Destin

By khairanihasan

7.9M 533K 84.6K

Semua bermula ketika Gavin yang baru kembali ke sekolah tanpa tahu siapa itu gadis bernama Melva terpaksa men... More

Melvana Adila
1 - Sial
2 - Taruhan
4 - Gavin untuk Melva?
5 - Gavin cowok nyebelin
6 - Melva pengganggu
7 - Kamis, Jumat tanpa Melva
8 - Senyum manis Melva
9 - Mantan
10 - Sebuah alasan
11 - Gavin or Riko?
12 - Rumah Melva
13 - Malam Jumat
14 - I hate you
15 - Malam minggu
16 - Hukuman
17 - Drama
18 - Nasi goreng
19 - pernyataan Melva
20 - Siapa Riko?
21 - Ungkapan Riko dan Gavin
22 - Hancur
23 - Menjauh
24 - Gavin
25 - Putus, lanjut atau break?
26 - Labil
27 - Terpaksa
28 - Pertemuan terakhir *1*
29 - Pertemuan terakhir *2*
30 - kangen
31 - Bianca Aliza
32 - kembali
33 - Penambah luka
34 - Hujan
35 - Berakhir
36 - Kembali ke sekolah
37 - PHO?
38 - Keputusan
39 - Melva kangen Gavin. Gavin?
40 - Gavin pelit
41 - Beneran modus

3 - Eksekusi. Yes or No!

148K 13.1K 430
By khairanihasan

Bel istirahat berbunyi, semua anak OSIS sudah berkumpul di lapangan basket. Sebentar lagi, Gavin akan melaksanakan taruhannya dengan Galang.

Semua anggota OSIS yang berkumpul di lapangan, menjadi pusat perhatian bagi seluruh anak Galaksi. Apalagi ada Gavin di sana, membuat semua siswi perempuan jadi mendekat.

Di lorong lantai dua, juga sudah dipenuhi anak-anak. Mereka sudah penasaran apa yang akan dilakukan Gavin dan teman-temannya.

"Vin, lo ambil ni." Ucap Galang sambil memberikan toa kepada Gavin. Gavin memberi tatapan dinginnya, lalu mengambil toa itu dari tangan Galang.

Gavin berdiri di tengah-tengah teman-temannya. Di samping kanannya ada Galang yang diikuti Riko sedangkan di samping kirinya ada Bayu dan beberapa anak cowok lainnya. Di sisi kanan paling ujung tepatnya di samping Riko, ada 5 orang cowok yang memegang spanduk bertuliskan Melva, jadi pacar gue. Dengan sederet foto Melva. Entah ide dari mana, teman-temannya itu memang sangat alay.

"Mainkan Vin, waktu kita gak banyak." Suruh Galang. Cowok satu itu terlihat begitu bahagia.

"Lo yakin Melva ada di kelas?" suara Bayu dari samping Gavin, yang meminta penjelasan dari Galang.

"Tenang, semuanya udah gue cek. Aman pokoknya." Jelas Galang.

Gavin mendengus sebal, di tangan kirinya sudah terdapat toa dan di tangan kanannya sudah ada satu buket bunga mawar merah. Dia berharap tidak terjadi bencana hari ini, di tolak itu lebih baik.

Gavin mengangkat toa, mendekati mulutnya. Matanya terus mengarah ke kelas atas.

"Melva. Jadi pacar gue!" suara Gavin. Aksinya dimulai sekarang.

Seketika riuh suara siswi perempuan dari pinggir lapangan dan lantai dua terdengar. Mereka yang terbilang pengagum Gavin, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.

"Gavin beneran?"

"Gavin baru balik dari sekolahkan? Kok bisa suka sama Melva sih?"

"Melva, pakek pelet ya!"

Celotehan-celotehan yang berasal dari sebagian siswi.

Billa yang sudah melihat aksi Gavin dari atas, sontak berlari ke kelasnya. Melva, seperti biasa cewek itu sedang mendengar musik di telinganya dengan tangan yang sibuk mengerjakan tugas.

"Mel." Teriak Billa yang sekarang sudah berada tepat di depan Melva.

Melva jadi mendongakkan kepalanya. Mencabut satu headset dari telinganya.

"Kenapa?"

