Backstreet Of Badboy (COMPLET...

By sithaiteaaa

360K 17.8K 21.9K

[BEBERAPA PART DIPRIVAT FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Akibat masa lalunya yang kelam membuat cewek dingin, cantik... More

Chapter 1
T O K O H
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43 [REVISI]
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47 [REVISI]
Chapter 48 [REVISI]
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51 [REVISI]
Chapter 52 [REVISI]
Chapter 53 [REVISI]
Chapter 54 [REVISI]
Chapter 55 [REVISI]
Chapter 56
Chapter 57 [REVISI]
Chapter 58 [END]
EXTRA PART
EXTRA PART II
EXTRA PART III

Chapter 5

9.9K 713 750
By sithaiteaaa

Jangan lupa tinggalin jejak kalian (◕‿◕✿)

Happy Reading...


"Dev..."

Devan bergumam sambil mengelus Puncak kepala Amel.

"Kalau tiba-tiba 'dia' kembali kamu akan lakuin apa?" tanya Amel ragu.

"Aku gak akan biarin dia untuk nyakitin kamu"

Amel mengulum senyum "Aku sayang kamu, Dev"

Devan mengencup kepala Amel berkali-kali "Aku lebih sayang sama kamu, Mel"

"Jangan pernah tinggalin aku" ucap Amel lirih matanya mulai berkaca-kaca.

"Enggak akan pernah"

"Thank you for always being there for me"

"I will always be there whenever you need it"


~~BOB~~


"Den...bangun atuh udah siang" ucap wanita paruh baya berumur tujuh puluh tahun.

Devan mengerjapkan matanya, sesekali ia menguap dengan mata yang masih terpejam dia mencoba untuk bangun meregangkan ototnya seketika matanya membelalak waktu menunjukkan pukul setengah tujuh artinya ia telat datang ke sekolah.

"Aden udah bangun?" tanya bibi Ani di depan pintu kamar Devan.

"Aduh! Bibi kenapa gak bangunin sih" ucap Devan frustasi mengacak-acak rambut kesal. Melesat pergi kamar mandi.

Dia menyesal menerima tawaran balapan dari Arka lawan mainnya Devan jauh melebihi dirinya, dari dulu ia selalu menang di dunia balapan. Seperti kebanyakan cowok jaman sekarang balapan satu hal untuk kesenangan semata. Dan semalam dan baru tidur jam dua pagi karna merayakan kemenangan Devan entah keberapa.

Devan udah rapi dengan seragam dan ia tidak lupa memakai pomade di rambut jambulnya membuat para penggemar dibuat kesemsem sama ketampanannya. Devan menuruni tangga dengan tergesa-gesa, matanya tidak sengaja menangkap pembantu berkerja di rumahnya sedang menyapu didapur.

"Bi..."

Wanita yang dipanggil 'bi' bergejolak kaget, seraya mengelus dada ia menghadap anak dari majikannya. "Si Aden kebiasaan atuh, kagetin bibi aja"

"Devan berangkat, bi" Pamit Devan mencium tangan Bibi Ani.

Meskipun Bibi Ani hanya pembantu yang bekerja dirumahnya. Kedua orang tua tidak pernah membedakan itu, Devan sudah menganggap Bibi Ani sebagai keluarga, orang yang selalu menemani dirinya dan adiknya bila orang tuanya tidak ada dirumah karna urusan bisnis.

"Gak makan dulu, Den"

"Enggak Devan makan disekolah" ucapnya kemudian berlalu menaiki motornya dengan kecepatan tinggi.

Jarak antara rumah ke sekolah tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu sekitar lima belas menit. Devan meliuk-liukan motornya ditengah padatnya Jakarta, bukan hal biasa bukan melihat Jakarta selalu dipenuhi oleh kendaraan.

"Shit!"

Devan mengacak-acak rambutnya frustasi, tidak peduli jika rambut yang sudah tertata rapih. Sekarang yang ia pikirkan bagaimana ia bisa masuk kedalam hingga satu hal yang terlintas di benaknya. Dulu jika ingin membolos dan terlambat ia memanjat tembok pembatas sekolah meskipun cukup tinggi itu merupakan hal yang mudah bagi seorang Devan Aditama. Ia menitipkan motor pada pemilik warung dekat sekolah yang biasa ia gunakan untuk membicarakan tentang penyerangan suatu saat nanti.

