Backstreet Of Badboy (COMPLET...

By sithaiteaaa

360K 17.8K 21.9K

[BEBERAPA PART DIPRIVAT FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Akibat masa lalunya yang kelam membuat cewek dingin, cantik... More

Chapter 1
T O K O H
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43 [REVISI]
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47 [REVISI]
Chapter 48 [REVISI]
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51 [REVISI]
Chapter 52 [REVISI]
Chapter 53 [REVISI]
Chapter 54 [REVISI]
Chapter 55 [REVISI]
Chapter 56
Chapter 57 [REVISI]
Chapter 58 [END]
EXTRA PART
EXTRA PART II
EXTRA PART III

Chapter 14

6.5K 327 828
By sithaiteaaa

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian (◕‿◕✿)

Hi! I'm back wkwk hampir tiga minggu gak update hihi. Gimana? Ada yang nunggu cerita ini? Gimana kelanjutan hubungan mereka? Ah! Pasti gak yaaa wkwk

Warning⚠ Dilarang keras untuk baper!!

Happy Reading...

Hidup itu seperti roda yang berputar, kita harus merasakan bagaimana rasanya saat kita berada dibawah karna gak selamanya kita berada di atas•

Devan melangkahkan kakinya, rumah tampak sepi mungkin semua orang sudah terlelap. Seusai mengantarkan gadisnya pulang ia tidak langsung pulang melainkan ke base camp.

Hendak menaiki tangga suara menginstrupsikan. Ia berbalik menatap malas lelaki di hadapanya.

"Dari mana saja kamu?"

"Apa peduli anda"

Adi menghela nafas panjang. "Jam berapa ini Devan?"

Cowok itu melirik jam di tanganya. "Baru jam 12 malam" ucapnya cuek.

"Sampai kapan kamu seperti ini" ucap Adi meninggi.

"Gak usah sok peduli" balas Devan dingin.

Plakk

Devan memejamkan matanya menahan emosi yang memuncak, mau sebenci apapun dia pada Adi itu tidak akan merubah kenyataan pahit yang menempanya dulu.

"Saya peduli karna saya papa kamu. Kata pihak sekolah kamu berantem lagi hah?!. Mau jadi apa kamu? Berandalan?" bentak Adi.

"Lebih baik anda urus wanita simpanan anda itu"

"Kamu—" Adi mengangkat tangan bersiap melayangkan tamparan namun dengan cepat Dita menatan tangan Adi.

"Jangan kasar seperti itu, Pa" ucap Dita menenangkan.

"Kamu gak usah ikut campur" bentak Adi.

"Jangan pernah anda bentak mama gue" bentak Devan menatap tajam Adi.

"Dev—"

"Mama gak usah belain lelaki seperti dia" Devan menujuk ke arah Adi. "Dia tidak pantas mendapatkan wanita sebaik mama! Lelaki yang tidak pernah menghargai perempuan"

Perkataan anaknya sangat menohok di hati Adi, ia tahu Devan belum memaafkannya sepenuhnya.

"Jangan bicara seperti itu Devan, bagaimana pun dia tetap papa kamu" ucap Dita selembut mungkin.

"Sampai kapanpun Devan tidak pernah menganggap dia" tegas Devan lalu melenggang pergi dan menutup pintu dengan keras.

Bugh

Bugh

Bugh

"Argh!!" Devan melihat pantulan dirinya di cermin. Banyak orang yang menilai kehidupan Devan sempurna namun mereka salah. Ada luka yang di sembunyikan Devan selama ini.

Kesalahan yang Adi lakukan beberapa tahun lalu kini kembali berputar layaknya kaset rusak di otaknya. Kesalahan kecil yang menyebabkan keluarganya hancur bukan hanya keluarganya saja tetapi masalah percintaan dengan Olivia pun kandas. Kenapa tuhan memberi masalah yang bertubi-tubi?

Dia mengambil ponselnya mengetikan suatu pesan.

Renata Amelia.

