Serriel

By rubylin_

138K 3.9K 45

Ariel Piternus , remaja perempuan yang jadi idola di SMA Paramitha . Cantik? Gausah ditanya. Manis? Pasti. Pi... More

Serriel ~ 1
Serriel ~ 2
Serriel ~ 3
Serriel ~ 4
Serriel ~ 5
Serriel ~ 6
Serriel ~ 7
Serriel ~ 8
Serriel ~ 9
Serriel ~ 10
Serriel ~ 11
CAST.
Serriel ~ 12
Serriel ~ 13
Serriel ~ 14
Serriel ~ 15
Serriel ~ 16
Serriel ~ 17
Serriel ~ 18
Serriel ~ 19
Serriel ~ 20
Serriel ~ 21
Serriel ~ 22
Serriel ~ 23
Serriel ~ 24
Serriel ~ 25
Chat sebelum ujian.
Serriel ~ 26
Serriel ~ 27
Serriel ~ 28
Serriel ~ 29
Serriel ~ 30
Serriel ~ 31
Serriel ~ 32
Serriel ~ 33
Serriel ~ 34
Serriel ~ 35
Serriel ~ 36
Serriel ~ 37
Serriel ~ 38
Serriel ~ 39
Serriel ~ 40
Serriel ~ 41
Serriel ~ 42
Serriel ~ 43
Serriel ~ 44
Serriel ~ 45
Serriel ~ 46
Serriel ~ 47
Serriel ~ 48
Serriel ~ 49
Serriel ~ 50
Serriel ~ 51
Serriel ~ 52
Serriel ~ 53
Serriel ~ 54
Serriel ~ 55
Serriel ~ 56
Serriel ~ 57
Serriel ~ 58
Serriel ~ 59
Serriel ~ 60
Serriel ~ 62
Serriel ~ 63
Ariel's Blog

Serriel ~ 61

1.1K 24 0
By rubylin_

"Sam" panggil Sergio setelah membuka pintu ruangan yang bertuliskan nama Samuel dan jabatannya disana.

Samuel yang terlihat sedang mengetik sesuatu di layar laptop miliknya langsung menoleh ketika mendengar namanya terpanggil. "Yo?"

Sergio mendudukkan tubuhnya di sebuah sofa coklat yang terletak di dekat meja kerja milik Samuel. "Gue mau nanya."

Samuel mengernyit. "Nanya? Soal apa?"

"Kok disini udah belajar aja? Di kampus yang lain bahkan belum ospek."

Samuel berdiri dan berjalan mendekati sebuah rak dimana cowok itu biasa menyimpan dokumen dokumen tentang kampus dan juga data data mahasiswa disana. Bisa dibilang Samuel juga dipercaya menjadi tata usaha disana.

"Gue juga enggak paham sebenarnya sama kampus ini. Udah sekitar satu tahun-an gue disini tapi gua juga bingung kenapa kampus ini lebih cepat mulai kuliah."

Cowok itu kembali pada meja kerjanya dengan membawa sebuah file berwarna hijau ditangannya.

"Semua mahasiswa yang masuk ke kampus ini juga... ya... bingung sama konsep disini. Sama kayak lo sekarang. Jadi, ya udah, nikmatin aja."

"Aneh." ucap Sergio.

"Emang aneh." ujar Samuel setelah menekan tombol enter di keyboard laptop-nya. "Dari nama kampus ini aja udah aneh. Mettala. Coba lo googling, ada gak artikel yang menjelaskan arti kata Mettala?"

Sergio segera membuka ponselnya dan membuka aplikasi pencarian pintar dan mengetikkan nama kampusnya kolom yang bertuliskan 'search'. Beberapa artikel sudah dia buka dan tak ada satupun artikel yang menjelaskan makna kata Mettala.

"Iya, bener, enggak ada yang ngejelasin Mettala. Malah google bilang gue yang salah ketik."

"Makanya, aneh kan. Tapi keren juga sih nama ini kampus 'Mettala'. Dari mana gitu mereka dapet itu nama."

Sergio menghela nafas di tempatnya. "Yaudalah, gue mau nemuin Ariel dulu. Kasihan dia udah nunggu, gue duluan." pamit Sergio.

"Yoo! Jangan lupa tutup pintu!"

"Iye!" ucap Sergio lalu menutup pintu ruangan itu.

Sergio masih saja bingung akan kampus ini. Bagaimana bisa orang tuanya memasukkan dirinya dan Ariel kedalam kampus ini? Yang jelas jelas sangat berbeda dengan kampus yang lainnya.

"Aneh." ucapnya dalam hati.




###




Malam itu, Leo terlihat sangat bosan. Saat ini, dia sedang berbaring di atas kasur kesayangannya itu. Mama-nya sedang pergi. Sedangkan Papa-nya, masih di Swiss untuk mengurusi pekerjaannya disana.

