cinta yang dirindukan

By NessaIsnia

18K 926 86

Cerita pertama aku yang berani aku publikasikan. Mungkin tidak seperti cerita para penulis yang sudah jago. K... More

pertemuan
pertemuan 2
Bau yang sama
masih bau yang sama
makin penasaran
6
7
8
9
curhat
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
44
jodohku, kamu.

43

386 18 13
By NessaIsnia

Prilly tiba di rumah dengan diantar amad. Selama perjalanan sampai di rumahnya amad hanya diam seribu bahasa. Membuat prilly ketakutan. Karena wajah amad tampak begitu menyeramkan.

"aku pulang dulu. Dan kamu sebaiknya siap2 karena besok aku akan melamarmu dan mungkin minggu depan kita menikah." ucapnya sambil menerima helm yang tadi di pakai prilly.

"oh ya aku lupa memberitahumu. Jika aku tak menerima penolakan." ucapnya dingin lalu menstarter motornya.

Prilly terdiam. Ia hanya bisa mematung mendengar setiap kata yang terucap dari bibir amad yang begitu menyeramkan.

Bagaimana tidak menyeramkan. Wajah dengan alis tebal. Sorot mata yang tajam. Kumis dan juga jenggot yang sudah agak tebal. Serta rahang yang begitu kokoh. Sangat menyeramkan saat ia sedang marah.

Prilly pun masuk ke dalam rumah. Ia masih ingat betul setiap kata yang diucapkan amad. Ia tak menyangka jika ia harus menerima perjodohan ini dengan terpaksa.

Lalu bagaimana dengan ali? Apakah memang harus seperti ini kisah cintanya?

Jika ia mempunyai nomor telfon ali, sudah pasti prilly akan menghubungi nomor itu, lalu meminta untuk dijemput. Ia ingin bersama ali.

Tapi yang menjadi pertanyaan di dalam hati prilly, masih adakah kesempatan prilly untuk kembali? Meminta ali untuk menjadi miliknya lagi? Masih mungkinkah?

Prilly pun menjadi berandai-andai. Seandainya dulu aku nggak ninggalin dia, mungkin sekarang udah bisa kayak jesi dan tian.

Prilly menghembuskan nafasnya pelan. Ia merasa lelah, ingin rasanya berteriak.

"prilly.." panggil seseorang membuat prilly mendongakkan kepalanya. Karena sedari tadi ia hanya menunduk.

"jesii..." prilly terkejut mendapati sahabatnya kini sudah berada di depannya.

Prilly pun berlari berhamburan ke pelukan sahabatnya.

"kapan kamu sampai?" tanya prilly  dalam pelukan jesi.

"baru aja sampai. Hehe mau honeymoon." jawab jesi terkekeh.

"oh baiklah tapi hari ini kalian istirahat dulu." ucap prilly melepas pelukannya lalu mengedarkan pandangannya tengah mencari sesuatu.

"tian mana?" tanya prilly bingung karena tak mendapati tian bersama jesi.

"tian lagi bantuin temennya katanya mau lamar anak orang." jawab jesi.

"siapa?"

"entahlah.." jesi mengangkat kedua bahunya.

"ya sudah kalo gitu kamu istirahat dulu di kamarku." prilly pun mengajak jesi ke kamarnya.

****

Prilly dan jesi banyak bercerita. Terutama prilly, i\ menceritakan masalahnya. Masalahnya bersama ali dan juga amad. Awalnya jesi memang hanya menjadi pendengar setia hingga akhirnya jesi angkat bicara. Jesi merasa kini sudah saatnya prilly mengalah dengan eyangnya. Ucapan jesi membuat prilly menunduk. Bagaimana mungkin ia menerima amad jika dihatinya masih terpatri dengan indah nama ali?

"yakin lah jika pilihan eyang mu itu yang terbaik untukmu prill.." ucap jesi lagi meyakinkan prilly. Prilly menghela nafasnya.

"lagian eyang kamu tak pernah minta sesuatu kan?" tanya jesi.

Prilly mengangkat kepalanya." tapi ini masalah hidupku jes. Mana bisa aku nikah ma orang lain jika dihatiku masih ada ali. Yang ada aku akan menyakitinya jes. Aku tak mau itu terjadi. Lagi pula dulu ali bisa menungguku selama 5 tahun sedangkan aku cuma harus nunggu paling tidak selama 2 tahun jes."

"kamu yakin 2 tahun?" tanya jesi membuat prilly kembali menundukkan kepalanya.

Benar kata jesi. Apa hanya dua tahun? Bagaimana jika memang ali tak mau lagi menemuiku? Bagaimana jika ali ke malaysia itu karena memang ingin menghindariku? Batin prilly.

"baiklah aku akan menerimanya." ucap prilly akhirnya menyerah.

Jesi tersenyum lalu menepuk bahu sahabatnya. "aku sangat yakin kamu akan sangat mencintainya. Bahkan melebihi cinta lamamu."

****
Suasana rumah prilly kini sudah ramai. Pegawai rumah makan eyang sudah pindah ke rumah untuk memasak membuat makanan untuk acara siang nanti. Sementara pegawai butik bulek prilly sudah memilihkan baju untuk di pakai prilly nantinya. Jesi pun tak kalah sibuknya. Ia membantu bulek prilly menata ruangan.

Sementara di kamar prilly menangis. Ia masih bimbang. Takut akan keputusannya. Ia takut nantinya akan banyak yang terluka. Bukan hanya dirinya tapi juga ali dan amad.

Tok tok tok.

Terdengar ketukan pintu kamar prilly. Dengan segera prilly menghapus air matanya.

"masuk." kata prilly.

