Serriel

By rubylin_

138K 3.9K 45

Ariel Piternus , remaja perempuan yang jadi idola di SMA Paramitha . Cantik? Gausah ditanya. Manis? Pasti. Pi... More

Serriel ~ 1
Serriel ~ 2
Serriel ~ 3
Serriel ~ 4
Serriel ~ 5
Serriel ~ 6
Serriel ~ 7
Serriel ~ 8
Serriel ~ 9
Serriel ~ 10
Serriel ~ 11
CAST.
Serriel ~ 12
Serriel ~ 13
Serriel ~ 14
Serriel ~ 15
Serriel ~ 16
Serriel ~ 17
Serriel ~ 18
Serriel ~ 19
Serriel ~ 20
Serriel ~ 21
Serriel ~ 22
Serriel ~ 23
Serriel ~ 24
Serriel ~ 25
Chat sebelum ujian.
Serriel ~ 26
Serriel ~ 27
Serriel ~ 28
Serriel ~ 29
Serriel ~ 30
Serriel ~ 31
Serriel ~ 32
Serriel ~ 33
Serriel ~ 34
Serriel ~ 35
Serriel ~ 36
Serriel ~ 37
Serriel ~ 38
Serriel ~ 39
Serriel ~ 40
Serriel ~ 41
Serriel ~ 42
Serriel ~ 43
Serriel ~ 44
Serriel ~ 45
Serriel ~ 46
Serriel ~ 47
Serriel ~ 48
Serriel ~ 49
Serriel ~ 50
Serriel ~ 51
Serriel ~ 52
Serriel ~ 53
Serriel ~ 54
Serriel ~ 55
Serriel ~ 57
Serriel ~ 58
Serriel ~ 59
Serriel ~ 60
Serriel ~ 61
Serriel ~ 62
Serriel ~ 63
Ariel's Blog

Serriel ~ 56

903 30 0
By rubylin_

"Woi" senggol Leo dari belakang.

Sergio yang sedang menengguk minumannya pun terkejut dan hampir saja tersedak. Dia menoleh. "Dateng sih dateng, jangan ngagetin gitu!" Cowok itu mengelap sekitar mulutnya dengan tangan.

Leo terkekeh disana. "Maaf maaf,"

"Duduk deh."

Leo berjalan menuju tempat duduk kosong dihadapan Sergio dan seorang pelayan langsung datang menghampirinya dan memberi buku menu kepadanya.

"Nanti kalau sudah, panggil saya saja, ya, kak." ucap pelayan itu dengan ramah.

"Iya, Mba." Leo membalas dengan senyuman.

"Gila, lo banyak berubah juga ya setelah sebulan lo di negri orang. Gimana kampus disana? Bagus?"

"Hmm..." ucap Leo seraya membolak balikkan buku menu ditangannya. "Mba" Leo menaikkan tangannya.

Pelayan pun datang dengan membawa secarik kertas ditangannya. "Jadi mau pesan apa, kak?"

"Sweet ice tea - nya satu, ya, mba."

Pesanan Leo dicatat oleh pelayan itu. "Ada lagi, kak?"

"Enggak, itu aja. Makasih" senyum Leo.

"Baiklah. Ditunggu sebentar ya, kak. Terima kasih." ucap pelayan itu lalu pergi.

Leo membuka ponselnya seakan lupa dengan pertanyaan Sergio tadi.

"Woi" Sergio memukul meja pelan.

Leo menoleh. "Kenapa?"

"Tadi gue nanya loh."

"Nanya apa?" Raut wajah Leo kebingungan.

"Aduh, lo balik balik dari Swiss jadi lola ya? Lo kenapa sih enggak konsen gitu? Enggak biasanya." ujar Sergio lalu meminum minumannya.

"Kampusnya enak kok. Gede." Leo melanjutkan memainkan ponselnya.

"Terus, lo disana sama siapa? Bokap nyokap lo juga pindah kesana apa gimana?"

"Iya." jawab Leo.

