Backstreet Of Badboy (COMPLET...

By sithaiteaaa

360K 17.8K 21.9K

[BEBERAPA PART DIPRIVAT FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Akibat masa lalunya yang kelam membuat cewek dingin, cantik... More

Chapter 1
T O K O H
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43 [REVISI]
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47 [REVISI]
Chapter 48 [REVISI]
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51 [REVISI]
Chapter 52 [REVISI]
Chapter 53 [REVISI]
Chapter 54 [REVISI]
Chapter 55 [REVISI]
Chapter 56
Chapter 57 [REVISI]
Chapter 58 [END]
EXTRA PART
EXTRA PART II
EXTRA PART III

Chapter 8

8.4K 615 795
By sithaiteaaa

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian (◕‿◕✿)

Happy Reading...

---

"Bego! Ngomong tuh sekalian jangan setengah" Ardan menoyor kepala Alan.

"Sakit anjing! Sinting!"

"Makanya punya otak tuh di pake" sahut Ardan santai.

"Maksud lo apaan! Bangsat!" ujar Alan sewot

Devan memutar bola jengah menyilangkan tangan di dada. "Udah? Selesai?"

"Sorry bos" ucap Alan "Di kamar Amel ada Citra sama Farah"

"Apa!?" pekik Devan.

"Pelan-pelan pea, gila lo ya" Ardan menyumpal mulut Devan dengan kentang goreng di atas meja.

Devan mendesah frustasi mau bagaimana mana lagi ia harus menunggu sampai gadis itu pulang. Risiko backstreet ia harus berpacaran diam-diam.

Apakah ada yang merasakan, yang Devan rasakan?

Sesakit itu kah backstreet?

~~BOB~~

"Duh! Kok gak ada sih, perasaan gue udah taruh disini semalem" gumam Amel seraya mengacak tasnya.

"Lo yakin taruh di situ?" tanya Citra yang di angguki Amel "Terus? Gimana bu Dina udah nunggu kita di lab" tambahnya.

"Bantuin cariin kek, pusing gue cari dari tadi gak ketemu"

Citra memutar bola mata malas, satu hal yang tidak ia suka dari Amel adalah ceroboh dan pelupa. Contohnya seperti sekarang untuk hal seperti ini saja lupa apalagi hal lain, "Kayanya lo lupa masukin deh semalem atau mungkin lo lupa turun dimana, lo kan pelupa"

Amel menoleh sambil cengengesan. "Iya kali, tadi pagi gue juga Buru-buru"

"Nah, mulai deh penyakitnya kambuh" kekeh Citra.

Amel berdecak kesal, bukannya membantu Citra malah mengejeknya, "Yaudah bantuin mikir dong"

"Kenapa, Mel? Jas lab lo ketinggalan?" tebak Farah.

Amel mengangguk mengiyakan "iya nih"

Sejak saat Farah menjenguk Amel dirumahnya kemarin hubungan mereka menjadi dekat, memang Amel tidak terbiasa dengan orang baru tapi ketika Amel mengenal Farah lebih jauh asik friendly dan humble sama seperti Citra. Sebenernya sikap Amel hampir sama dengan mereka cuma ia tertutup dan dingin sama orang lain.

"Mending lo pinjem kelas lain aja, dari pada lo kena hukum sama bu Dina" usul Citra.

"Hmm,,,kayanya IPA-2 ada pelajaran biologi juga. Siapa tau lo bisa minjem" saran Farah.

Amel mengangguk setuju. "Yaudah ayuk"

"Yukkk" ucap mereka bersamaan.

Mereka berjalan cepat menuju kelas IPA-2 kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dari kelas mereka.

Mereka kemudian berhenti di depan IPA-2 yang kebetulan tidak ada guru yang mengajar. Dan ada seorang cowok yang berjalan keluar kelas itu, buru-buru Amel menghadang cowok itu.

"Sorry gue ganggu, lo punya jas lab gak? Kata temen gue kelas lo ada pelajaran biologi" ucap Amel to the point "gue boleh pinjem?" tanyanya.

Cowok itu tersenyum tipis, menurutnya Amel bukan hanya cantik dia lucu dan manis. Eh?

"Nama lo siapa?" tanya cowok itu tersenyum.

Amel mengerutkan keningnya. Untuk apa cowok itu menanyakan namanya, setau Amel hampir semua murid sekolah tahu namanya. Ia dikenal sebagai murid berprestasi disekolah ini, Amel pernah menjuarai beberapa olimpiade sains tingkat nasional.

