Backstreet Of Badboy (COMPLET...

By sithaiteaaa

358K 17.8K 21.9K

[BEBERAPA PART DIPRIVAT FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Akibat masa lalunya yang kelam membuat cewek dingin, cantik... More

Chapter 1
T O K O H
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43 [REVISI]
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47 [REVISI]
Chapter 48 [REVISI]
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51 [REVISI]
Chapter 52 [REVISI]
Chapter 53 [REVISI]
Chapter 54 [REVISI]
Chapter 55 [REVISI]
Chapter 56
Chapter 57 [REVISI]
Chapter 58 [END]
EXTRA PART
EXTRA PART II
EXTRA PART III

Chapter 13

6.7K 366 823
By sithaiteaaa

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian (◕‿◕✿)


Happy Reading...
 

Kebahagiaan yang sesungguhnya
Ketika kita bisa menghabiskan waktu bersama orang yang kita sayang

Setelah kejadian itu banyak siswa yang membicarakan hubungan Devan dengan Amel. Ada yang mendukung, tidak suka, ada juga yang menentang hubungan mereka.

Devan sudah terbiasa dalam situasi seperti ini, tapi tidak dengan Amel ia merasa risih apalagi dengan perkataan yang terlontar dari para siswa yang tidak suka dengan hubungan mereka.

"Ciee yang udah public nih" goda Citra seraya menyenggol lengan Amel.

"Apaan sih!" ucap Amel tersipu malu.

Malu itulah yang ia rasakan sekarang apalagi saat mengingat kejadian di koridor tadi saat Devan menciumnya depan semua orang. Rasanya ia belum percaya kejadian tadi.

Citra menepuk jidatnya. "Dompet gue ketinggalan di kelas" ucap Citra panik.

"Yaudah buruan ambil sana" suruh Amel yang di angguki Citra.

Selepas kepergian Citra, Amel memasuki salah satu bilik toilet. Dadanya terasa sesak saat mendengar dua siswa itu ucapkan.

"Gila! Gue masih gak nyangka mereka pacaran. Padahal gue udah ngincer Devan dari lama" ucap salah satu dari mereka.

"Kok Devan mau ya sama Amel. Padahal gak cantik-cantik amat." ucap temen yang satunya.

"Kena pelet kali"

"Hush, jangan ngomong gitu entar ada yang danger" peringat temannya.

"Gue yakin hubungan mereka gak bertahan lama, secara saingan mereka banyak"

"Udah, jangan ngomongin orang dosa. Mending kita ke kantin"

"Kuy lah!"

Amel bersandar di dinding. Seperti ada beribu-ribu pisau yang menusuk dihatinya. Mendapat cemoohan dari orang yang tidak suka dengan hubunganya, sejak dulu ia dapatkan.

Ia belajar dari masa lalu bahwa kita tidak boleh memaksa orang lain untuk menyukai kita.

Air matanya jatuh namun dengan cepat ia menghapusnya. Menangis tidak akan menyelesaikan masalah. Ia harus tegar dan menerima yang orang lain bicarakan tentangnya. Ya, anggap saja mereka tidak pernah membicarakan tentang itu.

"Devan sudah berapa kali ibu bilang. Jangan buat ulah ini sekolah kalo kamu mau jadi berandalan diluar sana jangan di sini" omel bu Risma selaku kepala sekolah.

"Yaelah, bu. Namanya juga cowok adu jotos hal biasa, ibu kaya gak pernah muda aja" sahut Alan.

"Kamu diam! Saya tidak bicara sama kamu!!" bentak bu Risma.

"Yaelah sensi amat tuh guru" gumam Alan.

"Dan kamu Ardan. Kalian itu temenan kan, kenapa kalian bisa berantem kaya tadi"

"Pemanasan aja sih, Bu"

"Kalian nih gak ada bosan-bosannya keluar masuk ruang Bk. Ibu saja sudah bosan melihat muka kalian. Tiap hari kalian bolos pelajaran, selalu telat, pakaian tidak pernah rapi, merokok di area sekolah mau sampai kapan kalian seperti itu"

"Dan buat kamu Devan, jangan karna kamu anak pemilik yayasan ini, kamu dapat berbuat semau kamu. Sekolah ini punya aturan yang harus kalian ikuti"

"Nih guru kebanyakan ceramah, anjir," gumam Alan.