"Iya? Iya apa? Jawab jangan dikit dikit , kek!"

"Permisi,"

Tiba tiba pelayan datang membawa satu gelas es teh manis pesanan Leo.

"Silahkan dinikmati, kak."

"Makasih, mba." Leo tersenyum.

Leo membuka kemasan sedotan dan memasukkan sedotan itu kedalam minuman Leo lalu menyedotnya sekali.

"Iya. Bokap nyokap juga pindah kesana."

"Oh."

Leo mengangkat alisnya dan lanjut bermain ponsel. Saat sedang asyik menggeser geser galerinya, tiba tiba sebuah notifikasi muncul.

Ariel.
lo hari ini ketemu sergio kan? lo mau bantuin gue kan?

Melihat itu, Leo langsung terkejut. Bisa bisanya dia lupa akan ini.

untung lo ingetin. kalo enggak udah lupa gue. iya , ini cowo lo didepan gue. sipsip, gue semprot dia sekarang. sorry riel gue hampir lupa. 😅

Leo segera menutup ponselnya dan menaruhnya diatas meja. Matanya menatap lurus ke arah Sergio dan membuat Sergio menoleh.

"Kenapa lo?"

"Gimana hubungan lo sama Ariel? Baik baik aja kan? Ceritain dong kisah kisah kalian waktu gue enggak disini. Penasaran nih!"

Leo sengaja memancing Sergio. Raut Sergio berubah seketika. Seakan pertanyaan yang Leo tanyakan adalah pertanyaan menakutkan yang harus ia jawab.

"Bengong aja! Ceritain dong, jangan pelit pelit lo sama gue."

"Gue...."

Leo mengernyit.

"Gue..."

"Lo kenapa? Gue - gue mulu dari tadi."

Sergio menarik nafas panjang lalu menghembuskannya pelan.

"Gue enggak bisa cerita."

Leo tersenyum miring. "Kenapa?"

"Ya, gue enggak bisa cerita aja."

"To the point aja deh." ucap Leo.

Kali ini, giliran Sergio yang mengernyit.

"Lo marahan kan sama Ariel?"

Sergio tidak dapat menyembunyikan wajah kaget nya. Bagaimana Leo bisa tahu?

"Lo marah sama Ariel karena alasan yang sama sekali enggak bisa gue terima."

"Maksud lo apa sih? Gue enggak paham."

"Enggak usah pura- pura deh, semua orang kalo tau alesan lo marah sama Ariel juga bakal bertindak kayak gue gini." Jari telunjuk Leo menepuk meja.

"Pura- pura? Marah? Apaan sih? Balik balik kok jadi enggak jelas gini?" Sergio tidak mau kalah.

"Udahlah Sergio , jangan munafik, lo enggak pantes perlakuin Ariel kayak gini. Dia enggak layak buat diperlakuin sejahat ini. Dan lo kayak gini ke Ariel cuman gara gara Tiara? Gebetan lama lo."

Sergio diam.

"Gue tau kalo Tiara itu cinta pertama lo dan lo masih enggak bisa lupain dia. Karena emang hukum alam nya begitu. Tapi lo juga harus move on."

"Apa alasan lo nuduh Tiara kayak gini?"

"Gue enggak nuduh. Gue cuman ngomong yang sebenarnya."

"Asal lo tau ya, gue bisa kok ngerasain kalau Tiara itu cinta sama gue dan itu tulus dari hatinya."

Rasanya Leo ingin tertawa mendengar ucapan Sergio.

"Lo udah dibutain sama Tiara tau gak. Oke gini, sekarang gue nanya sama lo. Emang Ariel enggak tulus sayang sama lo? Emang ketulusan Ariel enggak lebih besar dari Tiara?"

"Kemarin Ariel cerita ke gue soal masalah ini. Asal lo tau ya, dia sedih banget karena lo yang berubah sama dia tiba tiba gini. Dan lo malah milih si Tiara yang licik itu."

Sergio bingung. "Licik?"

"Oh jadi ini yang dimaksud Ariel?" Leo tertawa kecil.

