Dosen RESE (ISLY) ✔ [Masa Rev...

By Guppy_Rh

226K 13.9K 2.6K

-Revisi berhenti di tengah jalan(Part Tilu)- Dia adalah Byun Baekhyun, si dosen rese yang killer. Dan gue har... More

Tak kenal maka tak sayang
Hiji
Dua
Tilu
Opat
Lima
Genep
Tujuh
Dalapan
Salapan
Sapuluh
Sabelas
Dua Belas
Tilu Belas
Opat Belas
Lima Belas
Genep Belas
Tujuh Belas
Dalapan Belas
Salapan Belas (Lamaran)
Dua Puluh (Gundah)
Dua Puluh Hiji (Pengantin Baru)
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tilu (Spesial)
Dua Puluh Opat
Dua Puluh Lima (Honeymoon tring tring)
Dua Puluh Genep
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Dalapan
Dua puluh Salapan
Tilu Puluh
Tilu Puluh Hiji
Tilu Puluh Dua
Tilu Puluh Tilu
Tilu Puluh Opat
Tilu Puluh Lima
Tilu Puluh Genep (Fakta)
Tilu Puluh Tujuh
Tilu Puluh Dalapan
Tilu Puluh Salapan
Opat Puluh
Opat Puluh Hiji (BADAI)
Opat Puluh Dua (Fakta dibalik perbincangan dua perempuan)
Opat Puluh Dua (Hampir aja)
Opat Puluh Tilu
Opat Puluh Opat
Opat Puluh Lima "KISS"
Opat Puluh Genep
Opat Puluh Tujuh (Fakta Spesial)
Opat Puluh Dalapan ( the end)
Opat Puluh Salapan (Hmmm...)
~Surat Kaleng [Revisi Part 2]~
Lima Puluh (Special BaekAnna-revisi)
Lima Puluh Hiji
Lima Puluh Dua
Lima Puluh Tilu
Lima Puluh Opat (I Still Love You)
Lima Puluh Lima (Flashback)
Lima Puluh Genep
Lima Puluh Tujuh
Lima Puluh Dalapan
Lima Puluh Salapan (spesial Mingyu)
Genep Puluh [Goodbye]
_Goodbye_ (Revisi)
_Goodbye_ part2 (Revisi)
Genep Puluh Hiji
Genep Puluh Dua (Ketinggalan Banyak)
Resolusi (HBD my V)
_My Sweet Sasemse_
Genep Puluh Tilu
Genep Puluh Opat (Revisi)
Genep Puluh Lima
Genep Puluh Genep
Genep Puluh Tujuh [18+]
Genep Puluh Dalapan (Happy Anniversary and Wedding Day)
Genep Puluh Salapan (Honeymoon season 2)
Pak Sasemse Ngidam Di Hari Ulang Tahun?
Untuk Kalian, iya Kalian.
Edisi Mudik
Ada Yang Baru Loh!!!
Hei Kalian😊
PENJELASAN TENTANG MEREKA

TUJUH PULUH (ending)

3.9K 176 22
By Guppy_Rh

***Happy Raeding gengs***

Jangan lupa vommentnya ya...

***

"Ini sumbernya gak ada dan kata yang ini gak baku." Suami gue mengalihkan atensinya dari laptop di pangkuan dia ke gue yang tengah menatap dia dengan harap-harap cemas.

Suami gue masih menatap gue sampai gue sadar kalau gue harus melakukan sesuatu karena keteledoran gue. Gue pun berangsut mendekat ke arah suami gue lalu mencium pipi kiri dan kanannya. Setelah itu baru dia melanjutkan acara merevisi skripsi gue.

Ya sekarang ini gue udah menghadapi skripsi, di mana perjuangan puncak untuk seorang mahasiswa untuk meraih gelar yang dia inginkan. Meneurut info yang gue tahu, katanya untuk menyandang gelar akademi bisa melalui jalur tes, tapi umumnya para mahasiswa lebih memilih meracik skripsi dari pada ikut serangkaian tes.

Waktu emang terasa begitu cepat berlalu, padahal rasanya baru kemarin gue jadi maba dan sekarng gue udah menghadapi skripsi lagi aja. Untungnya gue udah membuat persiapan tentang topik dan judul yang ingin gue ambil sejak gue semester lima, jadi gue agak sedikit santai karen audah ngumpulin sebagaian bahan-bahannya sejak jauh-jauh hari. Semua itu berkat nasehat dari suami gue.

"Kamu masih aja suka ceroboh." Komentara suami gue yang membuat gue tersenyum kecil.

"Lain kali saya akan lebih hati-hati." Jawab gue pada suami gue yang saat ini terlihat lebih santai dari sebelumnya saat memeriksa skripsi gue.

Kalian pasti berfikir kalau suami gue itu jadi dosen pembimbing gue kan?

Selamat...

Dugaan kalian salah.

Banyak pihak kampus yang tidak setuju kalau suami gue menjadi pembimbing skripsi gue dengan segudang alasana yang membuat geu bingung, salah satunya adalah agar tidak terjadi pilih kasih dan kecemburuan sosial. Padahal suami gue itu profesional, dia bisa menempatkan diri sebagai apa di hadapan gue.