"Gavin nembak lo!" Ucap Billa dengan keras. Dia sendiri belum mengerti kenapa tiba-tiba Gavin menembak Melva. Bahkan, Melva saja belum kenal dengan cowok itu.

Melva menaikkan alisnya. Menoleh ke samping kanan, sudah banyak teman-temannya yang berkumpul melihat ke bawah.

"Kenapa Gavin bisa nembak lo? Kemarin lo bilang, gak kenal sama dia. Lo bohong sama gue Mel!" ucap Billa meminta penjelasan.

Melva mengedikkan bahunya.

"Gue gak tau, stres mungkin." Jawab Melva. Cewek itu terlihat begitu santai.

Billa mengeryitkan keningnya. Dia benar-benar bingung sekarang. Melva ingin beranjak dari bangkunya tapi di tahan dengan Billa.

"Lo gak usah ke sana Mel." Cegah Billa. Yang sekarang jadi khawatir.

"Kenapa?" heran Melva.

"Gue tanya sama lo. Lo mau terima Gavin atau nolak?" tanya Billa.

Melva berdecak malas.

"Gue tolak lah, ya kali gue terima." Jawab Melva begitu tenang.

Billa jadi mendelik. "Kalo gitu, lo jangan ke sana ya. Pokoknya lo gak boleh turun." Tutur Billa lagi.

Melva menggeleng malas.

"Please Mel. Kali ini aja, kalo lo gak bisa terima Gavin jangan pernah lo tolak dia. Cukup semua anak OSIS udah lo buat malu dan sekarang jangan lakuin itu ke Gavin."

Melva menghela napasnya.

"Jadi gue harus apa Bil?"

"Lo di sini aja, jangan turun ataupun liat dari atas." Jelas Billa.

Melva menuruti perkataan Billa, cewek itu kembali fokus mengerjakan tugasnya. sedangkan Billa langsung meninggalkan Melva sendiri, dia kembali melihat Gavin dan anak OSIS lain yang berada di lapangan dari atas bersama teman-temannya.

"Gak denger sih Melva nya tu. Coba lo ulang lagi Vin." Suruh Galang sambil melihat jam tangannya. Bentar lagi jam istirahat berakhir.

Gavin berdecak sebal. Membuang waktunya saja.

Lapangan semakin ramai. Bukan hanya siswa, semua guru pun sudah berada di koridor sekolah. Melihat aksi siswa kebanggaan mereka mengatakan cinta kepada Melva. Entah siapa yang sudah menyebarkan aksi Gavin itu kepada para guru.

"Melva. Jadi pacar gue." suara Gavin lagi.

Galang mendesah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Omongan lo datar banget. Gak ada romantis-romantis nya." seru Galang.

Gavin jadi menatapnya bingung. Sedangkan Riko yang berada di samping Galang, hanya tersenyum kecut. Riko terus melihat ke atas, tidak ada tanda-tanda Melva keluar dari sana. Itu sangat bagus.

"Lo bilang dong lo suka sama dia. " ucap Galang lagi.

Gavin tersenyum hambar.

"Gue memang gak suka. Jadi kenapa harus bilang gue suka sama dia." Kesal Gavin. Galang benar-benar membuat Gavin menderita hari ini.

Hening. Tidak ada balasan apapun dari Galang. Pandangan mereka semua tertuju ke atas. Menantikan seorang cewek menunjukkan wajahnya dari sana.

Gavin melihat jam tangannya, sepuluh menit lagi bel berakhirnya istirahat berbunyi. Berarti dia akan segera mengakhiri kegiatannya.

Bukan hanya Gavin, semua siswa pun menyadari hal itu. Kegaduhan mulai terdengar di setiap kerumunan.

"Mana sih Melva."

"Kok Melva gak keluar sih?"

"Gak seru, gue kan pengen tau endingnya."

Suara kegaduhan setiap siswi yang berada di luar membuat konsentrasi Melva buyar. Dia melihat jam di ponselnya, sepuluh menit lagi! Setelah itu penderitaannya berakhir.

"Si Melva, cantik-cantik budek atau gimana?" kesal Galang. Rencananya mengerjai Gavin bisa gagal.

Sedangkan Bayu dan Riko menampakkan senyuman mereka. Kedua cowok itu sangat senang dengan tidak adanya kehadiran Melva.