Goodnight by, sweet dream❤
I love you❤


Devan menatap langit-langit kamarnya tidak lama terlelap dalam alam bawah sadarnya.

~~BOB~~

Sinar matahari menyelinap masuk melewati jendela kamar. Seorang cewek bergelung di tempat tidur, waktu menunjukan pukul setengah tujuh. Bahkan ia tidak sadar seseorang memperhatikan dari jauh.

Devan memandangi wajah polos gadisnya itu, sudah setengah jam ia berada di kamar gadisnya. Lama kelamaan ia merasa bosan dan mendekatkan wajahnya dengan wajah kekasihnya, kini jarak wajah mereka hanya lima senti.

Amel mengerjapkan matanya seketika matanya terbuka lebar wajah Devan didepan wajah nya.

"Good morning, by"

Refleks Amel mendorong wajah Devan menjauh. Jarak yang begitu dekat membuat jantungnya hampir copot. Lebay.

"Sejak kapan kamu disitu?"

"Setengah jam yang lalu"

Amel membelalak matanya. Ia melihat jam menunjukkan pukul setengah tujuh. Dengan cepat ia berlari ke kamar mandi.

Devan dapat menggeleng-geleng kapala melihat tingkah sang kekasih.

"Devan bisa cepet dikit gak sih!?" omel Amel saat keduanya berada di motor.

"Pegangan" ucap Devan setengah berteriak.

"Hah?"

"Pegangan" Devan mengulangi perkataannya.
Amel menurut menggulung tangannya di perut sispex kekasihnya dan menaruh kepalanya di punggung Devan, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

Devan menggengam tangan Amel berada diperutnya, senyum tidak pernah luntur dari bibirnya.

"Pak Agus bukain pintunya, Pak!! " teriak Amel panik.

Pak Agus datang menghampiri keduanya. "Neng, Amel tumben telat?"

"Duh, panjang ceritanya! Bukain pintunya pak ini udah telat" pinta Amel.

"Tap-"

"Buka pak!!" Pak Agus hanya pasrah dan memberi jalan untuk keduanya.

Amel berjalan pelan melewati koridor matanya memperhatikan setiap ujung koridor berharap bu Risma tidak menemukan mereka. Devan? Tentu ia berjalan santai seperti biasanya. Toh, hukuman menjadi makanan sehari-hari.

"Dev, kok kamu santai banget sih" bisik Amel.

"Udah biasa"

"Ihh, kalo bu Risma liat kita gimana?"

"Tinggal di hukum doang" ucap Devan.

"Kamu tuh ya. Ngeremehin banget sih"

"DEVAN! AMEL! SINI KALIAN" teriak bu Risma.

Devan berjalan santai menghampiri bu Risman, sedangkan Amel menunduk takut percaya atau tidak ini yang pertama kalinya ia dihukum.

"SUDAH JAM BERAPA INI?"

Devan melirik jam di tangannya. "Jam delapan, bu"

"SEKARANG KALIAN BERSIHKAN SEMUA TOILET YANG ADA DI SEKOLAH INI."

Devan membelalak matanya. "Kok banyak banget sih, bu" protes Devan.

"BAIK, SAYA TAMBAH HUKUMAN BUAT KALIAN! KALIAN BERSIHKAN RUANG LAB DAN PERPUSTAKAAN"

Amel menginjak kaki Devan membuat si empunya meringis.

"Kamu ngomong apa sih!? Bersihin satu toilet aja gak sanggup apalagi di tambah perpustakaan sama ruang lab" omel Amel.

"Gapapa asal ada kamu" bisik Devan di telinga Amel.

"Kalian berdua ngomongin saya ya" ucap bu Risma.

"Pd gile nih guru" gumam Devan.

"Apa kamu bilang!?"

"Eh, enggak, bu" cengir Devan.

Bu Risma memijat pelipisnya menghadapi siswa seperti Devan perlu extra sabar.

"Kenapa kalian masih disini! Cepat bersihkan, " perintah bu Risma.

Tanpa mengucap apapun lagi Devan segera menggengam tangan Amel lalu pergi secepatnya dari hadapan bu Risma.

