42

412 20 7
                                    

Kini prilly sudah berada di stasiun diantar keluarganya.
Prilly memeluk ibunya, ayah, tasya, dimas dan terakhir erika. Air mata terus mengalir di pipi prilly. Tapi yang lainnya hanya diam seperti berakting sedih dihadapan prilly.

"aku pasti bakalan kangen banget ma kalian." ucap prilly kembali memeluk ibu dan juga tasya.

"ya elah prill..besok juga ketemu lagi.." sahut dimas yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari ayahnya.

"maksudnya?" prilly bingung dengan ucapan abangnya.

"eh itu lho prill..kan bentar lagi liburan sekolah. Nah semalem dimas bilang kita bakal ke jogja." ucap erika menjelaskan.

Prilly hanya mengangguk.

"yaudah kamu hati2 ya nak..kalo sudah sampai jangan lupa kasih kabar." tutur ayah sembari mengusap puncak kepala prilly. Prilly hanya bisa mengangguk kembali. Air matanya kembali lolos. Prilly merasa ia sudah tak ada lagi harapan dengan ali.

"prilly pergi dulu. Jaga kesehatan kalian. I love you.."

"we love you too prill.." balas dimas lalu kembali menarik adiknya kedalam pelukannya.

"abang janji..abang bakal buat kamu bahagia setelah ini.." bisik dimas yang langsung mendapatkan anggukan dari prilly.

"makasih bang." ucap prilly saat melepas pelukan abangnya.
Tepat saat itu juga ponsel dimas berdering.

"iya..kenapa?....oh kamu udah mau berangkat? Baiklah..sampai jumpa bro...hati-hati...semoga rencana kamu berhasil...iya aku cuma bisa bantu doa...iya, yakinkan dia bro kalo sebenarnya kamu orang yang pantas untuknya...oke...good luck..bye.." dimas pun mengakhiri percakapannya di telfon. Ia melirik prilly lalu tersenyum.

"siapa bang?" tanya prilly curiga dengan senyuman abangnya.

"temen..dia lagi mau perjuangin cintanya.." jawab dimas jujur lalu terkekeh. Prilly hanya membalas dengan ber oh ria tanpa rasa curiga dengan senyum abangnya.

Prilly pun melangkah pergi setelah mengucapkan salam. Ia melambaikan tangannya. Diusapnya air mata yang membekas di pipinya.

Ia memasuki gerbong kereta lalu mencari tempat duduk. Kembali melambaikan tangannya saat kembali melihat keluarganya.

"selamat tinggal...semoga kita masih bisa ketemu lagi.." ucap prilly lirih.

Terlihat dimas kembali menghampiri prilly.

"hati2 dek.." pesan dimas.

"iya bang.." jawab prilly terlihat seperti malas karena dimas sudah mengatakan itu berulang kali.

"maksudnya hati2 ntar jatuh cinta ma yang disebelah." lanjut dimas menggoda prilly. Seraya menunjuk orang sebelah prilly dengan dagunya.

Prilly pun melihat ke sampingnya. Tampak seorang lelaki berkumis tipis, memakai kaca mata hitam. Kaos hitam polos dan memakai jaket kulit.

Prilly nyengir kuda kearah dimas, menunjukkan gigi rapinya.

Kereta pun akhirnya melaju perlahan meninggalkan stasiun. Prilly memejamkan matanya. Sama sekali tak berniat untuk melihat pemandangan keluar..

"maaf mbk boleh saya pinjam ponselnya." tanya seseorang disamping prilly membuat prilly yang memang tak tidur pun membuka matanya. Prilly menoleh ke orang yang berada disampingnya.

"ponsel saya mati. Dan saya harus mengabari orang tua saya." kata pria itu lagi.

"oh ya. Silahkan." prilly pun memberikan ponselnya.

Pria disampingnya menerimanya lalu melemparkan senyum pada prilly. Membuat prilly tertegun sejenak. Entah mengapa prilly merasa tak asing dengan senyuman itu.

cinta yang dirindukanWhere stories live. Discover now