Mereka berantem, " imbuh Dina.

"Mario ngajak Fifi balikan, " ucap Gibran asal.

"What?!"  pekik keempat perempuan itu, kaget.
"Kok bisa?"

"Enggak mungkin lah, Mario mana mau sama belatung lenjeh medelan dia."

"Ini pasti kerjaan kalian kan? Ngaku!"

"Emang kalian lagi main apa sih?!"

"Kanapa kalian diam?!" sentak Citra gemas saat tidak mendapat respon apapun.

"Cit..."

Kini tatapannya beralih ke Alan. "Bukan lo yang buat mereka berantem kan?"

Akhirnya Alan menceritakan semua jika mereka bermain kartu UNO yang berisi tantangan telah mereka buat sendiri, bagaimana reaksi keempat cewek itu? Tentu saja terkejut bukan main.

"Sinting! Kalian lakuin itu?!" pekik Citra tak percaya.

"Kalian tau sendiri Fifi dan Salsa itu gak pernah akur, " timpal Amel.

"Kalo mereka sampai putus beneran gimana, kalian mau tanggung jawab?!!" seru Dina kesal.

"Seharusnya kalian gak main permainan bodoh itu! " balas Farah.

Raka memutar bola matanya, "Yaelah, lebay amat lo pada tenang aja mereka pasti baikan! Nih ya, Mario itu paling gampang ngerayu cewek, cewek kelasan gue aja di godain langsung luluh apalagi Salsa, "

"Jangan pernah samain teman gue, cabe kurang belaian itu."desis Dina.

"Cit, lo di sini aja temanin gue, " cegah Alan saat Citra ingin mengejar Salsa sudah jauh pastinya.

"Apaan sih Lan gue mau kejar Salsa!" tegas Citra.

"Biar mereka selesaikan masalahnya sendiri!" ucap Alan tak kalah tegas.

Matanya dengan mata Devan tak sengaja bertemu sebelum Devan memutuskan nya, Amel memang sendari tadi memandang Devan yang terus saja diam, sama halnya Devan menyuri pandang ke Amel.

"Eh lo mau ke mana Dev?" tanya Raka saat Devan berusaha untuk bangkit.

"Kamar, " jawab Devan dingin.

Devan menggeram kesal sudah berapa kali ia mencoba untuk berdiri tegak namun hasilnya tetap sama ia kembali terduduk.

"Biar aku bantu, " ujar Amel akhirnya. Jujur saja ia tidak tega melihat Devan seperti itu.

"Gue bisa sendiri, " ketusnya menepis tangan Amel kasar.

Dengan segala usaha sampai akhirnya Devan bisa berdiri dengan tegak dan berjalan, ya meskipun masih membutuhkan tongkat.

"Yaelah, masih gengsi aja lo Dev!" cibir Alan yang sama sekali tidak di pedulikan Devan.

Amel tersenyum kecut, menatapi tubuh Devan yang semakin menghilang di balik tembok.

Apa salahnya?

Jujur saja semua ini membingungkan untuknya!

Secara tiba-tiba Devan marah kepadanya tanpa memberi alasannya

A-apa cowok itu telah mengetahui semuanya?

Selama sebulan ini, ia berusaha mendekati Devan tetapi cowok itu terus saja menghindar.

"Mel yang sabar ya Devan cuma marah aja, paling besok udah baikan." ujar Citra menenangkan seraya menelus bahu Amel.

~~BOB~~

Bodoh?

Kecewa?

Marah?

Ego?

Itu yang membuatnya uring-uringan selama satu bulan ini, orang selama ini sangat ia percaya berkhianat balakangnya.

Dia tidak bisa pungkiri bila selama ini masih mencintai gadisnya.

Flashback

Hari terakhir di Bali, lusa Devan akan pulang lebih dahulu karena sudah banyak ketinggalan palajaran ditambah bentar lagi lulus jadi ia harus benar-benar belajar sekarang, satu lagi membuatnya ingin cepat pulang Amel, ya gadis itu.

Setengah jam lagi ia berangkat, mengenakan tuxedo hitam langkap—ketampanan seorang Devan tidak pernah berubah, gagah. Sambil menikmati kopi— menatap indahnya kota Nali dari atas sini, aktifitas masyarakat pagi hari dan jalanan tidak terlalu ramai.