Jangan kalian kira Devan tidak mempunyai musuh. Jika kalian berfikir seperti itu maka kalian salah besar!

Devan Aditama ketua geng motor yang mempunya banyak musuh diluar sana yang ingin menghabisinya karna dendam dan iri dengan dirinya membuat mereka berfikir seperti itu. Dan ini merupakan faktor utama penyebab hubungan mereka backstreet ia tidak mau kesalahan yang dia buat dulu kembali terulang dan menjadikan Amel sebagai umpan mereka.

Dulu saat dirinya belum berpacaran dengan Amel, ia benar-benar menjadi berandalan. Selalu mengikuti balapan, dan sering ke club bersama teman-temannya membolos dan tidak pernah mengikuti aturan disekolah. Kedua orang tuanya pun dibuat pusing dengan sikap anaknya, mereka sering dipanggil oleh guru karna sikap anaknya tidak pernah berubah. Entahlah, mereka tidak tahu penyebab Devan menjadi seperti ini.

Pada suatu hari ia bertemu dengan gadis cantik yang memiliki masa lalu kelam, dan meninggalkan luka yang mendalam. Sikap dingin dan cuek membuatnya penasaran dengan gadis itu. Menurutnya dia gadis yang unik. Setahun mereka berpacaran Amel sedikit demi sedikit merubah sikap Devan menjadi lebih baik tidak seperti dulu. Amel memang membawa pengaruh besar baginya sebab itu membuatnya sangat menyayangi kekasihnya itu.

Devan berhasil melewati rintangan melompati tembok pembatas dan seperti biasa ia berjalan santai melewati koridor yang sepi sudah pasti waktu pembelajaran sudah dimulai. Dalam hati ia berdoa tidak bertemu bu Susi guru BK mengawasi anak-anak yang terlambat.

Suara deheman membuat langkahnya terhenti.

"Ehemm"

Tubunya mematung ia sangat mengenali suara itu dari dulu ia tidak pernah absen untuk bertemu dengannya sampai ia muak mendengar ceramah dari orang itu.

"Kamu telat Devan" ucap seorang yang tak lain ialah bu Susi.

"Eh, ibu" ucap Devan cengengesan seraya menggaruk tengkuk tidak gatal.

"Saya sudah lama tidak berurusan dengan kamu dan hari ini saya kembali melihat kamu telat, mulut saya sudah gatel ingin memberi kamu hukuman" ucap bu Susi menatap tajam Devan. Dari tatapannya seperti singga siap menerkam mangsanya...

"Duh! Saya baru telat hari ini masa udah dihukum aja sih, bu" protes Devan.

"Sekarang kamu lari 20 kali keliling lapangan" balas bu Susi tegas.

"Kok dihukum sih, bu. Saya telat dua puluh menit doang" ucap Devan tidak terima.

"Cepat! Ke lapangan sekarang atau saya tambah hukuman kamu" ucap bu Susi meninggi. Untung keadaan sekitar sepi sehingga ucapan bu Susi tadi tidak menjadi pusat perhatian.

"Eh? Jangan tapi-"

"Saya tidak menerima bantahan! Capat ke lapangan" titahnya menujuk ke arah lapangan.

Dengan berat hati Devan mengikuti perintah guru itu, meskipun dulu ia selalu melanggar peraturan namun untuk hukuman ia selalu melakukanya. Dia masih ingat perkataan Amel 'kalau kamu lakuin kesalahan, kamu harus terima konsekuensinya' ia tersenyum setiap mengingat, betapa beruntungnya memiliki kekasih yang bisa bersikap dewasa. Tak salah memilih pendamping hidup seperti sosok Amel.

Devan menghapus peluh yang membasahi wajah tampannya lalu berlari kecil menuju pinggir lapangan kedua tangannya digunakan untuk menopang tubuhnya. Memejamkan mata membayangkan gadis membuatnya gila akhir-akhir ini. Senyuman tatapan sentuhan membuat rindu gadis itu.

"Hai"

Devan membuka matanya lalu menoleh dan menaikan alisnya. Gadis yang pernah diceritakan oleh kekasihnya ada di hadapannya. Sudah tidak aneh bagi Devan setiap hari dikelilingi para cewek dan itu semua membuatnya risih.