"nak.." prilly pun menoleh saat mendengar suara yang tak asing baginya.

"ayah ibuk bang dimas.." prilly pun berlari. Berhamburan ke pelukan keluarganya.

"bang dimas.." lirih prilly dalam pelukan abangnya.

"stttt..udah jangan nangis..mau dilamar kok malah nangis sih.."

Prilly semakin terisak. Dimas mengusap kepala prilly. Ia s3makin mengeratkan pelukkannya.

"udah. Abang yakin kamu akan bahagia setelah ini. Udah jangan nangis lagi ya.." ucapnya lalu mengusap air mata di pipi adiknya.

"tapi bang..ali..."prilly terisak.

"ssstt udah ah..jangan nangis jelek tau.." dimas pun mencoba untuk membuat prilly tertawa.

"terus kapan kalian dateng?"

"baru aja. Kemarin kita di kabarin eyang langsung deh kesini."

"nak kamu percaya jika pilihan eyang tak akan salah. Dia yang terbaik." ayahnya angkat bicara.

"baiklah yah. Prilly coba buat ngerti " prilly kembali memeluk abangnya.

***

Di tempat lain tampak ali yang tengah mondar mandir di dalam sebuah kamar. Terkadang ia duduk di ranjang. Lalu berdiri lagi. Berjalan ke balkon lalu masuk lagi. Seakan ia merasa gelisah.

Ia meraih ponselnya. Ia mengetikkan sesuatu di dalamnya tapi sedetik kemudian ia menghapusnya. Begitu terus selanjutnya, sampai pada saat yang ke 6 kalinya ali mengklik tombol send. Dan pesan itu pun meluncur ke nomor tujuan.

Hingga terdengar suara ketukan dari pintunya.

"masuk.." ucapnya lalu muncullah seorang gadis cantik dengan dres berwarna ungu.

"sudah waktunya sayang." ucap gadis itu dengan tersenyum sangat manis.

"ah baiklah." ucap ali lalu membalas senyum tak kalah manisnya.

Mereka pun beranjak keluar kamar lalu menutup pintunya.

****
Kembali ke tempat prilly.

Ponselnya berdering. Membuat prilly terpaksa melepas pelukan abangnya.

Ia meraih ponsel yang berada di atas meja riasnya.

Matanya terbelalak sempurna saat mendapati siapa yang tengah mengiriminya pesan.

"siapa prill kok tegang gitu?" tanya dimas saat melihat ekspresi aneh di wajah prilly.

"a..a..ali bang.." ucapnya gagap.

"bilang apa dia?" tanya dimas. Merasa tak sanggup membacakannya prilly hanya menunjukkan ponselnya pada dimas.

Assalamu'alaikum prillyku..
Gimana kabarmu? Semoga kau tetap baik2 saja.
Prill..aku masih mengharapkanmu. Ku harap kau mau menungguku dan menerimaku kembali.
Aku tak kan lama. Tunggu aku.

I love you.
Dari alimu.

Dimas mengembalikan ponsel prilly. Ia menarik prilly dalam pelukkannya saat tau jika kini prilly kembali menangis.

Dimas berusaha menenangkan prilly tapi prilly terus saja menggeleng. Prilly merasa ia tak sanggup untuk meneruskan perjodohan ini.

"prill..jangan egois. Lihatlah jika kamu membatalkannya maka eyangmu akan merasa malu. Beliau akan sedih. Pikirkan itu. Jangan terus hanya memikirkan egomu. Ingat kamu jadi seperti ini juga karena egomu yang tinggi. Yang tak mau mendengarkan dulu penjelasannya. Maka sekarang terima saja. Mungkin ini memang sudah di gariskan untukmu." bentak dimas karena prilly terus saja ingin membatalkan acara lamarannya.

"maaf.." ucap prilly lirih.

Merasa tak tega, dimas pun kembali menariknya ke dalam pelukannya.

Prilly semakin terisak karena ia juga membenarkan perkataan abangnya. Andai saja waktu itu ia mendengarkan ali maka kejadiannya tak akan seperti ini. Dan mungkin ini balasannya. Kini ia tak boleh egois lagi. Karena akan banyak yang tersakiti. Eyangnya. Keluarganya. Amad beserta Keluarganya juga.

Tapi yang membuat prilly bingung, bagaimana ali bisa mendapatkan nomor telfonnya.
Kenapa ali harus menghubunginya disaat neneknya sudah menentukan jodohnya. Mungkin saat ali kembali, statusnya sudah berbeda. Tak lagi sendiri.

"maaf bang..mereka sudah datang.." ucap jesi menganggu acara peluk-pelukan kakak dan adiknya.

Deg...

Deg...

Deg...

****
Masih kurang panjang ya?
Maaf karena idenya mentok sampai dsitu..
Maaf juga nunggu kelamaan..

Btw, mksh banyak yang udah vote dan komen. Yang slalu ngasih suport.. Jadi sayang mau ditamatin..padahal akhir2 ini lumayan cepet responnya.

Kalau misalkan aku buat season 2 nya gitu kira2 ada yang mau baca nggak?

Oh iya jangan lupa baca cerita aku yang baru judulnya sebuah nama dalam doa.

Continue Reading

You'll Also Like

189K 29.3K 53
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
264K 22.7K 34
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
104K 11.3K 34
Jaemin dikejutkan ketika sang pacar menyatakan bahwa bayi merah yang digendong oleh ibunya adalah anaknya. Sementara sang pacar sudah menghilang enta...
178K 19.5K 40
Xiao Zhan kabur dari kejaran orang-orang yg ingin melecehkannya dan tidak sengaja memasuki sebuah ruangan, ruangan dimana terdapat seorang pria yg se...