Berbeda dengan Devan semua orang mengenalnya sebagai badboy. Yang selalu tebar pesona didepan cewek-cewek, mempunyai banyak musuh di luar sana, di kagumi para kaum hawa, membuat semua cewek ingin menjadi pacarnya. Tapi apalah Devan tidak pernah merespon dan bersikap acuh kepada mereka. Karna di hatinya cuma ada satu nama yaitu Amel.

"Loh!? Serius gak tau nama dia?" tanya Citra seraya melirik kearah Amel.

Cowok itu menggeleng kecil. "Gue murid pindahan, belum lama sih sekitar seminggu yang lalu" jelasnya.

Citra dan Farah mengangguk mengerti. Sedangkan Amel menatap aneh cowok itu, jika saja ia membawa jas lab itu mungkin saat ini ia tidak akan berurusan dengan cowok itu.

"Jadi, siapa nama lo?" tanya cowok itu lagi.

"Buat apa lo tau nama gue" ketus Amel.

"Iya, buat jaga-jaga aja takutnya lo gak balikin jas lab gue" jawab cowok itu santai.
'Gila! Dikira gue apaan! Pencuri? Maling? Ngambil barang orang! Dasar aneh!

"Kalo lo gak mau minjemin bilang dari awal" ucap Amel sewot.

"Duh, Mel. Apa susahnya kasih tau nama lo" kata Citra pelan.

"Iya, kita gak punya banyak waktu bu Dina udah nunggu kita dari tadi" tambah Farah yang disetujui Citra.

Amel menghela nafas kasar. "Nama gue Amel" ucapnya "so, karna gue udah kasih tau nama gue mana jas lo"

Cowok itu tertawa pelan kemudian kembali masuk kedalam tasnya. Tak lama ia keluar membawa jas lab di tangannya.

"Nih" cowok itu menyodorkan jas miliknya langsung di ambil oleh Amel.

"Thanks" ucap Amel lalu melenggang pergi diekori Citra dan Farah.

"Cantik" gumamnya.

--

"Emang nasib cowok tamvan selalu di kejar-kejar cewek cantik" ucap Alan menyisir rambut ke belakang

"Cih, pede banget lo" Ardan menoyor kepala Alan.

"Bilang aja lo iri sama gue. Secara gue lebih tamvan dari lo" balas Alan mendapat tatapan tajam dari Ardan.

"Muka tamvan kok jomblo" sindir Devan seraya menyeruput jus mangga.

"Tuh dengar" Ardan menatap Alan di sampingnya.

"Heh! Nyadar lo lebih jones dari gue" sinis Alan.

"Selera gue gak murahan kaya lo" balas Ardan.

Alan menggeram kesal "laknat kau"

"Lo berdua bener-bener kaya cowok kurang belaian" ucap Devan mendapat tatapan sinis dari mereka.

"Sorry, gue masih laku di luar sana banyak cewek yang ngejar-ngejar gue" sahut Alan kepedean.

"Cih, palingan yang ngejar lo cabe-cabean" sindir Ardan.

"Denger, cewek itu pantesnya dikejar bukannya ngejar" balas Devan. "Mending lo berdua cari cewek, kasian gue liat lo gila kelamaan jomblo"

"Enggak perlu gue cari kalo jodoh dateng sendiri" kata Alan.

"Tumben lo pinter"

"Dari lahir kali" sahut Alan membanggakan diri.

"Nyesel gue muji lo" gumam Ardan.

Devan menggeleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya. Ia kembali memainkan ponselnya hingga suara membuatnya menoleh.

"Dev..." panggil Alan.

Devan menoleh. "Apa?"

"Hmm...tadi gue gak sengaja liat Amel sama cowok"

Seketika Devan membelalak matanya. Siapa yang berani mendekati gadisnya atau akan berhadapan dengan Devan Aditama. Sepertinya orang itu ingin berurusan dengannya. Banyak orang bilang 'jangan pernah kamu berurusan dengan keluarga Aditama atau hidup kamu tidak akan hidup bahagia'

"Serius lo?" Ardan menatap Alan tidak percaya.

"Yakali gue bohong"

Devan berubah menjadi dingin mengintimidasi. Alan menelan salivanya susah payah. Kalau sudah seperti ini, Alan hanya menunduk. Apakah ia salah bicara? Ah! Tidak.