"Boleh duduk"

Tanpa menunggu jawaban Devan cewek itu mendaratkan bokongnya disamping Devan masih diam dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Tangan cewek itu menyodorkan botol yang berisi air. Devan memandang botol itu dengan tatapan bingung.

"Ambil gue tau pasti lo haus"

Dengan ragu Devan mengambil dan meneguknya hingga tandas. Cewek itu mengeluarkan sapu tangan dan mengelap keringat diwajah Devan. Dan yang lebih parah Devan tidak menolaknya. oh shit!

'Cepat atau lambat lo akan jadi milik gue selamanya!"

Tanpa mereka sadari ada seorang yang melihat mereka berdua dengan mata berkaca-kaca.

~~BOB~~

"Mel..." Citra memandang Amel yang sedari tadi hanya diam.

"Hmm"

"Lo kenapa sih dari tadi diam aja, enggak biasanya lo kaya gini"

Amel menghela nafas pelan dan menggeleng kepala.

"Kalau ada masalah cerita, jangan disimpan sendiri. Disini ada gue siap dengerin lo kapanpun lo mau"

"Enggak ada yang harus gue cerita sama lo, Cit"

Citra mengusap punggung Amel, ia sangat tahu sifat sahabatnya. Amel selalu saja menutupi masalahnya sendiri tanpa mau memberi tahu orang lain, kadang Citra dan Devan sempat putus asa dengan sifat Amel yang keras kepala tapi walau bagaimanapun Amel adalah orang yang mereka sayang terutama Devan.

"Amel gue udah kenal lo lama jadi gue tahu sikap lo setiap ada masalah" ucap Citra lembut

"Gue enggak bisa cerita sekarang"

"Yaudah gapapa kalau gak mau cerita sekarang, gue tahu lo masih butuh waktu dan apapun masalah yang lo hadapi lo harus cerita sama gue"

Tiba-tiba Amel memeluk Citra erat sampai dirinya hanyut kebelakang.

"Makasih lo udah jadi sahabat terbaik gue"
Lirih Amel air mata jatuh membasahi pipi mulusnya.

Citra menguarai pelukanya dan memekik kaget "Astaga! Lo kenapa nangis? Ada yang sakit lo bilang sama gue" pekik Citra.

Amel terkekeh kecil dan menghapus air mata kasar "Enggak usah lebay deh"

"Yaelah kalau ada kenapa-kenapa gue yang kena semprot" sahut Citra disertai kekehan

Amel tersenyum tipis

"Kantin yuk laper nih" ajak Citra menarik lengan Amel mau tak mau ia mengikuti langkah Citra.

Sesampai dikantin terlihat cukup ramai hampir semua penjuru kantin dipadati oleh siswa yang ingin menghabiskan waktu istirahat dengan mencicipi berbagai macam makanan yang berada dikantin.

"Duh! Kok penuh banget sih, mana gak ada meja yang kosong" geruntu Citra menghentak kakinya.

"Gue belum laper mending kita balik"

"Astaga! Amel lo gak tahu apa sahabat lo yang cantik ini kelaparan" balas Citra seraya mengibaskan rambut kebelakang.

Sementara Amel menatap Citra dengan ekpresi mau muntah. "Terus gimana lo liat sendiri enggak ada meja yang kosong"

Citra memutarkan padangan hingga berhenti disatu titik tersenyum senang menarik tangan Amel mengikuti. Langkah mereka berhenti satu meja terdiri dari tiga orang lelaki.

"Eh? Ada Citra, tumben kesini kangen sama gue" ucap Alan percaya diri.

"Dih! Kegeeran lo bambank!" seru Ardan menoyor kepala Alan.

"Sakit anjing" geruntu Alan mengusap kepalanya kena toyoran Ardan.

"Lebay"

"Kenapa jadi berantem sih! Gue kesini karna enggak ada meja yang kosong jadi jangan kegeeran" jelas Citra mendaratkan bokong dibangku kosong.

"Tuh denger" cibir Ardan membuat Alan mengendus kesal.

"Mau sampai kapan berdiri terus" ucap Citra membuyarkan lamunannya.