Tidak sabaran, Galang merebut toa dari tangan Gavin.

"Test, test, test satu dua tiga." Suara Galang, penganggu ketenangan teman-temannya.

"Lo pikir dangdutan." Celetuk Riko.

"MELVA. GAVIN MAU NGOMONG SESUATU SAMA LO. TURUN DONG!" suara keras Galang. Dia berteriak menggunakan toa.

Suara keras Galang tidak juga berhasil membawa Melva bergerak dari duduknya. Suara bising setiap anak sudah terdengar di telinga Melva. Cewek itu melihat jam di ponselnya lagi, sudah lebih dari sepuluh menit. Seharusnya bel berbunyi sekarang. Terlalu penasaran apa yang terjadi di bawah, sekarang Melva berjalan mendekati kerumunan.

"Melva. Lo mau ngapain?" ucap Billa yang menyadari Melva sudah berada di sampingnya.

"Cuma mau liat apa yang ada di sana." ucap Melva tanpa melihat Billa, matanya mencari keberadaan Gavin.

Melihat Melva yang berada di atas bersama siswi-siswi lain membuat Bayu dan Riko menatap tidak suka. Galang malah tersenyum sumringah sambil mengembalikan toa ke tangan Gavin. Sedangkan Gavin membalas tatapan Melva dengan Datar.

"Mel, inget ya! Lo di sini aja, jangan turun atau melakukan apa pun." Ucap Billa.

"Iya, lo di sini aja. Awas, kalo lo berani buat Gavin malu." Oceh Vika, yang sedari tadi di samping Billa.

Melva, tidak merespons apapun. Dia kembali mengambil ponselnya.

Sudah telat lima menit, seharusnya bel sudah berbunyi sedari tadi. Melva merasakan hal yang tidak beres sekarang, dia bercelingak-celinguk melihat sekeliling. Ada sebagian guru di pinggir lapangan. Tapi bel belum berbunyi, takdir tidak berpihak kepada Melva sekarang.

Melva melangkah keluar dari kerumunan siswi, yang diikuti Billa dan Vika. Gavin dan anak yang lain jadi bingung karena hal itu.

Gavin, kembali melihat jam tangannya. Sekolah sedang mempermainkannya sekarang, tidak mungkin bel belum berbunyi. Jawabannya Cuma satu, Galang sama temannya yang lain sudah merencanakan ini semua.

Melva menyandarkan tubuhnya di dinding kelas. Dia terus memperhatikan ponselnya.

"Kenapa Mel?" tanya Vika.

Melva menggeleng.

"Coba lo liat jam, seharusnya udah bel sekarang." Seru Melva. Cewek itu begitu bingung.

Vika jadi melihat jam tangannya. Matanya jadi membulat.

"Iya, seharusnya bel udah bunyi dari tadi." Ucap Vika. Billa jadi ikut-ikutan bingung.

"Kok bisa gitu?" tanya Billa bingung.

Melva berdecak sebal. "Anak OSIS rencanain ini. Gue yakin, Galang beberin masalah ini, sama mamanya. Lo tau lah, Galang anak mami. Apa-apa diiyaiin omongannya, termasuk hal konyol kayak gini." Kesal Melva.

Vika dan Billa kompak tersenyum dengan samar. Mereka lupa akan hal itu.

"Terus gimana Mel?" tanya Billa lagi. Melva melihat kedua temannya, sambil berpikir. Lalu menegakkan tubuhnya.

"Mereka Cuma butuh satu kata dari gue." jelas Melva. Kedua temannya jadi bingung.

"Maksud lo?" tanya Billa dan Vika bersamaan.

"Kalian liat aja."

Setelah mengatakan hal itu, Melva langsung melangkah meninggalkan temannya. Kedua temannya jadi khawatir, Melva akan menolak Gavin. Tidak pikir panjang Billa dan Vika menyusul langkah Melva.

Melva berjalan dengan cepat menuruni tangga, lalu melangkahkan kakinya ke lapangan basket. Kehadiran Melva di lapangan, membuat setiap siswi heboh. Bukan hanya siswi semua mata kini tertuju padanya, termasuk Gavin juga anak OSIS lainnya.