Dulu gue selalu berdoa agar pembimbing skripsi gue bukan Pak Baekhyun yang terkenal rewel saat bimbingan. Dan doa gue kini dijawab oleh Sang Maha Kuasa dengan jalan gue menikah dengan dia. Gue anatara senang dan gak senang sebenrnya. Menurut issu yang berhembus dari angkatan ke angkatan suami gue itu kalau sedang bimbingan skripsi mulutnya suka pedas dan juga matanya sangat jeli sampai bisa melihat tanda baca yang bukan tempatnya menurut dia. Dia seakan menuntut mahasiswanya untuk menghasilkan sesuatu yang perfec. Dan sekarang gue mengakui kebenaran issu itu saat merasakannya sendiri.

"Ini pembahasannya terlalu melebar."

Suami gue memblok dua halaman full di mana gue butuh perjuangan banget saat mengetik bagian itu karena saat gue udah cape-cape ngitik laptop gue tiba-tiba mati dan datanya raib entah kemana. Setelah itu dia mengganti warnynya menjadi merah untuk memberi tanda mana aja yang harus gue pangkas. Gue hampir ingin nangis saat itu juga, tapi di saat yang bersamaan suami gue datang lalu menepuk-nepuk bahu gue dan memberi gue semangat.

Gue menelan ludah gue sendiri saat kata-kata yang udah susah payah gue pindahin dari buku ke laptop itu bakalan dipangkas sampai habis. Setelah itu gue buru-buru mencium pipi kirinya sebagai hukuman keteledoran dia. Ini sih namanya bimbingan rasa pacaran.

Akhirnya setelah satu jam berlalu bimbingan gue pun selesai dan kini gue tinggal bersantai ria. Suami gue pergi ke dapur untuk mengambil cemilan yang udah abis sementara gue sedang tiduran sambil mendengarkan musik dari radio yang tengah mengudara.

Karena mulai suntuk gue pun mengambil deretan buku kebahasaan di rak bahasa yang ada di perpustakaan ini lalu kembali duduk dan membaca sesuai aturan ergonometris yang selalu diterapkan suami gue. Gue melanjutkan halaman yang pernah gue baca dan hohoho... gue menemukan sesuatu yang baru.

'Saya kangen kamu'

'Saya ada jadwal pagi.'

'Saya baru pulang.'

'Rumah ini sepi gak ada kamu.'

"Hari ini saya makan sendiri lagi.'

'Saya kangen sama kamu.'

'Saya kepikiran kamu terus.'

'Saya harap kamu baik-baik di sana.'

'Jangan telat makan.'

'Saya kangen, Anna.'

'Hari ini saya cape banget.'

'Maaf, saya ngelanggar janji saya untuk gak baca buku sampai larut malam.'

'Saya nginep di apartemen Chanyeol.'

'Malam ini saya meluk guling lagi.'

'Lebih enak meluk kamu dari pada guling'

'Maaf saya gak belum ngabarin, saya bener-bener sibuk.'

'Saya sayang kamu.'

'Happy anniversary, Anna. Only you queen in my heart.'

Senyum gue terus terpatri setiap gue membaca tulisan suami gue. Ada perasaan senang luar biasa saat gue membaca setiap kata demi kata yang dia tuliskan. Gue pun memeluk buku itu lalu mengambil balpoin dan membalas setiap kata-kata yang suami gue tulis. Saking asiknya gue sampai tidak sadar suami gue sudah kembali dari dapur dan menyimpan cemilan yang dia bawa di meja.

"Asik banget." Tegur suami gue.

"Haha iya dong." Kata gue tanpa sedikitpun mengalihkan atensi gue dari buku yang ada di pangkuan gue.

"Coba sini saya mau liat." Kata dia sambil menarik buku yang lagi gue tulisin.

Suami gue tersenyum bahkan mendengus geli membaca balasan gue. Dia lalu merebut balpoin yang gue pegang dan membalas balasan gue di lahan yang masih kosong. Gue ingin mengintip tapi dia menutupi bukunya dan mengatakan bahwa gue gak boleh nyontek. Dan pada akhirnya kami berdua pun saling balas-balasan hingga lahan kosong buku itu kini terpenuhi semua dengan tulisan kami berdua. Dan gue suka itu.

***

Sekarang gue sedang menunggu giliran untuk sidang akhir. Setelah melewati fase-fase sulit dari mulai membuat proposal sampai tibalah sekarang sidang akhir gue. Sejak tadi malam gue gak bisa tidur dengan tenang karena gelisah mikirin ini itu sampai kepala gue rasanya pusing. Suami gue yang menyadari kegelisahan gue selalu memberi gue semangat dan juga da di samping gue kecuali di dalam ruang sidang nanti.

Dosen penguji gue semuanya jajaran dosen killer yang sebelas dua belas kelakuannya kaya suami gue. Untungnya suami gue memberi gue sedikit bocoran tentang bagaimana cara mereka menguji mahasiswanya. Jadi seenggaknya gue udah ada bayangan meskipun gue tetap takut dan deg-degan.