Mata Amel tidak sengaja bertemu dengan mata hitam Devan yang menatapnya, tatapan mereka terputus karena Amel mengalihkan pandangannya.

"Duduk, Mel tuh disamping laki lo" seru Alan yang mendapat tatapan tajam dari mereka.

"Ups!"

Akhirnya Amel duduk di samping Devan karna cuma itu bangku yang kosong dan mereka hanya diam Amel sibuk dengan fikiranya Devan masih menebak apa kesalahannya dan Alan Ardan Citra menatap kedua pasangan dihadapan mereka dengan tatapan bingung.

"Lo semua mau pesen apa biar gue pesenin " ucap Ardan memecah keheningan.

"Gue mau siomay" seru Alan.

"Gue juga"

Lalu tatapan Ardan beralih ke Devan dan Amel yang masih diam.

"Hmm...lo berdua mau apa?" tanya Ardan pada Amel dan Devan.

"Samain aja" jawab Devan.

"Gue enggak laper" kini Amel membuka suara.

Ardan menuju stand makanan yang diikuti Alan dan Citra mengekori dari belakang, mereka ingin memberi waktu Devan dan Amel untuk bicara. Entah apa masalah yang mereka hadapi Ardan Alan dan Citra tidak perlu tahu ia sebagai sahabat hanya bisa mendukung dan menasehati saja.

Kini tinggal mereka berdua masih diam,Devan sudah jengah memulai pembicaraan, "Kenapa?"

Amel menoleh dan mengerutkan keningnya.

Devan menghela nafas kasar "Kamu kenapa diam aja, ada masalah" jelas Devan.

"Enggak ada"

"Kamu gak pandai berbohong, Mel. Ada apa?"

"Aku enggak ada masalah" kesal Amel.

"Heh!? Cewek gatel ngapain lo disini" ketus Maya datang bersama kedua temannya.

Amel menyatukan alis dalam hati ia merasa kesal bagaimana bisa Maya menyebutnya cewek gatel. Hello!! Seharusnya Amel yang berkata seperti itu, mulutnya gatal untuk bicara kepada semua orang bahwa Devan adalah pacaranya.

"Minggir! Harusnya gue yang duduk disamping Devan bukanya lo" ujar Maya meninggikan suara menjadi pusat perhatian.

"Apa-apaan sih lo" balas Devan rahangnya mengeras tangan mengepal menahan amarah memuncak.

"Kok kamu malah belain cewek gatel ini sih" ketus Maya

"Udah may udah" ujar teman rambut sebahu mencoba menenangkan Maya sedang marah.

"Bitch! Pergi lo sekarang" hardik Maya.

Sudah cukup Amel berdiam diri tidak melakukan apa-apa. Amel bangkit menatap Maya tajam "Tanpa lo minta gue akan pergi dari sini dan satu hal yang perlu lo tahu gue bukan CEWEK GATEL kaya lo" ucap Amel menekan kata 'cewek gatel' dan berlalu.

Citra yang melihat Amel berlari keluar kantin segera mengikutinya.

••••

Bonus pict!

Tuh mulai ada konflik, ini baru awal masih banyak kejutan buat kalian! So, jangan kelewat chapter demi chapter wkwk:v

Sorry chapter ini fell nya gak dapet...

Kira² Amel marah karna apa ya?

Kasih satu kata buat Maya...

Ramaikan comment!!

Tbc❤

Melvan

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 82K 39
Berandal sekaligus tukang tawuran itu akan menjadi seorang ayah! *** Nora tiba-tiba saja terbangun di atas ranjang yang sama dengan seorang cowok yan...
45.8K 1.9K 41
Tuhan, kumohon kembalikan dia ke dalam pelukan ku -Arka Vagerio Smith Tuhan, mengapa ini terjadi padaku? -Geby Kenzya Anatasya PLAGIAT MENJAUH❗ MAAF...
62.4K 2.1K 35
"Maafin aku, Kak Arka," mohon Aurel dengan menyatukan kedua tangannya di dada. "Nggak ada kata maaf, buat lo! Gadis miskin," ucap Arka sambil menarik...
349K 8.9K 50
Meski sudah terikat janji suci dengan seorang gadis, ternyata ia masih dengan kebiasaan buruknya. Membuat ribuan pertanyaan datang, hingga sebuah kep...