"Besok panggil orang tua kalian untuk datang ke sekolah. Ibu akan buatkan surat pemanggilan orang tua kalian"

"Udah kan cuma itu" Devan bersuara.

Bu Risma memijat pelipisnya menghadapi anak-anak bermasalah seperti mereka butuh kesabaran ekstra.

"Baiklah kalian boleh keluar. Dan ingat besok orang tua kalian harus datang"

"Yaelah itu mah urusan gampang" sahut Alan enteng.

Memberitahu orang tua mereka datang ke sekolah? Tidak mungkin mereka beri tahu, dari dulu memang seperti itu. Mereka menyuruh seseorang berpura-pura untuk menjadi orang tua dari mereka.

"Silakan kalian boleh pergi" pasrah bu Risma.

Devan berdecak. "Ck, dari tadi kek" ucapnya lalu menyelonong pergi tanpa berpamitan ter berlebih dahulu. Alan dan Ardan mengekori dari belakang.

Saat Amel keluar dari bilik toilet, seseorang mendorong tubuhnya cukup keras hingga menimbulkan suara. Orang itu ialah Olivia, tidak cukup sampai disitu ia mencekik leher Amel membuat gadis itu sulit bernafas.

"JADI LO CEWEK SIALAN ITU! LO GAK PANTES BERSANDING DENGAN DEVAN, DEVAN ITU CUMAN MILIK GUE. LO CUMAN BENALU DIHIDUPNYA. GUE MAU LO PUTUSIN DEVAN SEKARANG!!?"

Amel menggeleng cepat melepaskan Devan cuma gara-gara ancaman cewek itu. Ah! Yang benar saja.

"G-gue....g-gak...a-akan...p-pernah...l-lepasin...dia" ucap Amel susah payah.

"BERANI LO SAMA GUE HAH!!?" Olivia mengeratkan tangannya, Amel mencoba melepaskan tangan Olivia dari lehernya namun hasilnya nihil.

"L-lepasin gue bisa mati, Li. Gue mohon"

"ITU YANG GUE PENGEN SEKARANG LIAT LO MATI SEKARANG. GUE GAK MAU ADA YANG GANGGU HUBUNGAN GUE SAMA DEVAN. LO ITU CEWEK MURAHAN YANG NGEREBUT DEVAN DARI GUE. APA LO GAK LAKU DILUAR SANA, WALAUPUN LO JUAL DIRI LO GUE GAK PEDULI!!!"

Sudah cukup ia diam tidak melawan. Sudah cukup semuanya, ia tidak mau orang lain ikut campur dalam hubungannya. Ucapan Olivia sudah keterlaluan ia tidak boleh diam saja. Ya, tidak boleh.

"Jaga ucapan lo"

"KENAPA? UCAPAN GUE BENER KAN? LO TUH CUMAN CEWEK PEMBAWA SIAL YANG DATENG DIKEHIDUPAN DEVAN. GUE TAU SEMUA TENTANG MASA LALU LO YANG GAK BERGUNA ITU. SAMPAI LIBATIN DEVAN DALAM PERMAINAN LICIK LO"

"P-permainan? Gur gak pernah jadiin Devan sebagai permainan gue" sargah Amel.

"Lo kemana waktu Devan butuhin lo, lo tinggalin dia di saat dia butuh lo. Lo malah jalan sama cowok lain sementara Devan hampir gila karna lo. Cewek murahan disini itu lo bukan gue"

Plakk

Amel memengangi pipi kanannya yang memerah akibat tamparan keras dari Olivia. Cewek itu menatap tajam Amel, tatapan itu seperti iblis bagi Amel.

"BICTH!!! MULAI BERANI LO SAMA GUE HAH!!? GUE PERINGATIN SAMA LO UNTUK MENJAUH DARI DEVAN ATAU NYAWA LO SEBAGAI TARUHANNYA! INGET KATA-KATA GUE, GUE GAK PERNAH MAIN-MAIN SAMA UCAPAN GUE. JADI PERSIAPKAN DIRI LO UNTUK MENEMUI AJAL LO"

"GAK ADA YANG BOLEH DEKETIN DEVAN KECUALI GUE"

Setelah mengucapkan itu, Olivia pergi meninggalkan Amel. Tubuhnya bersandar dengan tembok, kakinya terlalu lemas untuk menyanggah tubuhnya, ia duduk memeluk lututnya,ia menangis dalam keheningan. Ia tidak mengerti mengapa takdir seperti ini.