"Dimana?" aura Devan membuat bulu kuduk Alan berdiri. Tiba-tiba ia merasa gugup setengah mati. Apa yabg harus ia lakukan. Oh tuhan!

"D-di-" ucapan Alan terhenti ketika seorang cewek menghampiri Devan dengan nada manja. Ya, siapa lagi kalau bukan Maya.

"Sayang" Maya merangkul lengan Devan.

"Mau apa lo kesini?" tanya Devan dengan tatapan sulit diartikan.

Melihat sikap Devan seperti ini. Maya merasa gugup. Ternyata Devan masih marah kepadanya. Sepenting itukah Amel di hidupnya sampai Devan bersikap ini kepadanya. Jika iya, Maya tidak segan-segan membuat hidup gadis itu menderita. Ia bersumpah tidak boleh ada seorangpun yang memiliki Devan kecuali dirinya. Hanya dirinya.

"K-kamu masih marah sama aku, Dev?" bukannya menjawab, Maya bertanya balik.

"Gue tanya" dengan aura dingin Devan berucap.

"A-aku....a-aku..."

"Gak usah basa-basi" potong Devan lalu melepaskan tangan Maya di tangannya.

"Lo mau ngapain sih, May. Enggak cukup ucapan Devan kemarin hah" kata Ardan.

"Tau, gak punya malu banget sih lo!" ucap Alan sengit.

"Kalian diam gak usah ikut campur! Ini urusan gue sama Devan. Kalian gak berhak ikut campur!" balas Maya tak kalah sengit.

"Harusnya gue yang bilang gitu. Lo bukan siapa-siapanya Devan. Dan kita sahabatnya sedangkan lo" ucap Ardan

Sial!

"Pergi lo sekarang!" bentak Devan menjadikan pusat perhatian. Semua siswa sedang menikmati makanan seketika semuanya langsung menoleh ke arah suara itu. Terutama gadis dengan raut wajah bingung.

"Mending lo pergi jangan buat Devan semakin emosi" suruh Alan.

"Enggak gue gak akan pergi dari sini!!" keukeuh Maya.

"Sebenarnya mau lo apa sih hah?" tanya Devan menahan emosinya.

"A-aku....mau...minta....maaf..." Demi apapun berhadapan dengan Devan membuatnya takut.

Devan tertawa sinis. "Nyadar juga lo" sinisnya. "A-aku minta maaf, Dev. Aku tau, aku salah" ucap Maya pelan.

"Harusnya lo minta maaf sama Amel, bukan gue." Maya menggeleng cepat. "Sampai mati pun, aku gak akan pernah minta maaf sama cewek lajang itu"

Brakk

Seketika keadaan kantin menjadi hening. Mereka masih tidak percaya yang di lakukan Devan. Tidak biasanya Devan semarah ini, apalagi dengan seorang cewek. Devan selalu tau cewek bukan orang yang tepat untuk ia lawan. Namun kali ini Maya benar-benar membuatnya kehilangan kesabaran.

Devan mencekal tangan Maya kuat sampai Maya meronta kesakitan. Ia tidak punya tenaga melawan Devan, tenaga lelaki itu sangat kuat.

"S-sakit..."

Namun Devan tak mengubis lalu membawa Maya ke tempat gadisnya berada. Melihat itu Amel tidak menyangka perlakuan Devan sekasar itu. Devan mendorong tubuh Maya hingga tubuhnya tersungkur di lantai tepat di kaki Amel.

Amel menutup mulutnya. Ia sangat terkejut dengan perlakukan Devan kasar sama Maya. Selama mereka berpacaran Amel belum pernah melihat Devan semarah ini.

"D-devan."

Amel membantu Maya untuk berdiri namun belum sempat Amel membantunya Maya sudah terlebih dulu mendorong tubuh Amel hingga ia tersungkur kebelakang.

"PUAS LO! PUAS! LO LIAT SEKARANG DEVAN KAYA GINI KARNA LO! LO UDAH MEMPERMALUKAN GUE! SEKARANG LO PUAS LIAT GUE KAYA GINI! GUE AKAN BUAT HIDUP LO MENDERITA CEWEK LAJANG!" bentak Maya emosi yang sudah menggebu-gebu.

Plakk

Amel memegang pipinya yang memerah. Tamparan Maya cukup kuat sampai ia terpelanting kesamping dan menimbulkan memar. Amel memejamkan matanya menahan air mata supaya tidak terjatuh. Ia tidak mau semua orang tahu kelemahannya.