Cowok itu mengguling-gulingkan tubuhnya diatas tempat tidur sedari tadi. Tidak ada kegiatan yang dapat menghilangkan kebosanannya. Bahkan dirinya hanya membuka ponsel lalu mematikannya lagi setelah itu karena bingung harus membuka apa disana.

Lalu sebuah ide terbesit dipikirannya. Kebetulan sudah lama juga dirinya tidak melihat itu. Cowok itu membuka kontaknya lalu mencari sebuah kontak yang bertuliskan sebuah nama disana. Leo berniat melakukan panggilan dengan orang itu. Ditekannya tombol panggil dan tak lama kemudian sebuah wajah cantik nan mempesona muncul disana.

"Hai, Ngel!" sapa Leo.

Terbentuk sebuah senyuman di bibirnya dan menyebabkan lesung di pipinya itu terlihat, namun sangat kecil dan hampir tidak terlihat jika untuk orang yang tidak jeli melihatnya.

"Hey!" balas Angel dengan senyum yang tidak kalah lebar.

"Gimana kabar lo?"

Baik, lo gimana? Sekarang di Indo kan lo?

"Iya, di Indo, tepatnya di kamar gue."

Keduanya tertawa.

"Lo mau ke kampus ya?" tanya Leo karena sedari tadi melihat Angel yang sedang merias wajahnya dengan make up yang natural lalu mencatok rambutnya.

Iya nih, semoga aja hari ini enggak macet.

"Sumpah, lo cantik, gak paham lagi gue."

Angel terkekeh disana.

Jangan begitu, Leo. Lo terlalu memuji gue. Lo juga cakep kok. Lebih cakep dari SMA.

Kali ini, Leo yang terkekeh.

"Berarti kita jodoh dong? Lo juga lebih cakep dari SMA."

Bisa aja, lo, ah!

Keduanya tertawa, lagi.

Yaudah, gue mau ke kampus nih, lo tidur sana, disana pasti udah malem kan?

"Iya, nih. Yaudah, hati hati , ya, ke kampusnya. Jangan ngebut. Pasport gue entah kemana."

Angel mengernyit disana.

Lah? Kenapa emangnya? Apa hubungannya?

"Nanti gue enggak bisa nyamper kesana. Pasport gue entah berada dimana." ucap Leo polos.

Lagi lagi, Angel dibuat tertawa oleh Leo.

"Yaudah, pelan pelan nyetirnya, percayalah, enggak akan macet kok. Lo enggak akan telat lagi hari ini."

Oke, gue matiin ya? See you, Cutie!

Sambungan telepon terputus. Leo terdiam mendengar ucapan Angel barusan. Senyuman Angel pun muncul didalam benak Leo.

Gimana ya, kalo gue jadian sama cewek yang pernah nyakitin pacarnya sahabat gue sendiri?

Tapi, dia udah tobat dan sekarang jadi baik banget.

Gimanapun juga, dia pernah dibenci sama sahabat gue.

Sekarang? Apakah Sergio masih benci sama Angel? Hmm... Gue rasa enggak deh. Bahkan Ariel aja yang disakitin, gue rasa udah lupain kejadian itu.

Beberapa pernyataan itu mengisi penuh otak Leo.

"Ternyata, cinta itu banyak halangan, ya?" ucap Leo. Cowok itu menghela nafas. Matanya menatap lurus keatas langit langit kamarnya. Sesaat kemudian, rasa kantuk pun menyerang. Perlahan, mata Leo terpejam. Rasa dilema itu ikut masuk kedalam tidur Leo.




###



"Sudah pulang, Nak?"

"Iya, Ma."

Ariel yang baru saja memasuki rumah langsung melepaskan sepatu yang dia pakai lalu ditaruh diatas rak sepatu. Cewek itu lalu berjalan mendekati Mamanya

"Mama, lagi apa?" tanya Ariel karena sedari tadi Bu Irene terlihat sedang membuat sesuatu di dapur.

"Mama mau bikin kue." jawab Bu Irene seraya meracik adonan di dalam sebuah wadah. "Nanti kamu cobain, ya? Dijamin enak, deh!"

Ariel menilik kedalam wadah adonan itu. "Tumben mama bikin kue, jarang banget mama bikin kue kayak begini. Kesambet apa mama sampai tiba tiba pengen bikin kue?"

"Mama lagi pengen aja bikin kue. Mau nge-tes kemampuan mama dalam membuat kue lagi. Dan benar aja, sekarang mama kaku banget bikin kuenya." Bu Irene terkekeh.

Ariel tersenyum. "Udah pasti, lah, Ma. Coba, udah berapa tahun mama enggak bikin kue?"

Bu Irene menghela nafasnya. "Kamu mau gak, mama ajarin buat kue?"