Apakah ia tidak pantas untuk bahagia?

Ia capek menghadapi semuanya. Kenapa tuhan tidak adil kepadanya?

Amel berani bersumpah ia mencintai Devan tulus. Tidak ada maksud tertentu.

Kenapa sulit sekali untuk bahagia...

'Gue benci hidup gue' 

~~BOB~~

Devan mengecak rambutnya frustasi, sejak keluar dari ruang Bk Devan memutari seluruh area sekolah. Dari mulai perpustakaan, taman belakang, kantin, gudang dan rooftop namun hasilnya nihil. Entah, mengapa firasatnya tidak enak.

Langkah nya terhenti saat melihat Citra baru saja keluar dari kelas. Tanpa berfikir panjang Devan berlari kecil untuk menyusul Citra.

"Lo liat Amel?" tanya Devan.

"Loh? Emangnya dia belum balik?" tanya Citra balik.

Devan mengernyit. "Gue tanya, harusnya lo jawab bukan tanya balik" ucap Devan sewot.

"Iya maaf deh, gue kira dia udah balik" ucap Citra.

"Emang dia kemana?" tanya Devan lagi.

Citra berfikir sejenak. "Tadi sih gue tinggalin dia di toilet terus sampai sekarang belum nonggol juga tuh anak" jelas Citra.

"Lo tinggalin dia ditoilet?" Citra mengangguk

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Devan berlari menuju toilet cewek. Utung saja tidak ada yang melihatnya masuk kedalam. Dan benar saja Amel berada dalam toilet ini duduk dibagian ujung sambil memeluk lututnya.

"Kamu kenapa hm?" tanya Devan cemas.

Amel mendongak tatapan mereka bertemu beberapa saat sampai Amel memeluk tubuh kekasihnya, menyembunyikan kepalanya di dada bidang kekasihnya.

"Sttt...tenang disini ada aku" ucap Devan memenangkan.

Devan mengecup kepala Amel berkali-kali. Di kepalanya banyak pertanyaan yang membuat gadisnya menangis seperti ini. Jika ia tahu orang itu akan ia habisi orang itu sekarang juga.

Setelah Amel merasa tenang, Devan melepaskan pelukannya lalu mengecup dua kelopak mata gadisnya tangan kekarnya terulur mengelus pipi gadisnya.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Devan lembut.

Amel terdiam. Apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya kepada Devan? Ia hanya tidak mau masalahnya akan menjadi runyam.

Amel menggeleng. Jawaban yang paling tepat untuk saat ini.

Devan tidak percaya begitu saja dengan jawaban Amel. Devan menatap mata Amel ada luka di matanya. Ia yakin jika Amel belum bisa mengatakanya sekarang.

"Ya sudah, kalo kamu belum bisa cerita, gapapa aku ngerti." ucapan Devan membuat Amel semakin bersalah denganya.

"Kamu udah makan?" Amel menggeleng.

"Kenapa belum hm" ucap Devan. "Aku gak laper, Dev" jawab cewek itu.

"No! Kamu harus makan. Aku belikan makanan di kantin ya" baru Devan ingin bangkit lengannya ditahan oleh Amel.

"Kenapa?"

"Aku mau pulang" ucapnya pelan.

Devan menghela nafas kasar. "Kita ke apartemen dulu ya, aku buatkan makanan yang spesial buat kamu" ucap Devan sambil mencubit pipi Amel gemas.

"Aw!"

Seketika raut wajah Devan berubah cemas saat melihat pipi Amel sedkit memerah seperti bekas tamparan.

"Pipi kamu kenapa?" ucap Devan meninggi

Amel menelan saliva susah parah. Skakmat! Ia bingung harus menjawab apa. Sedangkan Devan menatap Amel penuh selidik.

"Kok malah diam" Amel tersentak kemudian menggeleng.

"Punya mulut tuh jawab" ucap Devan sedikit membentak.

"Anu...umm...ini..." Amel mengigit bibir bawahnya. "Mending kita pulang"

"Jangan ngalihin pembicaraan, Mel" tegas Devan.

Amel menunduk tidak berani untuk menatap Devan.