Sesorang masuk dalam kamar hotelnya, Devan melirik sekilas. "Gini baru anak papa, habis lulus kamu urus perusahaan aja lah ngapain sih jadi pilot, ga guna!"

Lagi. Devan sudah biasa mendengar itu!

Adi duduk sofa—mengangkat satu kakinya, menatap anaknya sambil tersenyum miring. "Kita satu mobil, bersikap baik di depan kolega saya. Jangan malu-maluim saya nanti." tegasnya.

"Tidak sudi satu mobil dengan anda!!"

"Saya sudah suruh sopir bawa mobil itu, tidak ada alasan lagi Devan." Adi tersenyum miring.

Devan melirik sekilas. "Anda fikir saya tidak bisa menyewa mobil lain," sarkasnya.

"Anak sialan!" Adi pergi begitu saja.

Devan menghela nafasnya, sedari tadi menahan gejolak amaran—menahan tidak memukuli lelaki tua, sialan itu! Jika bukan paksaan dari mama, Devan tidak akan pernah sudi mengikuti kemauan lelaki tua itu sangat licik, mengancam lewat Rena—seakan tau kelemahan Devan.

Notif nomor itu lagi, terhitung ketiga kalinya nomor itu menghubunginya. Mengirimkan teks yang sama. Memberhentikan mobil lampu merah melirik sekilas keadaan jalan. Membukan notif itu, keningnya berkerut...

Amel? Siapa....

Tunggu....dia Angga? Iya Angga?

Eh, lo mau ke mana gue belum selesai bicara. " Angga menarik Amel untuk duduk kembali.

"Nah gini kan enak, nurut." Angga mengacak-ngacak rambutnya.

"Enggak usah pegang rambut gue! Jadi berantakan nih!" ketus Amel.

"Oh berantakan, sini gue rapihin." sebelum tangan Angga menyentuh rambutnya Amel sudah lebih dulu mengempis dengan kasar.

"Enggak usah pegang-pegang, " ketusnya.

Angga mencubit pipi kanan Amel gemas. "Calon tunangan gue gemesin banget sih!"

Apa? Tunangan?

"Sialan!"

Kalut, Devan kehilangan akalnya—lampu berubah warna menjadi hijau, buru-buru Devan menancap gasnya, tidak peduli mobil tertabrak olehnya. Ternyata benar....Amel selingkuh di balakangnya!

Mobil itu putar balik, cukup tajam. Bodohnya Devan tidak melihat truk dari arah berlawanan, membanting stir kiri—berniat menghindar, namun tiba-tiba mobil lain muncul, terjadi sangat cepat. Mobil Devan menabrak pembatas jalan. Setelah itu tidak mengingat apapun.

Flashback off

Semuanya terasa berat.

Dia merasa lamah semenjak mengenal gadisnya.

"Argh!! Kenapa lo lemah gini?!" erangnya frustasi.

Menatap pantulan dirinya betapa tidak bergunanya, lihat saja jalan masih menggunakan tongkat walau sebenarnya bisa aja tanpa menggunakan tongkat tetapi kakinya tidak bisa terlalu lama menapak.

Lihat sangat tidak berguna kan?

Prang!!

Ia menghempaskan semua barang yang berada di depannya hingga hancur berkeping-keping, pecahan kaca terhempas kemana-mana.

Wajah Devan memerah menahan emosi yang meluap, kedua tanganya mengepal erat sampai kuku-kuku nya memutih.

Prang!!

Nafasnya tak beraturan, dadanya naik turun matanya dingin dan tajam tak peduli berapa banyak darah yang mengalir di tanganya.

"Astaga!!" pekik Amel baru menginjakkan kakinya di kamar sang kekasih.

Semuanya hancur berserakan pecahan kaca ada di mana-mana, matanya tak sengaja merangkap cermin yang retak.

"Ya ampun!! T-tangan kamu––" Amel tidak bisa melanjutkan kata-katanya, ia terlalu shock melihat semua ini.

Mendengar suara barang jatuh dari lantai atas lantas teman Devan dan Amel yang berada di bawah segera naik ke lantai atas dengan wajah panik tentu saja reaksi mereka sama seperti Amel.