Ariel merasa senang. Diam diam, ternyata Ariel sudah tertarik untuk membuat kue buatannya sendiri. "Mau, ma, mau!"

"Yaudah, yuk, ikut Mama!"

Ariel mengikuti Bu Irene menuju ke meja makan. Wanita itu menaruh wadah yang berisi bahan adonan yang telah dicampurkan tadi untuk diaduk lagi supaya menjadi adonan kue yang kental.

"Kamu ambil alatnya disana" ucap Bu Irene menunjuk ke dalam lemari kecil tempatnya menyimpan alat alat untuk membuat kue. "Ambil yang paling ujung!"

Ariel berjalan mendekati lemari yang dimaksud Mamanya lalu membuka pintunya. Matanya bergerak mencari alat yang dimaksud Bu Irene. Sampai dia menemukan sebuah alat dengan dua 'kaki' dibawahnya dan itu terletak di paling ujung.

"Yang ada kakinya, ya, Ma?" tanya Ariel.

Bu Irene tertawa mendengarnya. "Bukan kaki, Sayang, itu namanya Mixer, gunanya untuk ngaduk adonan ini supaya bisa dikukus." jelas Bu Irene.

Ariel yang sudah memegang alat itu ditangannya pun mengangguk dan membulatkan mulutnya seraya menatap alat itu.

"Dibawa kesini, Riel!" pinta Bu Irene.

Ariel pun membawa alat itu ke meja makan. Wadah adonan kue itu ditaruh Bu Irene di meja makan. Wanita itu lalu menghubungkan Mixer itu pada aliran listrik. 'Kaki' Mixer itu dimasukkan kedalam wadah adonan kue itu lalu Bu Irene menyalakannya. 'Kaki' Mixer pun berputar dan mengaduk adonan kue didalam wadah.

Ariel menilik. Merasa tertarik, dia pun mencobanya.

"Ma, Ariel mau coba dong!"

Bu Irene lalu mematikan alat itu sebentar dan memberikannya pada Ariel. "Ini, kamu pegang. Nanti kamu gerakin kayak yang mama lakuin tadi, ya?"

Ariel melakukan gaya hormat. "Siap, Mama!"

Cewek itu langsung menyalakan alatnya dan mulai menggerakkan mesin itu. Beberapa menit kemudian, adonan kue yang sedari tadi diaduk, berubah menjadi kental. Dan Ariel menghentikan kegiatan mengaduknya.

"Udah, Ma. Ini udah kental. Habis ini, ngapain?"

"Nah, ini kan udah kental adonannya, habis ini kamu ambil cup besi yang bolong bolong sama cup kertas di tempat tadi kamu ambil Mixer ini, ya?"

Ariel mengangguk lalu mengambil barang yang diinginkan Bu Irene.

"Ini, Ma." ucap Ariel menyerahkan barang yang dia ambil.

"Taruh aja disini, sayang." kata Bu Irene seraya mengaduk adonan yang sudah kental itu dengan sendok.

"Nah, udah." Bu Irene mengetuk-ngetuk sendok ditepi wadah agar adonan yang menempel di sendok turun kebawah. "Sekarang, kamu pakai sendok dan masukin adonannya kedalam cup yang kamu ambil tadi."

Bu Irene memasukkan cup kertas kedalam cup besi tadi. "Inget, cup kertasnya dimasukkin dulu kedalam cup besi nya. Terus taruh adonannya kayak gini.." Bu Irene menyendokkan satu sendok adonan lalu dimasukkan kedalam cup.

"Adonannya jangan kebanyakan, kira kira aja. Kamu ngerti kan?" tanya Bu Irene.

"Oke! Aku ngerti!"

"Yasudah, kamu masuk-masukin deh, Mama mau ambil loyang dulu."

"Oke!"

Ariel melakukannya dengan sangat antusias. "Ma, nanti kuenya aku bagiin ke Om Lucurent sama Tante Sinta, ya?"

"Pasti, dong! Nanti kuenya kita bagi bagiin. Jangan lupa kasih Sergio itu kue buatan kamu." ledek Bu Irene.

"Kalo itu, mah, aku enggak akan lupa, ma." ucap Ariel.

"Kamu pernah mikir enggak sih? Dulu waktu kamu sama Sergio pertama kali ketemu itu berantem mulu sepanjang makan malam. Dan sekarang, kalian malah pacaran."

Ariel menghentikan kegiatannya sebentar. "Iya, ya, kadang aku juga mikir begitu."

"Mungkin kalian jodoh, makanya bisa begitu."

"Aku sih, mau mau aja."

Ariel dan Bu Irene sontak terkejut mendengar suara itu. Keduanya langsung melihat kearah pintu rumah dan mendapati Sergio berdiri disana.

"Sergio?"

"Hai, Tante!" sapa Sergio.