Devan memejamkan mata menahan emosinya. Ia menarik dagu Amel untuk menatapnya.

"Gue gak suka di bohongin" ucap Devan dingin.

Amel mengerjapkan matanya. Harusnya ia sudah tahu dari awal bahwa ia tidak akan pernah berhasil menyembunyikan sesuatu dari kekasihnya karna itu akan terbongkar juga nantinya.

"Kita bicarain ini di apartemen ya" ucap Amel memohon.

Devan terdiam sebentar menimbang-nimbang, permintaan gadisnya itu dan akhirnya ia mengangguk pasrah. Melihat itu Amel menghembuskan nafas lega.

"Kita pulang ya" ajak Devan menggengam tangan Amel lembut membawanya menuju parkiran.

Hari ini ia tidak lagi memandang gadisnya setiap pulang sekolah memastikan keadaanya. Dan itulah yang ia lakukan selama beberapa tahun mereka pacaran.

~~BOB~~

Semilir angin menerpa wajah seorang lelaki, ia memejamkan matanya menikmati hembusan angin. Sudah berulang kali ia menghapus wajah seorang gadis dari fikirannya namun tidak ada hasilnya.

Mungkin dengan kehadiran orang baru dapat menghilangkan perasaanya pada gadis itu. Dia sendiri tidak yakin.

Semakin kita mencoba melupakan, semakin kita mengingatnya.

"Ardan"

Ucapan seseorang membuatnya menoleh di sampingnya sudah duduk seorang gadis dibalut dengan sweater hitam miliknya.

"Lo ngapain disini sendirian" ucap gadis itu.

"Menenangkan diri" balas Ardan cuek.

Gadis itu tertawa kecil. "Di tolak itu gak enak ya" sindir gadis itu.

"Maksud lo?" tanya Ardan bingung.

"Gue tau lo suka sama Amel" ucap gadis ltu frontal.

Ardan mengerutkan keningnya. "Tau dari mana?" tanya Ardan heran.

Flashback on

Saat itu farah di suruh oleh bu Dina menaruh buku-buku yang tidak terpakai di gudang dekat rooftop. Langkahnya terhenti saat mendengar suara bentakan Devan, karna penasaran Farah mendekati pintu rooftop dan ia mendengarkan semua percakapan antara Ardan, Alan dan Amel.

"Lo suka sama Amel?" tanya Devan.

"Kalo iya, kenapa?"

"BRENGSEK!!!!"

Terdengar suara pukulan dan Farah yakini itu pukulan dari Devan. Awalnya dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Dari kejauhan ia melihat Amel berlari kearahnya dengan cepat ia bersembunyi di tembok pembatas gudang. Setelah dirasa Amel mendekati pintu itu dan mendapatkan fakta yang tidak terduga.

"GUE CEMBURU. GUE GAK SUKA MILIK GUE SAMPAI DI SENTUH ORANG LAIN. LO GAK PERNAH NGERTIIN GUE, LO TUH EGOIS. GUE SELALU NURUTIN YANG LO MAU, INI KAN MAU LO HUBUNGAN KITA BACKSTREET. GUE CAPEK HARUS PACARAN DIEM-DIEM KAYA GINI. GUE BEGO! HARUS IKUTIN KEMAUAN LO MASA LALU YANG GAK BERGUNA ITU. SELAMA INI GUE SABAR, KARNA GUE SAYANG BANGET SAMA LO. GUE LAKUIN SEMUA INI BUAT LO CUMAN BUAT LO. HARUSNYA DARI AWAL GUE GAK TERIMA DENGAN HUBUNGAN KONYOL INI"

Awalnya memang Farah menyukai Devan sejak di koridor waktu itu, ia bertekad untuk mendapatkan Devan seutuhnya.

"Gak ada yang bisa halangin gue untuk mendapatkan apa yang gue mau"

"Dengan begini gue lebih muda menghacurkan hubungan mereka"

"Lo bakal jadi milik gue, selamanya!"

Flashback off.

Ardan tersenyum licik. "Jadi apa rencana lo selanjutnya?"

Farah membisikan sesuatu membuat senyumnya mengambang.

'Dengan gini gue bisa menghancurkan kalian secara perlahan'

~~BOB~~

Amel tersenyum memandangi kekasihnya sedang berkutat dengan alat memasak. Sesuai janji Devan tadi, ia membuatkan makanan untuk Amel. Katanya sih, Spesial kita lihat saja hasil nantinya.