Melva berjalan mendekati Gavin, dengan tatapan tajamnya. Sama halnya seperti Melva, Gavin pun membalas tatapan Melva. Tidak ada yang menghentikan tatapan keduanya. Sampai Melva berdiri tepat di hadapan Gavin, yang berjarak satu langkah.

Melva hanya melihat Gavin tanpa berniat mengeluarkan sepatah kata pun. Sampai akhirnya Gavin mendekati kembali toa ke mulutnya.

Gavin melihat name tag di seragam Melva. Lalu kembali melihat cewek itu.

"Melvana Adilla, gue Andres Gavin Blade. Hari ini, meminta lo jadi pacar gue." suara Gavin.

Kehebohan kembali terdengar.

"Terima Mel." Suara dari seorang siswi.

"Melva, lo Cuma harus jawab yes or no." Ucap Galang dengan senyum mengembang di sudut bibirnya.

Melva tidak bergeming dia terus menatap Gavin. Cewek itu sedang berpikir sekarang. Sangat mudah untuk dia mengatakan tidak, tapi entah kenapa kali ini Melva sedikit ragu.

Melva menoleh ke sisi kiri, melihat Riko yang berada di sana. Riko seolah mengerti dengan tatapan Melva, cewek itu sedang meminta saran. Riko mengedikkan bahunya, jawaban yang tidak pasti untuk Melva.

Melva kembali melihat Gavin, tatapan keduanya kembali bertemu sekarang. Sama seperti Gavin, Melva juga melihat name tag di baju Gavin sebelum dia kembali menatap cowok itu.

"Gue, Melvana Adilla menerima lo Andres Gavin Blade menjadi pacar gue." suara Melva, semakin membuat kehebohan. Ada yang bersorak karena tidak terima Melva menerima Gavin, ada juga yang tersenyum sampai berteriak histeris.

Gavin terdiam sambil terus menatap Melva. Cowok itu seperti tidak percaya dengan apa yang baru dia dengar. Dia tidak pernah berpikir, harinya akan menjadi seburuk ini. Sama halnya dengan Gavin. Bayu dan Riko sama terkejutnya, tapi Riko berusaha untuk tersenyum walaupun dia paksakan.

"Lo diterima Vin." Celoteh Galang. Saat itu juga bel berbunyi, semua anak langsung berhamburan meninggalkan lapangan. Termasuk semua anggota OSIS, langsung meninggalkan lapangan terkecuali Gavin dan Melva. Kedua manusia itu, masih saling memberi tatapan.

Bahkan bel bekerja sama untuk mendekati kedua remaja itu. Sekarang, Melva harus menerima takdir membawa Gavin untuk menjadi pacarnya.

Gavin memutuskan tatapan mereka, dia berjalan mendekati Melva lalu memberi buket bunga pada Melva. Dengan sangat terpaksa Melva mengambil bunga itu, saat itu juga Gavin meninggalkan Melva sendiri.

Melva menghela napasnya, lalu berbalik melihat punggung Gavin yang semakin menjauh. Melva berjalan meninggalkan lapangan, dia melihat tong sampah di sampingnya. Cewek itu berniat membuang bunga pemberian Gavin, tapi terhenti karena dia baru menyadari bunga itu mawar merah. Bunga kesukaannya, Melva malah menciumi aroma bunga mawar. Dia sangat suka baunya, bunga yang membuat dia tenang.

"Gue punya pacar sekarang?" Guman Melva sambil tersenyum kecut.

***

Vote dan Commentnya jangan lupa. Setelah ini akan masuk komplik..

25 Juli 2017

Update kembali 14 Maret 2024

Continue Reading

You'll Also Like

14.1K 1.6K 45
Love, Life, Raptor Sudah hukum alam, yang paling kuat yang berkuasa. Aron mungkin memegang istilah itu, menjadi kapten bagi kelompok paling berkuasa...
10.2K 1.1K 95
Jika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedap...
2K 123 82
EPHEMERAL Sejenak beralih dari ~Don't Leave Me~ dan ~Psychopath Doctor~, Ucu Irna Marhamah kembali menulis novel romance di tahun ini. Hope you like...
2.4M 403K 46
Nayaka Aldevaro, Purna Paskibraka Nasional 2021. Sosok laki-laki superior dengan paras tampan, tubuh atletis, dan senyum maut yang memesona, sukses m...