"Dampaknya gede juga ya, bisa bikin mata hati orang jadi buta dan enggak bisa ngeliat topeng di muka orang lain."

Sergio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Buka mata hati lo. Jangan ditutup dengan ke-bego-an lo. Tiara ngarang cerita biar bisa dapet perhatian lo, goblok! Dan lo ngasih dia perhatian lo dengan gampangnya?" Leo tertawa kecil "Bego!"

"Inget, Gio. Waktu enggak akan keulang lagi. Jangan ampe lo nyesel karena lo ngelepasin sesuatu yang udah bikin lo bahagia selama ini. Jangan ampe lo nyesel karena lo dengan mudahnya merusak ini semua."

Petir menggelegar didalam hati Sergio. Ia merasa seperti tertusuk dan tak dia sangka , bayangan wajah Ariel terbentuk jelas dikepalanya dan reflek air matanya keluar walaupun sangat sedikit dan hampir tak terlihat. Tangannya bergerak menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu mengusap wajahnya.

"Kenapa lo kayak gitu? Udah sadar? Itu pengaruh iblis udah keluar dari tubuh lo? Asal lo tau, pengaruh itu enggak keluar dari tubuh lo dengan sendirinya. Enggak akan ada gunanya kalo dari lo nya enggak ada niatan buat ngeluarin pengaruh itu. Lo paham maksud gue?"

Sergio menaruh tangannya di dahinya.

"Otak gue stuck."

Leo menghela nafas.

"Maksud gue adalah kalo lo udah sadar akan kesalahan lo, itu semua enggak akan ada gunanya kalau dihati lo yang paling dalem masih ada rasa buat Tiara. Karena sekecil apapun rasa itu, bisa aja berkembang kan?"

Sergio menunduk.

"Lo enggak capek? Lo emang tega ngeliat Ariel yang udah berjuang mati matian buat minta bantuan gue untuk ngomong sama lo kayak gini. Lo tega ngebiarin air mata Ariel yang terus turun? Lo tega ngerenggut keceriaan Ariel?"

Sergio semakin diselimuti rasa bersalah. Kali ini, makin besar.

"Kenapa dia enggak ngomong sama lo langsung padahal dia bisa aja ngelakuin itu? Itu karena dia udah cape, Gio. Dia udah tau nantinya usaha dia akan sia sia dengan keadaan lo yang masih ada rasa sama Tiara kayak gini. Dia udah tau nantinya air mata dia akan jatuh lagi. Lo sadar dong, Gio. Bangun! Ini tentang Ariel, woi, Ariel!"

Rasanya ingin membelah meja ini menjadi dua bagian. Rasanya seperti tertusuk oleh pedang yang langsung mengenai tulang dan menembus tubuhnya.

Leo yang tidak tega melihat sahabatnya begitu pasrah pun menghela nafas.

"Oke, Gio! Gue bakal bantu lo."

Layaknya mendapatkan hujan setelah hari kemarau yang berlarut larut. Sergio kembali bersemangat.

"Serius? Lo enggak bercanda kan?"

"Asal lo bisa sadar kalau lo udah ngelakuin hal yang bodoh banget. Asal lo bisa sadar kalo nyari cewe kayak Ariel tuh susah. Enggak sebanding dengan nyari cewe yang kayak Tiara. Susah nyari cewek yang mencintai lo dengan tulus dari hatinya. Beda sama cewek yang cuman cinta karena tampang lo doang."

"Lagian kenapa lo berani beraninya deketin ato nembak Ariel kalo lo masih ada rasa sama Tiara? Kalau lo masih ada rasa, jangan kasih harapan ke Ariel dari awal!"

"Tapi gue beneran cinta sama Ariel saat itu. Setelah gue ketemu Tiara lagi, perasaan itu balik lagi entah darimana."