"Kamu masak apa sih?" tanya Amel duduk dikursi mini bar.

Devan menoleh sekilas lalu tersenyum. "Nanti kamu juga tau"

Amel mengerucutkan bibirnya. "Ihh, kok gitu sih"

Tidak ada respon dari Devan. Cowok itu menuangkan makanan yang telah jadi kepiring saji. Lalu berjalan menghampiri gadisnya.

"Sini makan" ajak Devan seraya menaruh piring itu dimeja.

Amel tersenyum melihat hasil masakan kekasihnya itu. Ia terkekeh melihat omlet di atasnya ada saus yang diberi mata dan senyuman.


"Makanan spesial untuk cewek yang spesial"

Amel tersenyum manis lalu mulai makan nya. Devan sedari tadi memperhatikan gadisnya, ia ingin mendengar hasil masakan nya kali ini. Memang ini bukan yang pertama ia memasak dan awalnya Amel lah yang mengajarinya memasak.

"Gimana enak?" tanya Devan penasaran.

Amel bergumam. "Lumayan"

Devan berdecak. "Aku tanya enak apa enggak bukanya lumayan"

Amel tidak menjawab melainkan menyodorkan sendok kearah Devan. "Kamu harus cobain masakan kamu"

Devan melahap makanan itu dan merasakan sendiri masakannya. "Gimana enak kan?" tanya Amel.

Devan mengangkat bahunya. "Not bad"

"Yaudah kita makan bareng ya" ucap Amel. Devan menggeleng.

Amel mengerucutkan bibirnya. "Ihh, ini banyak banget Devan, aku gak sanggup ngabisin semuanya." rengek Amel.

Devan mengacak-ngacak rambut Amel gemas. "Yaudah, sini aku suapin" ucap Devan seraya mengambil alih piring itu dan menyuapkan Amel.

"Mel, kamu pakein aku apaan sih!? Aku susah ngomong jadinya" gerutu Devan.

"Ihh, kamu jangan kebanyakan gerak"

Setelah makan tadi Amel mengajaknya untuk maskeran Devan sudah menolaknya mentah-mentah tapi Amel terus memaksanya dan Devan hanya bisa pasrah menuruti kemauan kekasih nya.

"Kamu ngapain sih!?" ucap Devan kesal saat Amel mengikat rambutnya.

Amel tersenyum jahil melihat hasil karyanya. Ia cekikikan melihat muka kekasihnya di tekuk seperti itu. Amel mengambil ponselnya siap untuk memotret keduanya.

"Senyum dong, Dev" pinta Amel menahan tawanya.

"Hmm"

Cekrek

••••

• To be contined✨❤

Agak maksa ya, ceritanya huhu;(

Sebelumnya aku minta maaf udah jarang Up belakangan ini, selain masalah sekolah Mood gak ada. Jadi dari pada aku paksain dan hasilnya kurang maksimal lebih baik aku off dulu ya, sekalian cari inspirasi sedikit hehe:v 

Tapi kalian tenang aja cerita ini masih lama kok selesainya, so kalian jangan khawatir yaa! Aku harap kalian gak pernah bosen baca cerita aku.

Kok Farah jahat banget ya, padahal Amel itu sahabatnya sendiri...

Kira-kira apa yang direncanakan Farah dan Ardan ya?

Semoga kalian suka deh ehehe:v

Satu kata untuk chapter ini?

Gimana? Masih mau lanjut?

Ramaikan comment!!!

Ikutin terus alur ceritanya ya, masih banyak yang belum terungkap disini hehe:v

See you🙌💛

Tbc❤

Melvan

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 124K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
20.4K 2K 150
[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA BESTIE ] __________ Start From Part - 401 Dia adalah Ratu Es yang terkenal dari Pasukan Khusus. Saat kecelakaan dalam...
59.2K 2.1K 54
Shakira Alya Wijaya, gadis yang menjadi most wanted dan seorang coolgirl di SMA Bimasakti. Wajah datar dan sifat cuek sudah menjadi kebiasaannya seti...
233K 9.7K 56
Namanya Maretha Alleana Chandra. Dia lebih sering dipanggil Reta. Menjadi anak tunggal yang kebutuhannya selalu terpenuhi membuat Reta tumbuh menjadi...