Gue kebagian sidang bareng Mingyu dan teman-teman gue di kelas lain. Aas sama Asa sidangnya lusa dan sekarang mereka seperti sedang latihan sidang. Gue beberapa kali menghela nafas untuk menenangkan diri dan Aas sama Asa yang beberapa kali menyakinkan gue kalau gue bisa.

Tiba-tiba aja hp gue bunyi menandakan ada panggilan masuk dan ternyata itu dari Dinda, salah satu murid gue. Ya, sekarang gue udah ngajar di sekolah yang dulu gue dan teman-teman gue jadikan tempat PPL. Pihak sekolah menilai kinerja gue bagus dan kebetulan mereka memang sedang membutuhkan guru karena ada salah satu guru yang cuti. Gue pun diminta untuk gabung dan tentu saja kesempatan itu gak gue sia-siain begitu saja. Lagi pula suami gue sepenuhnya mendukung dan tentunya keluarga gue juga.

Dinda menelpon gue untuk menanyakan bagaiaman sidang gue dan gue jawab kalau sidang gue belum mulai. Dia memberi gue semangat mewakili teman-teman sekelasnya dan gue merasa sangat terharu saat murid-murid gue beserta jajaran guru di sana membuat video ucapan semangat dan selamat.

Pintu ruang sidang yang terbuka membuat gue harus mengakhiri telpon dari Dinda karena sekarang giliran gue yang masuk. Gue dan yang lainnya langsung berhambur pada Mingyu dan menyerbunya dengan ucapan selamat dan juga bunga begitu cowok berkulit eksotis dan berperawakan jangkung itu keluar dari dalam ruang sidang. Taeyong bahkan sampai ingin menangis segala.

Wajah Mingyu terlihat begitu sumringah dan lega yang membuat rasa takut gue berkurang. Sebelum masuk Mingyu memberi gue semangat dan sedikit tips-tips menghadapi para dosen penguji di dalam sana.

Setelah memantapkan hati dan berdoa sama temen-temen gue, gue pun melangkah dengan pasti memasuki ruang sidang. Tapi langkah pasti gue sempat terseret-seret saat sudah berada di dalam ruang sidang yang suasananya menurut gue sangat horor.

Gue diminta Bu Ina menjelaskan hasil skripsi gue dari power point ynag udah gue buat. Pertanyaan-pertanyaan dari para dosen penguji di depan gue begitu teroritis dan menuntuk gue untuk menjawabnya secara kritis. Pokonya skripsi gue dituntas habis-habisan di ruang sidang itu.

Gue sempat tersendat-sendat menjawab pertanyaan yang dilontarkan mereka tapi gue merasa yakin dengan jawaban gue karena gue udah belajar mati-matian dengan suami gue tiga minggu sebelum gue menghadapi sidang akhir. Gue gak boleh terlihat ragu karena bukan hanya harga diri gue saja yang dipertaruhkan tapi jug harga diri suami gue yang berstatus sebagai salah satu staff pengajar di sini.

Gue terus mengingat nasehat suami gue, kalau gue harus tetap tenang agar bisa menjawab pertanyaan dengan baik dan benar. Dan gue berusaha untuk melakukan itu meski susah dan menyiksanya minta ampun, tapi saat gue mendengar tepukan dari para dosen penguji gue dan juga ucapan selamat hati gue seketika begitu merdeka.

Rasanya semua beban yang bergelayut pada diri gue langsung sirna begitu saja. gue benar-benar merasa lega luar biasa. Setelah mengucapkan terima kasih gue pun pamit keluar. Begitu gue melangkahkan kaki keluar dari ruang sidang teman-teman gue menyambut gue dengan antusias dan langsung memeluk gue sambil mengucapkan kata selamat dan juga membari gue buket bunga, membuat air mata gue menetes begitu saja. Gue benar-benar lega dan senang. Akhirnya perjuangan gue membuah kan hasil.

Teman-teman gue yang masih meluk gue langsung melepaskan pelukannya dan mereka perlahan menyingkir saat suami gue berjalan ke arah gue dengan senyumnya yang manis membuat kebahagiaan gue hari ini sempurna.

"Selamat untuk sidangnya." Kata suami gue yang membuat suasana seketika heboh.

Mahasiswa di sekitar gue pun langsung melirik ke arah gue dan suami gue tak terkecuali mereka yang ada di ruang atas. Gue hanya mengulus senyum lalu menjulurkan tangan gue yang disambut oleh suami gue. Gue pun meraih tangan suami gue dan menempelkannya di kening gue.

"Terima kasih, Pak." Ujar gue.

***

Suami gue sudah menunggu gue di depan pagar sekolah ketika gue baru saja keluar dari ruangan guru setelah mendapat telpon dari dia. Gue buru-buru menghampiri dia karena gak mau dia nungguin gue terlalu lama.

"Ibu..." Teriak Dinda dari arah belakang yang membuat gue menoleh ke arah dia dan mendapati gadis cilik berkuncir dua itu tengah lari-larian ke arah gue.

"Hai Teh Dinda, kok belum pulang sayang?" Tanya gue sambil berjongkok untuk menyamai tinggi badannya.