——

"Dan, tuh anak mana sih?! Jam segini belum nongol juga Batang hidungnya" bisik Alan.

"Ck, apaan sih lo! Ganggu aja, "

"Yaelah, gitu aja marah lo. Tuh si curut satu kemana?"

"Mana gue tau, emang gue emaknya"

Alan menggaruk tengkuknya. "Iya juga sih"

"Yaudahlah, palingan telat lagi tuh anak" ucap Ardan.

"Alan! Ardan! Apa yang kalian bicarakan" tegur bu Dina.

"Eh? Enggak kok, bu, " jawab Ardan.

"Bu, Devan belum dateng, bu" ucap Alan.

Bu Dina melihat bangku Devan yang kosong. Kemana anak itu sebenarnya? Ah! Mungkin saja telat.

"Kalian tidak tahu Devan kemana" ucap bu Dina.

"Yaelah, bu kalo saya tau mah gak bakal tanya" sahut Alan.

"Kamu ini selalu saja jawab perkataan saya. Sekarang kamu keluar dari kelas tidak boleh mengikuti pelajaran saya"

"Yes!!" pekik Alan.

Semua murid menahan tawanya melihat kelakuan Alan. Cowok itu memang lebih banyak tingkahnya dibandingkan kedua temanya tapi entah banyak cewek yang mengidolakannya.

"Terima kasih bu Dina yang cuantik kaya selena gomez" puji Alan seraya mengecup punggung tangan bu Dina sebagai tanda terimakasih.

"Woy!! Tungguin gue monyett!!" teriak Ardan menyusul Alan dari belakang.

Bu Dina hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah muridnya yang aneh bin ajaib.

"Devan, sampai kapan kaya gini terus!!" ucap Amel kesal. Sedari tadi Devan hanya mengganggunya dan sekarang cowok itu memeluk Amel dari belakang. Sudah berulang kali Amel mencoba melepaskan tangan Devan yang melingkar di perutnya namun cowok itu malah mempererat pelukannya.

"Dev, lepas dong nanti ada yang liat, gimana? "

"Anggap aja tontonan gratis"

"Ini semua kan gara-gara kamu"

"Kok aku sih?" ucap Devan tak terima.

"Emang salah kamu, coba aja kamu bangunin aku pastikan gak akan telat kaya gini" sahut Amel.

Devan menghela nafas pasrah. Mau bagaimanapun ia selalu salah dan cewek selalu benar, bukan?

"Devan lepasin dulu, nanti gak akan selesai kalo kamu kaya gini terus" Devan menurut, cowok itu melepaskan pelukannya dan membalikan tubuh Amel lalu mengencup bibir gadisnya sekilas.

"Biar aku aja yang bersihin" ucap Devan seraya mengambil alih alat kebersihan.

"Tap—"

"Kamu cukup duduk diam di sini gak usah lakuin apapun" ucap Devan seraya mendudukan Amel dikursi.

"Gak bisa gitu, De—"

"Aku gak terima bantahan" tegas Devan.

Amel menghela nafas pasrah, tidak ada gunanya ia melawan Devan yang keras kepala seperti itu. Ia memandangi Devan telaten membersihkan toilet.

~~BOB~~

"Woy!! Devan dari mana aja lo" ujar Alan saat Devan mendekati kearahnya.

"Yaelah kaya gak kenal aja tuh anak" sahut Ardan.

"Biasalah abis dapet asupan dari bu Risma" balas Devan.

"Kali ini di suruh ngapain?" tanya Alan penasaran.

"Bersihin toilet, perpustakaan dan ruang lab"

"Serius lo?"

Devan mengangguk. "Lagian gue gak sendiri"

"Maksud lo?"

"Amel juga telat" jawab Devan.

Ardan mengepalkan tangannya di bawah meja, entah mengapa ia memikirkan hal-hal yang tidak masuk akal. Seharusnya ia tidak boleh cemburu seperti ini tapi ada dalam dirinya yang terbakar api cemburu saat membayangkan kebersamaan Devan dan Amel.