Semua orang terkejut melihat itu. Terutama Devan bagaimana bisa gadisnya diperlakukan seperti itu. Ia saja tidak pernah sedikitpun berlaku kasar dengan gadisnya, apalagi sampai menamparnya. Sungguh! Maya benar-benar ingin mencari masalah denganya.

"MAYA" bantak Devan saat Maya ingin menjambak rambut Amel.

Devan berjalan mendekat lalu menatap Maya tajam. "Sekarang lo minta maaf sama dia" ucap Devan dingin namun menusuk.

"Gue enggak akan pernah minta maaf sama cewek lajang itu" Maya menunjuk Amel yang menunduk

"JAGA UCAPAN LO. JANGAN PERNAH LO SEBUT AMEL LAJANG YANG LAJANG ITU LO BUKAN DIA. SELAMA INI GUE UDAH SABAR, TAPI KALI INI LO BENER-BENER BUAT GUE EMOSI! MINTA MAAF SEKARANG!"

"Gak sudi" setelah mengucapkan itu, Maya barjalan meninggalkan kantin.

Devan mengusap wajah kasar. Emosi sudah menguasai dirinya. Sampai ia tidak sadar jika ia berhadapan dengan seorang cewek.

"Gue obatin luka lo." Devan menarik Amel keluar kantin.

~~BOB~~

Setelah selesai membereskan kelas Amel bersiap untuk pulang. Citra dan Farah sudah pulang terlebih dahulu karna mereka tidak mendapat jadwal sama denganya. Hari ini begitu melelahkan dan ditambah tidak fokus mengikuti pelajaran seperti ada suatu hal yang menganjal. Entahlah, Amel tidak tahu itu.

Untuk masalah dikantin tadi. Amel marah besar pada Devan. Ia tak habis fikir dengan kekasihnya yang berubah jadi tempramen. Jujur! Amel tidak suka cowok kasar. Sudah cukup dulu ia mendapatkannya. Amel tidak mau itu terjadi untuk yang kedua kalinya.

Dia teringat belum mengembalikan Jas milik cowok aneh itu. Amel merasa cowok itu hanya modus supaya mendapat namanya. Jaman sekarang seseorang dapat melakukan apa saja demi keinginan tercapai, benar bukan?

Amel memekik kaget melihat cowok aneh itu bersandar di dinding dengan kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celananya.

Amel mengelus dada. "Ngagetin aja sih" gerutunya

Cowok itu tertawa geli "Emang gue hantu?"
Amel menggeleng cepat. "Enggak lah"

"Nih" menyodorkan jas yang di pinjamnya "sorry, gue lupa balikin dari tadi gue ngerjain tugas jadi lupa" ucap Amel tidak sepenuhnya berbohong, ia memikirkan tugasnya yang menumpuk setelah beberapa hari tidak masuk.

"Santai" cowok itu tersenyum seraya mengacak-acak rambut Amel gemas.

Amel tidak bisa menyangkal senyum cowok itu sangat manis, mungkin jika ia tidak mengingat Devan sudah di pastikan ia tertarik dengan cowok itu.

"Biasa aja kali liat gue sampe gak kedip gitu" Amel tersentak dari lamunannya.

Sial!

"Dih, enggak usah kepedean" ketus Amel.

Cowok itu terkekeh, lalu berkata. "By the way, gue kesini sebenernya bukan mau ambil jas gue"

Amel menaikkan alisnya. "Terus?"

"Lo pulang sendiri?" tanya balik cowok itu.
"Hah?"

"Ck, gue tanya. Kok lo jadi lemot gini sih" Amel mengerucutkan bibirnya.

"Iya deh iya."

Cowok itu berdecak kesal. "Gue tanya Amel" ucap cowok itu gemas.

Amel terdiam. Haruskah ia menerima ajakan cowok itu? Bahkan Amel baru mengenalnya?

"Mau gak" Amel tersentak "Sekalian gue mau ajak lo ke cafe"

Amel berdehem. "Hm...next time aja deh"

Cowok itu mendesah kecewa. "Kenapa?" Amel menggeleng. "Gue sibuk"

"Ck, bentar doang. Anggap aja balas Budi lo ke gue" ujar cowok itu santai

"Balas Budi? Maksud lo apaan?" tanya Amel sewot.