Gue menatap Dinda yang tengah terengah kecapean dengan sedikit bingung, pasalnya anak-anak kelas dua sudah pulang dari tadi tapi dia masih ada di sini padahal ini sudah jam dua. Gue sendiri baru pulang karena habis rapat dengan para guru lainnya.

"Ayahnya belum ngejemput, Bu." Jawab Dinda.

Gue menghela nafas lalu menyuruh Dinda untuk menunggu di bangku taman sementara gue menghampiri suami gue dulu untuk memberitahu dia kalau gue mau nungguin Dinda samapai ayahnya menjemput. Suami gue setuju dan ikut menunggu seperti gue. Kami berjalan beriringan menghampiri Dinda yang tengah asik dengan lolipopnya sampai hp gue berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Begitu gue lihat hp gue ternyata ayahnya Dinda yang menghubungi gue. gue pun mengangkat panggilan itu dan menerika kabar bahwa ayahnya Dinda tidak bisa menjemput karena istrinya mau melahirkan dan sedang di bawa ke rumah sakit. Ayahnya Dinda meminta tolong pada gue untuk mengantar Dinda ke ruamah sakit dan tentu saja gue iyakan dengan sennag hati.

"Kak, kita ke rumah sakit sekarang."

"Ada apa?" tanya suami gue bingung.

"Mamahnya Dinda mau melahirkan." Jawb gue dengan antusias lalu segera menghampiri Dinda dan memberitahukan kabar genbira ini.

Dianda begitu sennag dan antusias mendengar bahwa adiknya akan segera lahir. Dia tidak sabar ingin cepat-cepat sampai di rumah sakit. Sepanjang perjalanan Dinda terus saja mengoceh dan membicara banyak hal dari mulai membicarakan nama untuk adik barunya sampai menceritakan dia yang sudah membuat maianan untuk adiknya padahal baru lahir.

Dinda itu memang lucu dan menggemaskan. Dia adalah anak yang ceria dan juga gampang akrab denganorang baru, buktinya dia bisa langsung nyambung dengan suami gue. Suasana di dalam mobil jadi jauh lebih berwarna saat Dinda banyak bercerita. Saumai gue pun sepertinya menikmati suasana tadi. Kami jadi terlihat seperti keluarga kecil baru. Aaah... rasanya gue ingin cepat-cepat punya anak. Pasti suasana mobil akan serame ini kalau ada malaikat-malaikan kecil di dalamnya.

Setelah mengantar Dinda ke rumah sakit Neneknya Dinda menjemput Dinda di halaman depan. Neneknya Dinda mengucapkan terima kasih dengan raut wajah keibuannya. Setelah berpamitan gue dan suami gue pun pulang.

"Sekarang jadi sepi ya, Kak? Padahal tadi rame banget." ujar gue mengutarakan isi hati gue yan

"Iya, tadi ada Dinda yang terus-terusan berceloteh."

"Kapan ya kita punya?" Tanya gue lirih.

Suami gue mengalihkan atensinya ke gue lalu menggenggam tangan gue,"Kamu yang sabar ya, kalau udah dikasih kita pasti punya. Kita hanya perlu lebih berusaha lagi."

Gue mengangguk kecil tanda mengerti meskipun jauh di lubuk hati gue, gue begitu menginginkan kehadian buah hati itu. Gue udah dua tahun berumahtangga dan berbagai cara telah gue dan sauami gue lakukan agar gue bisa cepat hamil. Tapi sejak gue keguguran waktu itu, gue jadi susah untuk hamil. Ya gue memang pernah mendengar wanita yang keguguran itu katanya ada yang sulit lagi punya anak. Dan gue takut kemungkinan itu terjadi sama gue.

Gue selalu takut suami gue akan mulai beralih dari gue karena gue masih belum bisa ngasih dia keturunan. Tapi untungnya suami gue selalu berhasil membuat gue yakin kalau dia gak akan pernah ninggalin gue dalam keadaan apa pun.

"Kamu kenapa ngelamun? Gak mau turun?" tanya suami gue membuyarkan lamuanan gue.

"Kak," Gue menatap lekat bola mata suami gue.

"Ya?"

"Saya suka ngerasa sepi kalau Kakak gak ada di rumah."

"Saya ngerti, kamu yang sabar ya. Nanti kita juga pasti punya."

***

Selain ngajar, keseharian gue kini lebih banyak diam di rumah. Gue suka bete sebenarnya , mau ngajak main Aas sama Asa mereka udah pulang kampung. Mau ngajak temen-temen yang lain mereka juga udah punya kesibukan masing-masing. Rasanya sekarang tuh waktu buat kumpul bareng susah banget.

Untungnya sekarang ini gue harus ke kampus buat ngambil peralatan wisuda dan tentunya gue gak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk melepas kangan gue ke teman-teman gue. Begitu gue sampai di kampus, temen-temen kelas gue udah pada kumpul di bawah pohon rambutan. Di sana juga udah ada Aas dan Asa yang sedang melambai-lambaikan tangannya ke arah gue.