"Maksud lo Amel ikut telat bareng lo" Devan mengangguk.

"Sumpah, Mel. Gue benar-benar gak nyangka lo pacaran sama Devan" ujar Farah.

"Yaelah, biasa aja kali, Far. "Celetuk Citra.

"Semoga kalian langgeng ya" ucap Farah.

"Maka—"

Byurr

"Ups!"

Amel mengusap wajahnya yang terkena jus alpukat. Olivia berdiri di sampingnya memasang muka tidak berdosa. Ya, Olivia dengan sengaja menyirami Amel pakai jus alpukat.

"Apaan lo hah? Amel salah apa sama lo" bentak Citra membela.

Seketika pandangan semua siswa mengarah kepada mereka termasuk Devan, cowok itu terkejut apa yang dilakukan Olivia pada gadisnya.

"LO MAU TAU SALAH DIA DIMANA? KARNA DIA UDAH REBUT DEVAN DARI GUE. CEWEK MURAHAN INI UDAH REBUT DEVAN DARI GUE"

Semua murid terkejut dengan apa yang mereka dengar. Kabar tentang hubungan Devan masih hangat di perbincangkan, ditambah dengan seorang yang mengaku sebagai mantanya Devan ralat bukan mengaku tapi memang itu kenyataannya.

Citra berdecih. "Bukanya lo yang tinggalin Devan demi cowok lain"

Plakk

Tamparan itu tidak mendarat di pipi Citra melainkan Amel. Ya, cewek itu menolongnya.

"Lo gak apa-apa?" tanya Citra. Amel menggeleng.

"Lagian lo ngapain sih pake belain gue segala" lanjutnya.

"Gue gak mau masalah ini semakin besar" ucap Amel

"Terus lo harus diam dan pasrah gitu aja"

Amel bungkam, yang dikatakan Citra ada benarnya ia harus melawan Olivia tapi dalam hatinya mengatakan jika ia tidak sanggup melawan Olivia.

"Aw!"

Olivia menarik rambutnya dengan kasar lalu membisikan sesuatu.

"Lo harus menjauh dari kehidupan Devan sekarang! Atau lo bakal dapet balasan lebih dari ini" bisik Olivia sangat menohok di hati Amel.

Merelakan Devan? Apa itu yang harus dia lakukan?

"Lepasin dia" ucap Devan dingin.

Olivia menurut namun ia masih menatap sinis kearah Amel. "Kali ini lo selamat" sebelum pergi ia mendorong tubuh Amel lalu pergi begitu saja tanpa rasa bersalah.

Devan melepas baju sekolah menyisahkan kaus putih polos. Bajunya ia selampirkan di bahu Amel.

"Kamu ganti baju ya. Baju kamu kotor, " ucap Devan lembut

"Tapi aku gak bawa baju, Dev"

"Pake baju aku"

Amel menggeleng cepat. "Kamu pake apa?"

"Ini" Devan menujuk kaos yang ia kenakan.

"Ta—"

"Gue gak terima bantahan" tegas Devan.

Amel menunduk takut. "Yaudah"

"Ayo, aku tungguin ganti baju." ucap Devan mengenggam tangan Amel lalu membawanya pergi.

——

"Tunggu!!"

Olivia menghentikan langkahnya dan mentap seorang yang memanggilnya.

"Lo siapa?" tanya Farah.

Olivia tertawa remeh. "Harusnya gue yang tanya"

Farah berdehem. "Kedatangan gue ke sini karna mau ajak lo kerja sama" ucap Farah to the poins

"Gue gak perlu bantuan dari siapapun. Gue bakal pisahin mereka dengan tangan gue sendiri" setelah mengatakan itu, Olivia pergi meninggalkan Farah yang melongo di tempat.