'Nih cewek cantik-cantik galak juga'

"Yaelah, coba kalo gak ada gue tadi lo pasti di hukum"

"Jadi, lo gak ikhlas nolongin gue"

"Gue gak bilang kaya gitu"

"Gak usah banyak basa-basi, lo maunya apa?" ketus Amel.

"Mel, di dunia ini gak ada yang gratis" cowok itu menarik lengan Amel dan ditepis olehnya.

"Jangan sentuh gue!"

Dari kejauhan terlihat seorang yang memperhatikan mereka dengan rahangnya mengeras tangannya mengepal menahan emosi memuncak dengan langkah panjangnya ia mendekat ke arah Amel.

"Kalo gak mau, gak usah dipaksa" ucap seorang itu yang tak lain Devan.

Amel sangat terkejut mendapati kehadiran Devan. Disatu sisi merasa senang dengan kehadiran Devan bisa membantunya pergi dari cowok aneh di hadapannya tapi melihat ekspresi Devan tersulut emosi, Amel takut terjadi perkelahian disini.

"Lo siapa?" tanya cowok itu.

"Gue gak suka liat cewek dikasarin" kata Devan dingin.

"Gue gak akan kasar, kalo dia mau ikut kemauan gue"

"Jangan ikut campur urusan gue"

Bugh!

Tangan Devan melayang ke arah pipi cowok itu membuat cowok itu meringis. Devan benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya.

Kejadian di hadapannya membuat Amel terkejut sampai menutup mulutnya.

"Udah, Dev udah." pekik Amel.

Namun Devan tidak mengubis ucapan Amel. Devan memukuli cowok itu membabi buta.

"Dev, udah dong" ucap Amel lirih cairan bening menetes dari pelupuk matanya.

Melihat Amel menangis membuat Devan terdiam. Devan tidak sanggup melihat cewek menangis. Devan langsung membawa Amel ke dekapannya.

"Maaf"

Cowok itu tersenyum miring, semakin mudah baginya untuk menghancurkan Devan. Hanya karna cewek itu Devan selemah ini.

'Jadi ini kelemahan dia'

Devan mengurai pelukanya lalu menghapus air mata membasahi pipi mulus gadis itu. "Kita pulang ya" ucapnya lembut lalu menatap cowok itu tajam. "Dan buat lo! Jangan pernah lo gangu dia atau lo akan berhadapan sama gue" ujar Devan dengan nada penuh penekanan.

Setelah mengatakan itu, Devan mengajak Amel untuk segera pulang dan meninggalkan cowok itu dengan senyum liciknya.

"Gue tunggu hari itu"

'Lo bakal jadi milik gue, seutuhnya'

••••

Yuhuu update lagi...

Duh, kok Maya jahat banget sama Amel. Amel salah apa coba...

Kalo kalian jadi Amel. Kalian akan lakuin apa?

Udah panjang belum chapternya wkwk. Sorry klo next chapter pendek soalnya kejar target juga plus idenya buntu...

Maaf akhir-akhir ini jarang update karna ada keperluan yang gak bisa ditinggalkan. Dan kegiatanaku bukan hanya menulis cerita saja...

Kira² cowok itu siapa ya? Kok berani janggu Amel?

Atau mungkin seorang dari masa lalunya?

Apa ya yang terjadi di masa lalunya?

Ramaikan comment!!

Tbc❤

Melvan❤

Continue Reading

You'll Also Like

75.3K 4.1K 62
"King playboy yang gak tau kapan tobatnya. Mungkin nanti, kalau lo udah jadi milik gue." - Dylandra. "Stop! Gak mungkin tau gak gue suka sama playboy...
129K 4.4K 48
ᴡᴀᴊɪʙ ꜰᴏʟʟᴏᴡ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ ᴛᴇᴇɴꜰɪᴄᴛɪᴏɴ. -- Memiliki prinsip, menikah sekali seumur hidup. Ia akan mempertahankan apa yang berhak ia pertahankan. Namun...
481K 5.4K 6
JANGAN DISIMPAN, BACA AJA LANGSUNG. KARENA TAKUT NGILANG🤭 Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegi...
45.8K 1.9K 41
Tuhan, kumohon kembalikan dia ke dalam pelukan ku -Arka Vagerio Smith Tuhan, mengapa ini terjadi padaku? -Geby Kenzya Anatasya PLAGIAT MENJAUH❗ MAAF...