Gue pun buru-buru menghampiri rombongan kelas gue dan langsung pelukan ala theletubies dengan mereka. Setelah itu kami pun lanjut mengobrol dari mulai obrolan yang penting sampai tidak penting sekalipun, seperti membahas kenapa kenapa Nyim dari awal masuk kuliah sampai sekarang lulus masih saja menjomlo.

"Anna." Panggil Mingyu pas gue keluar dari ruang administrasi.

Teman-teman gue sebagain udah pada pulang dan yang lainnya membubarkan diri masing-masing entah ke mana. Aas harus pulang duluan karena orang tuanya udah ngejemput sementara Asa mau kumpulan HIMA, tapi sebagai mantan member pengurus HIMA, katanya mereka mau foto bareng buat kenang-kenangan.

"Ya, Ming?" Tanya gue sambil memasukan topi toga gue ke dalam tas.

"Gue mau balik ke Jogja." Jawab Mingyu.

"Serius?" tanya gue.

"Iya, orang tua gue minta gue balik dan ngajar di sana."

"Ya udah kalau itu emang permintaan orang tua lo, lo harus turutin." Kata gue berusaha melapangkan dadanya karena gue tahu sebenarnya dia itu ingin banget kerja di sini dan kata Mingyu juga dia ditawarin ngajar di salah satu SD swasta di deket daerah sini.

"Iya Na, sekalian gue juga ngerawat ibu yang sering sakit."

"Nah iya bener tuh, lo emang harus selalu ada di samping ibu lo buat ngerawat dan jagaian bleiau." Kata gue yang diangguki oleh Mingyu.

Gue mengulas senyum manis,"Sukses terus ya, Pak Guru."

"Amin, Bu Guru juga ya."

"Iya amin... amin... ya udah gue duluan ya takut Pak Baekhyun udah nungguin."

"Eh tunggu." cegah Mingyu ynag membuat langkah gue terhenti.

"Ya?"

Tiba-tiba Mingyu natap gue serius,"Janji sama gue, Na, lo bakalan selalu baik-baik aja."

Gue menatap Mingyu bingung tapi detik berikutnya gue tidak mau terlalu memikirkan kebingungan gue, "Iya Ming, gue janji."

"Makasih, Na."

___

Akhirnya hari ini gue wisuda. Gue udah ke salon dan dirias secantik mungkin lengkap dengan kebaya yang gue kenakan. Suami gue, abah, dan ayah mertua gue tengah menunggu gue besert dua ibu gue yang sedang mempercantik diri. mereka bertiga duduk di sofa yang sudah disediakan dan terlihat tengah terlibat percakapan. Gue mendengus kecil melihat para bapak-bapak itu tengah menunggu istri mereka masing-masing sambil mengobrol. Entah kenapa hal ini terlihat lucu dan langka.

Setelah selesai nyalon mamah memberi usul agar kita keluar bareng dan bergaya di depan para suami masing-masing. Gue kadang tidak habis pikir dengan kelakuan Mamah, mungkin gen dari Mamahlah yang membuat kelakuan Kak Taehyung juga jadi kadang abstrak.

"Gimana? Kita bertiga keliahatan seumuran kan?" Tanya gue, Ambu dan, Mamah secara kompok setelah tadi berdiskusi terlebih dahulu.

Abah dan Ayah tertawa melihat kelakuan kami bertiga semenatar suami gue hanya tersenyum sambil menggelagkan kepalanya dan seperti biasa tanpa ada kata-kata manis untuk menilai penampialan gue. Setelah itu kami pun segera pergi menuju gedung Pariuhan tempat diselenggarakannya acara wisuda tahun ini.

Gue duduk di deretan bangku paling depan bersama Aas, Asa, dan juga Mingyu di kelas gue. Di depan gue berjejer rapi kursi-kursi para dosen dan petinggi kampus lainnya serta para tamu undangan dari berbagai kalangan. Suami gue ada di salah satu kursi dosen di sudut bagain kiri yang jauh dari gue semantara Ambu, Abah, dan Mertua gue menunggu di luar aula karena dari tahun ini sampai selanjutnya orangtua dan para saudara tidak diperbolehkan masuk demi kekhusuan acara.

Perasaan gue saat ini tidak bisa gue deskripsikan dengan kata-kata. Gue merasa luar biasa senang dan bangga karena gue berhasil menyelesaikan study S1 gue. Rasanya semua perjuangan manis pahitnya kuliah gue terbayar dengan lunas. Titik di mana gue merasa terpuruk, tertejan, jenuh, dan malas kini sirna digantikan suatu titik kebahagiaan penuh syukur. Asa bahkan dari tadi gak bisa berhenti sneyum-senyum dengan mata yang berkaca-kaca..

Saat sedang mendengarkan sambutan dari rektor tiba-tiba hp gue bergetar menandakan ada pesan masuk. Gue pun buru-buru membuka pesan itu saat melihat nama kontak suami gue yang tertera di sana.

Kakak♥♥♥

Kamu tahu bunga-bunga yang dijual di luaran sana?

Anda

Tahu, bunganya pada cantik.

Kakak♥♥♥

Tapi entah kenapa lebih cantik kamu.