"Kamu sejak kapan disini?"

"Hmm... Barusan sih, Tan."

"Tumbenan kamu kesini."

"Iya, nih. Mama suruh kesini, katanya main main aja, udah lama juga aku enggak masuk kesini." Sergio tersenyum. "Iya, enggak, Riel?"

Ariel hanya tersenyum kecil lalu melanjutkan kegiatannya memasukkan adonan kue.

"Wah! Tante sama Ariel lagi bikin kue, ya?" tanya Sergio setelah melihat kondisi dapur rumah Ariel yang agak berantakan itu.

"Iya, nih. Tadinya Ariel mau kasih kejutan buat kamu, eh, kamunya malah udah datang duluan. Enggak jadi kejutan deh." Bu Irene tersenyum.

Sergio tertawa. "Oh iya? Wah! Baik banget si Ariel, tumben."

"Loh? Memangnya Ariel tidak baik sama kamu selama ini?" tanya Bu Irene sedikit terkejut.

"Bu-bukan, Tan. Maksud aku itu, tumbenan Ariel mau bikin kejutan buat aku. Begitu, Tan." Sergio terkekeh.

"Oh, begitu toh, kirain, kalau Ariel enggak baik mau Tante omelin dia."

"Enggak kok, Tan. Anak Tante ini baik banget. Udah gitu menggemaskan lagi, kalau aku boleh tahu nih, ya, Tan, waktu tante hamil Ariel, Tante ngidam apaan sih? Kenapa keluarnya ngegemesin banget gini?" ledek Sergio.

Bu Irene melihat kearah Ariel yang sudah merah pipinya itu lalu tertawa kecil.

"Dulu tante suka ngeliat anak bayi yang lucu lucu gitu di TV. Dan secara enggak sadar, tante malah pengen kalau anak tante itu cantik dan menggemaskan kayak bayi bayi yang tante lihat." jelas Bu Irene.

"Wah! Impian tante terwujud banget kalau begitu, mah! Terima kasih, ya, Tante, atas impiannya."

"Bisa aja kamu, tuh, Sergio..."

"Apalagi tujuan impian Tante itu milik aku sekarang." ucapnya lalu menatap Ariel.

Keduanya bertatapan selama beberapa detik.

"Tante permisi ke kamar dulu, ya?" ucap Bu Irene lalu meningglkan dapur menuju tangga. Disaat itu juga Ariel dan Sergio berhenti bertatapan.

Ariel melihat kearah tangga dan mendapati Bu Irene disana sedang mengedipkan sebelah matanya pada Ariel dan tersenyum.

"Ariel, aku bantu kamu bikin kue, boleh?"

"Enggak, jangan, ini kan kue buat kamu, biar aku aja yang buat, oke?"

"Terus aku ngapain dong?"

"Hmm..." Ariel berpikir sejenak. "Kamu nonton TV aja sana."

Sebuah ide muncul dalam benak Sergio. Dia pun menunjukkan senyum jahilnya.

"Kalau aku natap kamu disini aja boleh enggak?"

Dahi Ariel mengerut. "Ngapain?"

"Aku mau berharap supaya anak kita nanti bisa se-menggemaskan kamu."

Ariel menahan senyum. "Apaan sih? Emangnya nanti aku bakal nikah sama kamu?"

"Enggak tahu, sih. Tapi kalau misal aku berharap nikah sama kamu, boleh kan?"

Ariel tersenyum. "Hmm.... Boleh enggak, ya?"

"Kalau aku yang ditanya begitu sih, aku pasti jawab boleh." ucap Sergio.

"Kenapa?"

"Karena aku ingin cerita kita kayak lingkaran, yang sampai kapanpun enggak akan ada ujungnya."





                             - Serriel -




HAI! Apa kabar kalian? Baik yaaaaaa! ✨
Mulai senin aku udah uts nih :(
Ada gak yang uts nya mulai senin? Atau ada gak yang udah selesai?
Yang udah selesai, selamat yaa! Kalian bebas sekarang! Nikmatilah! 💛
Yang belum atau baru mau mulai, kita berjuang bareng bareng yaa! Kita harus belajar untuk masa depan! Oke? Aku juga baru mulai kok! 💚
Sergio sama Ariel juga udah mulai belajar nih di kampusnya! Padahal kan seharusnya mereka masih liburan :(
Yuk, kita sama sama belajar bareng! 💓💓
Dan mungkin habis selesai uts baru lanjut nulis 😅
Keep vote geng! mi luv youuuu! 💋💋

nahloh. 💛


Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 85.5K 37
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
294K 13.3K 43
Hubungan masa lalunya yang mengalami kegagalan, membuat Kayana menutup hatinya untuk orang-orang yang menyukainya. Bahkan Kayana bertekad untuk tidak...
1.8M 60.1K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
579K 4.6K 24
GUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...