——

Devan bersandar di dinding toilet dengan sabar ia menunggu Amel selesai berganti baju. Soal Olivia ia benar-benar tak habis fikir dengan cewek itu, Devan yakin Olivia tak akan tinggal diam sebelum yang dia inginkan tercapai. Devan tahu betul sifat ambisi cewek itu, yang ia takut kan hanya nyawa gadisnya.

"Dev..."

Devan tersentak kemudian menoleh, memperhatikan gadisnya dari atas sampai bawah. Cantik! Itu lah yang bisa Devan ungkapan. Ya, walaupun baju Devan yang kebesaran di tubuh mungil Amel.

"Kamu liatin apa sih?" tanya Amel.

"Enggak, aku anter kamu ke kelas" ucap Devan. Amel hanya menurut kemauan sang kekasih, menolak pun rasannya tidak mungkin.

"Sana masuk" suruh Devan sambil menyingkirkan anak rambut Amel.

Amel mengangguk. "Kamu jangan kebayakan bolos, sebentar lagi kita mau ujan, Dev. Kalo kamu terus-terusan bolos kamu bisa gak lulus."

"Iya" jawab Devan singkat.

Amel berdecak. "Tau ah"

"Yaudah, sana masuk" suruh Devan. Amel mengangguk patuh kemudian masuk ke dalam kelas.

Devan mengepalkan tangannya. Ia harus memberi pelajaran kepada Olivia. Cewek itu sudah kelewatan batas, tidak peduli dia cewek atau bukan jika berani melukai Amel itu sama artinya ia mencari masalah dengannya.

"Ikut gue, " Devan menarik kasar lengan Olivia.

"Aw! Sakit, Dev!"

Devan tidak mengubis, ia mempererat cengkraman di tangan Olivia. Tidak peduli dengan rintihan cewek itu.

"Gue peringatin jangan pernah lo ganggu Amel atau lo akan berurusan sama gue" ucap Devan terdengar seperti bentakan di telinga Olivia.

Olivia menggeleng cepat "Aku gak mau nurutin kemauan kamu itu" tolaknya.

"Kamu itu cuma milik aku dan selamanya bakal jadi milik aku"

Devan berdecih. "Kemarin lo kemana waktu gue masih ada rasa sama lo. Lo pergi jauh tinggalin gue sama laki-laki lain dan sekarang lo dateng tanpa rasa malu" Devan menekan kata 'malu'

Setelah mengatakan itu Devan pergi meninggalkan Olivia, cewek itu tersenyum licik seraya menatap punggung Devan semakin menjauh.

'Cepat atau lambat lo bakal jadi milik gue'

••••

•To be continued✨

Akhirnya selesai juga, segini panjang gak sih?

Satu persatu masa lalu mereka kebongkar nih...

Ada suatu hal di masa lalu yang menyebabkan Amel seperti ini. Kira2 apa ya?

Satu kata untuk Olivia?

Gimana? Lanjut?

Comment yang banyak ya supaya aku semangat update ehehe

Jangan bosan-bosan ya! Baca cerita ini, aku usahain gak buat kalian kecewa.

Ramaikan comment!!!

See you🙌💛

Tbc❤

Melvan

Continue Reading

You'll Also Like

Angkasa ✔2 By cici

Teen Fiction

37.1K 2.4K 49
Sequel of adkel vs kakel "Arga itu sempurna. Ganteng, Pinter, Populer, Anak orang kaya, sayang orang tua, jagoan lagi! Gimana gue gak jatuh cinta cob...
Backstreet By biaaa

Teen Fiction

435K 27.6K 85
Kisah cinta anak SMA yang sedang menjalani hubungan Backstreet? Sulit memang nya, tapi memang ini yang harus Ratu dan Raiden lakukan demi keselamatan...
156K 12K 42
Spin-Off Bad Couple Completed Tentang Arion bersama Greta nya . . Jaminan 1000milyar% tidak ada orang ketiga. . . Cerita 100% hasil pemikiran sendiri...
6.5K 1.3K 38
harap follow dulu sebelum baca! biar tambah sopan!! menceritakan tentang kehidupan seorang gadis yang baru berusia 17 tahun yang harus menghadapi lik...