Jawaban dari suami gue refleks membuat gue meremat hp gue sambil senyum-senyum membuat Aas yang duduk di samping gue menyerngit heran.

Anda

Dasar tukan gombal!!!

Satu persatu nama mahasiswa dipanggil ke atas podium untuk disahkan gelar belakangnya secara resmi. Mingyu adalah mahasiswa yang namanya dipangil pertama karena dia merupakan mahasiswa peraih IPK tertinggi di angkatan gue. Saat Mingyu dipanggil semua orang bertepuk tangan dan gue sebagai sahabatnya merasa sangat bangga dan bersyukur mengenal Mingyu. Mungkin bisa dibilang Mingyu itu adalah Taehyungnya angkatan gue yang nyaris meraih nilai sempurna.

Dan akhirnya nama gue pun disebut lengkap dengan nilai cumlaude gue yang membuat gue begitu bangga. Gue melangkahkan kaki gue menuju podiaum dengan perasaan yang luar biasa senang sekalgus gugup. Saat gue mencium tangan Pak Asep, Rektor di kampus gue, setelah tali pita toga gue dipindahkan air mata gue meluncur begitu saja. Gue melirik suami gue denganekor mata gue dan dia pun tengah menyaksikan proses sakral gue sebagai mahasiswa.

Melihat dia ada di sana, duduk tenang dengan tatapan mata yang menatap gue lekat membuat perasaan gue semakin bahagia. Dia yang paling tahu bagaimana perjuangan gue untuk sampai di sini dan dia yang paling tahu bagaimana tangis dan tawa gue silih berganti menyatu dalam diri gue.

___

Setelah acara wisuda kemarin yang begitu menguras emosi. Sekarang ini gue sedang merayakan kelulusan gue dengan mengadakan pesta kebun di halaman belakang. Hanya ada gue, suami gue, orangtua gue, mertuan gue dan Kak Taehyung di sini. Tapi entah kenapa suasana yang ada terasa begitu ketal akan kekeluargaan.

Kemarin saat gue selesai wisuda Ambu langsung meluk gue dan mengatakan kalau beliau bangga pada gue. Abah pun melakukan hal yang sama baru setelah itu disusul Mamah yang juga tidak luput dari tangisan hru seperti Ambu. Sedangkan Ayah dan Kak Taehyung hanya memberi gue ucapan selamat sambil berjabat tangan. Tak lupa mereka pun memberi gue buket bunga sebagai hadia dan simbolis.

Kemarin sebelum berfoto dengan keluarga gue, gue berfoto dulu dengan anak-anak kelas. Para teteh-teteh kelas gue pada menangis karena sedih harus berpisah, tapi mau bagaimana lagi? setiapa pertemuan pasti ada perpisahan karena tidak akan ada awal tanpa adanya akhir. Tapi tentu saja, perpisahan ini buakan akhir dari segala persahabatan kami yang telah dibangun empat tahun lamanya. Setelah berfoto dengan teman-teman sekelas gue pun pamit ergi duluan karena keluarga gue sudah menunggu untuk difoto bersama.

"Aduuh Kak.... mata saya gatel." Ringis gue sambil mengucek-ucek mata gue yang terasa begitu gatal. Gue gak tahu kenapa tapi sejak kemarin mata gue gatel banget, lebih tepatnya saat suami gue membuka jasnya dan hanya memakai kemeja putih polos favorit gue.

"Jangn dikucek-kucek gitu nanti iritasi." Kata suami gue memperingatkan sambil mengambil beberapa cemilan di lemari pendingin lalu berjalan menghampiri gue.

"Tapi gatel." Gue tetap mengucek-ecek mata gue, malah sekarang lebih parah.

"Coba sini saya liat." Kata suami gue sambil menaruh makanan yang dia pegang di meja mekan.

Setelah itu suami gue memeriksa mata gue dan menupnya. Gue mengerjap-erjapkan mata gue tapi saat gue melihat kaos rumahan yang dipakai suami gue gatal gue kembali menjadi-jadi. Gue pun refleks mengucek mata gue lagi yang membuat suami gue terpaksa menghentikan aksi gue.

"Gatel..."

"Iya tapi jangan dikucek-kucek gitu."

Gue kembali mengerjap-erjapkan mata gue lagi dan saat melihat kaos yang dikenakan suami gue gatal gue kembali menjadi-jadi.

"Buka baju Kakak."

"Apa?"

"Cepetan buka baju Kakak."

"Kamu kenapa?" Tanya suami gue bingung.

"Buka aja, kayanya mata saya gatel liat baju kakak yang warna putih buktinya kemarin mata saya getl juga pas kaka ngelepas jas kakak kan."

"Jangan ngawur kamu."

"Kalau gitu untuk membuktikan dugaan saya buka baju Kakak."

gue terus memaksa suami gue untuk membuka baju dia dan menggantinya sampai akhirnya dia pun mengalah dan menuruti permintaan gue. Dan lihat... ini berhasil. Gatal di mata gue perlahan namun pasti mulai mereda. Gue pun jadi bertanya-tanya alasan dibalik hal itu.

begitu tiba di halaman belakang rumah Mamah menanyakan kenapa gue dan suami gue lama banget di dapur dan gue hanya tersenyum saat suami gue menjawab. Untungnya baik orngtua gue atau mertua gue tidak terlalu mempedulikan hal itu apalagi Kak Taehyung yang sajak tadi asik membolak-balik ikan bakar di tempat pembakaran.