"Lo udah masuk ke jebakan nya si tolol. Dia berniat misahin lo sama Ariel. Mau tau gue tau dari mana?" Leo tersenyum miring. "Tanpa dikasih tau, denger cerita Ariel aja gue udah sadar kalo si tolol itu berniat jahat. Dan karena ke-tolol-an dia, cinta lo dan Ariel jadi korbannya. Hubungan lo sama Ariel jadi korban kebodohan Tiara."

"Please , gue mohon, jangan bikin gue makin merasa bersalah." ucap Sergio mengusap tulang hidungnya.

"Gue bantu lo buat balik ke Ariel. Lo inget kan janji dari neneknya Ariel?"

Pikiran Sergio melayang mundur.

"Lo inget kan pesen beliau?"

"Iya."

"Lo itu cowo, dan seharusnya lo bertindak sebagai laki laki. Omongan harus ditepatin, bukan cuman diucapin doang dimulut. Jangan karena lo kebawa suasana, janji lo sama neneknya Ariel jadi diingkar."

Sergio terdiam dan berpikir. Ada benarnya dari perkataan Leo.

"Gue udah muak ya sama kejadian goblok ini. Udahlah, cepet cepet deh kelarin ini drama bodoh!"

Sergio bangkit dari duduknya. Berdiri tegak sehingga ketegasannya terpancar keluar.

"Gue akan minta maaf sama Ariel. Walaupun gue tau kalo dia enggak akan dengan mudahnya maafin gue, tapi gue akan terus usaha. Dan soal Tiara, gue akan hapus nama dia sebersih mungkin dari hidup gue. Gue janji!" tangannya menjabat tangan Leo seperti baru saja membuat perjanjian penting.

Leo berdiri dan melakukan tos dengan Sergio.

"MA BRO!"

"Makasih ya, Leo. Lo udah bikin gue sadar akan kelakuan gue yang bodoh ini. Masa depan gue terancam suram kalo lo enggak nyadarin gue."

"Selaw aja. Gue akan selalu bantuin lo. Semoga aja Ariel cepet maafin lo, ya." ucap Leo seraya menepuk pundak Sergio pelan dan tersenyum.

"Sebagai ucapan terima kasih, lo pesen deh apapun yang lo mau. Gue yang bayar." Sergio tertawa.

"Bener ya?"

"Iya, lucknut. Udah sana pesen. Entar gue berubah pikiran lagi."

"Yes! Balik balik ditraktir sama jerapah, kapan lagi yekan?" Leo terkekeh. "Eh , kemaren gue telpon Angel."

"Oh iya? Gimana kabar dia?" tanya Sergio.

"Baik. Dia makin cantik deh. Sikapnya bener bener berubah juga. Kayaknya gue jatuh hati sama Angel." Leo tersenyum.

"Anjay! Serius?"

"Iya. Gimana menurut lo?"

Sergio mengusap dagu.

"Menurut gue sih, ya yaudah. Perjuangin cinta lo. Lanjutin aja. Siapa tau kan si Angel juga ada perasaan sama lo."

"Hmm... Gue berharap gitu sih."

"Yaudah, tunggu apa lagi? Nanti kalau dia  kesini, tembak langsung!" Sergio tertawa.

"Bisaan lo ah! Lo pikir nembak itu segampang makan kacang?"

"Gue bantu. Tapi lo sungguh sungguh kan?" ucap Sergio.

"Iyalah. Gila ya lo?"

Keduanya tertawa. Menertawakan Leo yang konyol namun bijak dalam masalah percintaan yang Sergio alami.


                             - Serriel -


HAI! 👋 Apa kabar gais? Baik yaaaaaa!
Tadi aku udah publikasi part ini yang udah aku tulis. Tapi entah kenapa hampir setengah cerita nya tuh keapus dan harus aku tulis ulang karena aku enggak save 😅 iya , ini versi lain dari yang tadi udah aku publish, tapi cuman setengah doang yang beda, kalo awalnya sama. 😅😅
Keep vote gais! mi luv youuuuuuu! 💋💋

Continue Reading

You'll Also Like

17M 755K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1.1M 112K 27
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
814K 52.4K 33
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
391K 22K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...