"Udah gila lo?!! Mecahin semua barang!!!" sentak  Alan tak percaya.

"Gue tahu lo marah tapi jangan kaya gini lah caranya! " seru Raka marah.

"Kenapa sih lo selalu emosi dalam menyikapi masalah?!!" Gibran menggelang tak percaya melihat tingkah trmanya yang seperti anak kecil.

"Kebiasaan! Sayang kan barangnya, mending buat gue mana mahal semua lagi!" sengut Alan.

Kupingnya terasa panas mendengar ocehan teman-teman nya dengan masih dalam keadaan emosi Devan mengusir mereka dengan cara ngebentaknya tanpa memiliki rasa kasihan sama sekali, awalnya mereka sempat menolak tapi Devan memberi ancaman akan melakukan hal lebih nekat dari ini hingga akhirnya mereka mau manurut.

Hal itu tidak berlaku bagi Amel. Cewek itu masih terdiam di tempatnya tanpa ada niat untuk bergerak dari sana. Devan sempat mengusirnya sama seperti ia mengusir teman-teman nya tapi cewek itu tetap kekeuh tidak mau beranjak.

"T-tangan kamu––"

"Keluar!! Gak usah sok peduli! " sentak nya.

"Aku gak akan kaluar sebelum obatin luka kamu!" kekeuh Amel.

"Terserah lo!" Devan tidak mau berdebat sekarang.

Mendengar itu, Amel tersenyum kecil itu artinya Devan memberi izin untuknya, dengan cekatan ia mengobati luka di tangan Devan dengan penuh kehati-hatian.

"Kalo sakit tahan sebentar, nanti rasa sakitnya juga hilang kok, " dengan telaten dan serius Amel mengobati lukanya.

Sentuhan tangan Amel di tanganya bagaikan sengatan listrik yang mengalir ke tubuhnya, matanya tak lepas dari wajah cantik gadisnya Devan menyadari satu hal wajah cantik itu kini di gantikan dengan khawatir jelas sekali tercetak di sana.

"Kenapa bisa gini Dev?" lirihnya sambil mengusap rambut cowok itu.

Dia tak sanggup melihat pecahan kaca yang menancap di tangan Devan itu membuatnya ingin menangis sekarng juga.

Bukannya menjawab Devan malah memalingkan wajahnya kearah lain sambil berkata 'bukan urusan lo, gak berhak tau'.

Amel hanya tersenyum kecil sunggu paham dengan kondisi Devan saat ini, ia memaklumi nya.

"Kalo kamu gak mau cerita sekarang gak masalah, aku nunggu hari itu. " Amel mengelus lengan kekar Devan, ia senang karena Devan tidak protes. "Kamu istirahat ya, aku bantu berdiri."

Amel membantu tubuh Devan yang dua kali lebih besar darinya meski agak kesulitan, ia menyelimuti tubuh Devan dengan hati hati.

"Kamu tidur ya, biar aku minta bi Asih buat bersihin pecahan kacanya, " ketika ingin bangkit tanganya di tarik sehingga dirinya jatuh terduduk kambali.

"Tetap di sini, temanin gue." Devan membawa tangan Amel untuk di peluk sebelum ke alam mimpinya.

••••

Tinggal berapa part lagi untuk menuju ending!!!!

Pada semangat ga nih bacanya wkwk, bentar lagu ending lho gak nyangka udah cepet aja!!!

Semoga kalian terima apapun hasil nantinya okey!

Tbc❤

Melvan

Continue Reading

You'll Also Like

717K 56K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.5M 261K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
129K 4.4K 48
ᴡᴀᴊɪʙ ꜰᴏʟʟᴏᴡ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ ᴛᴇᴇɴꜰɪᴄᴛɪᴏɴ. -- Memiliki prinsip, menikah sekali seumur hidup. Ia akan mempertahankan apa yang berhak ia pertahankan. Namun...
156K 12K 42
Spin-Off Bad Couple Completed Tentang Arion bersama Greta nya . . Jaminan 1000milyar% tidak ada orang ketiga. . . Cerita 100% hasil pemikiran sendiri...