Beberapa menit kemudian ikan yang dipanggang Kak Taehyung matang. Nasi liwet dan sambal jahe yang sejak tadi melambai-lambaikan ke arah gue pun akhirnya bisa gue nikmati. Tapi dasar suami gue, masa iya nasi liwet diakombinasikan dengan sayur asem. Ah entahlah apa jalan pikiran dia, asal dia senang aja gue udah bersyukur.

Baru aja ikan yang dipanggang Kak Taehyung di bawa ke meja oleh Abah dan Ayah tiba-tiba saja dada dan perut gue langsung nyel-nyelan. Bau amis dan baut tanah langsung menyerang indera penciuman gue yang membuat gue menjadi mual padahal katasuami gue dan yang lainnya mereka tidak mencium bau-baua yang gue sebutkan tadi.

"Kamu gak apa-apa?" Tanya suami gue begitu gue keluar dari kamar mandi.

Gue hanya menggelang lemah sambil memegang kusen pintu lalu mengusap wajah gue.

"Wajah kamu pucet, mau periksa ke dokter?" tanya suami gue yang gue jawab dengan gelengan kepala.

"Say abik-baik aja."

"Kamu yakin?"

"Saya hanya kecaena aja Kak."

"Ya udah ayo ke belakang lagi, yang lainnya udah nungguin." Kata suami gue sambil memapah gue karena gue emang terlihat lemas banget.

Gue kembali mengangguk mengiyakan dan merjalan beriringan degan suami gue. Tapi baru saja empat langkah perut gue kembali nyel-nyelan karena mencium wangi parfum suami gue. Gue pun buru-buru kembali ke kamar mandi dan memuntahkan isi perut gue yang bahakan belum gue isi sejak semalam. Suami gue menyusul gue ke dalam kamar mandi dan memijit tengkuk gue.

"Ayo periksa, kayanya kamu masuk angin."

"Gak perlu periksa Kak, cukup minum obat dan istirahat saja." Jawab gue tertahan karena tiba-tiba perut gue kembali berulah.

"Oeeek... bisa tolong ngejauh dulu, parfum Kakak bau." Kata gue smabil menutup hidung.

"Bau? Bukannya kamu suka wangi parfum saya?" Tanya suami gue bingung

"Gak tahu Kak, tiba-tiba enek."

"Kamu aneh, tadi kamu bilang mata kamu gatel liat saya pakai baju putih sekarang perut kamu mual-mual nyium parfum saya. Kamu benaran gak papa kan?"

Baru aja gue ingin angkat biacar tiba-tiba Ambu masuk ke dalam kamar mandi yang emang pintunya tidak ditutup suami gue dan menanyakan keadaan gue. Suami gue menjawab pertanyaan Ambu mewakili gue yang kembali muntah-muntah. Ambu terlihat khawatir dan tiba-tiba berkata sesuatu yang membuat gue terpaku.

"Kayanya kamu hamil."

Berkat kalimat tidak lengkap dari Ambu barusan membuat rasa penasaran gue begitu menggebu-gebu. Gue emang belum haid meskipun ini sudah mau menjelang akhir bulan. Tapi gue tidak curiga ke arah sana karena siklus bulanan gue yang memang acak-acakan semaunya dia. berbekal tiga test pack yang memang sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari meskipun gue gak tahu kapan akan dipakainya. Dan sepertinya sekarang ini wkatunya.

Gue sangat berdebar-debar menantikan hasil yang keluar dari tiga test pack yang gue pakai. Bahkan ue harus menghela nafas ebberapa kali untuk menenangkan hati gue. Di luar kamar mandi terdengar suara ibut-ribut Ambu dan Mamah yang membuat gue semakin tegang karena gue takut hasil yang keluar membuat gue dan yang lainnya kecewa. Dan begitu gue melihat hasilnya...

"Gimana hasilnya, Na?" Tanya Ambu dan Mamah kompok dengan wajah yang teramat sangat penasan begitu gue baru aja keluar dari kamar mandi.

Gue manatap satu persatu orang-orang yanga ada di sekeliing gue dengan seksama. Satu kata yang bisa menjelaskan rauh wajah mereka, was-was. Tapi suami gue dan ayah terlihat lebih tenang dari yang lainnya.

"Anna, hasilnya gimana?" Tanya Ambu tidak sabaran.

"Iya Nak, hasilnya gimana nih? Gue bakalan punya ponakan gak?" sambung Kak Taehyung yang wajahnya sama-sama menampilkan rasa penasaran.

Gue menghela nafas berat lalu menatap manik suami gue yang terlihat harap.-harap cemas juga seperti yang lainnya.

"Apa pun hasilnya saya akan terima, jadi tolong beritahu kami. jangan buat kami penasan." Kata suami gue dengan sorot mata yang meyakinkan.

Gue mengulas senyum lalu berteriak,"Taraaaaa.... kita punya anggota keluarga baru." Ujar gue setengah berteriak sambil memperlihatkan tiga tespeck di tangan gue yang ketiganya menunjunjukan hasil dua strip merah yang sinkron.

Hari ini, detik ini, gue tidak akan pernah melupakan bagaimana ekpresi suami gue yang terlihat begitu bahagia, lega, dan bersyukur di saat yang bersamaan. Dia langsung memeluk gue erat dan mencium kening gue beberapa kali. Di samping gue, Ambu dan Mamah pun tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya mereka, keduanya langsung berpelukan sambil tertawa. Abah tidak henti-hentinya mengucap kata syukur dan Ayah yang pembawaannya paling tenang di antara semua orang yang ada di sini hanya tersenyum sambil mengusap ujung matanya yang berair sampai Kak Taehyung merangkul keduanya dan terus mengatakan kalau dia sebentar lagi menjadi om ganteng.

"Terima kasih, Anna, terima kasih." Kata suami gue yang kini matanya telah berkaca-kaca.

"Terima kasih telah melengkapi kebahagian saya." Lanjut suami gue setelah sebelumnya kembali mencium kening gue dengan durasi lebih lama.

Gue menggelengkan kepala gue dan menatap mata dia,"Justru saya yang harusnya berterima kasih pada Kakak. Terima kasih Kak telah melengkapi kebahagiaan saya."

Suami gue langsung menarik gue kembali dalam pelukan hangatnya membuat gue bisa mendalami perasaan gue lebih jauh lagi. Anehnya hidung gue kembali normal dan dada gue tidak maul lagi mencium parfur dia. Padahal tadi gue baru aja muntah-muntah, mungkin calon anak gue tahu kalau sekarang ini gue butuh banget pelukan Ayahnya.

"Saya sayang sama Kakak."

"Saya juga sayang sama kamu dan calon anak kita."

Gue menengadah dan menatap mata dia dengan seksama seolah hanya gue dan sauami gue yang ada di depan kaman mandi ini. Gue begitu bersyukur memiliki dia, entah bagaimana hidup gue jika bukan dia yang menjadi pasangan gue.

Gue banyak belajar dari dia. Dia adalah buku yang selalu terbuka dengan caranya sendiri hingga gue bisa membacanya kapan pun dan dimana pun gue maumeski dengan bahasa yang kadang tidak gue mengerti. Tapi semakin gue membacanya lebih jauh, gue semakin mengerti dan terarah.

Dia adalah buku yang membuat gue bisa melihat dunia luar lebih jauh lagi dengan pandangan yang lebih luas. Dia adalah sosok yang gue kagumi dan gue sayangi dengan segala kereseannya yang telah mendarah daging. Tapi itulah dia, suami gue, pembuka jalan untuk gue menuju suatu kebahagiaan yang nyata.

~SELESAI~

Kyaaaaaaa.......

Akhirnya cerita BaekhAnna selesai juga. Ini beneran selesai loh. Huhuhu... seneng atau sedih nih???

Hmmm... pokoknya teman-teman makasih udah ngikutin terus cerita Dosen Rese [isly] makan udah berpartisipasi dan manjadi pembaca setia BaekhAnna. Ii bener-bener mengucapkan terima kasih pada kalian, tanpa kalian cerita inig gak abkaalan selesai.

Ii terharu bangat karena cerita ini kahirnya menemukan pembaca setianya setelah mengalami masa-masa yang begitu sulit. Pokoknya makasih banget.

Dan maaf ii baru up... meski rencananya udah dari sebulan yang lalu. Maaf yaa.. teman-teman...

Pokoknya jangan lupa tingggalkan jejak manis kalian yaaaa....

Salam manis Guppy_Rh

Jaaa neeee...

[Epilog mini]

Gue langsung mendorong kuat suami gue yang membuat dia kebingungan.

"Oeeekkk... oeeek.... oeeekk...."

"Kakak bau..." ujar gue sambil berlari ke kamar mandi yang mmebuat semua orang menertawakan suami gue yang kini tengah menekuk wajahnya.

---

26 Maret 2018

©©©Guppy_Rh2018©©©

Continue Reading

You'll Also Like

67.2K 9.2K 76
[17+]..... Tentang dua remaja yang harus terikat karena perjodohan. "Loe sama gue ?" "KITA berdua kan ?" Sedangkan masing-masing dari mereka mempunya...
2M 92.6K 90
Jena + Kuliah = Ilmu ❌ (Jena kuliah mendapatkan ilmu) Jena + Kuliah = Suami ✔ (Jena kuliah mendapatkan suami) *DILARANG PLAGIAT!* "Aku enggak mau dij...
2.6M 61.1K 49
Cover by: @rahel18703 {Jalur ceritanya sedikit berantakan,juga jalan ceritanya kaya anak-anak. Maaf ya temen-temen. Aku tau ceritanya gak enak, kuran...
527K 20.2K 37
[COMPLETED] Sera Adila Putri Cecilya adalah gadis yang berusia 21 tahun. Sera harus menerima kenyataan pahit, yaitu dengan ia dijodohkan dengan pria...