25

310 19 0
                                    

Prilly berjalan di taman sendirian, ingatannya kembali saat ali menyatakan cinta kapadanya minggu lalu. Ini sudah seminggu setelah kejadian saat di pantai waktu itu. Dan sampai saat ini ali sama sekali tak ada kabar, saat di sekolahan ali selalu menghindar. Ia terlihat sangat cuek.
Prilly juga mengingat kata2 ibunya.

Flashback on

Prilly duduk termenung memandangi keuar jendela. Ia merasa sedih, kecewa, hancur melebur menjadi satu.

"prill.." sapa ibu prilly menghampiri anaknya yang sedang melamun, prilly hanya menoleh sekilas ke arah ibunya.

"prill..kamu maafin keluarganya ali ya? Karena ibuk yakin ayahnya ali sebenernya orang baik, jadi ibuk mohon supaya kamu tak menyimpan dendam sama ayahnya ali dan keluarganya. Ya sayang.." lanjut ibu prilly

"buk, sebenernya illy gak marah sama ayahnya ali buk, illy hanya kecewa aja kenapa ali malah ninggalin kita buk, kenapa ali ninggalin aku buk?" ucap prilly akhirnya buka suara.

"kalau dibilang gak sedih karena mama sama papa meninggal itu bohong buk, tapi selama ini aku sama sekali gak kekurangan kasih sayang buk, aku dapetin kasih sayang seorang mama papa itu ya dari ibuk dan ayah, yang aku sedih itu karena keputusan ali yang malah ninggalin aku buk, bukannya dia harusnya ada di samping aku buat nguatin aku buk?" lanjut prilly langsung memeluk ibunya.

"buk illy mau tau alamat rumahnya om bram buk." ucap prilly tiba2

"buat apa sayang?" tanya ibunya kaget.

"buat jelasin ke semuanya sebenernya apa yang terjadi." kelas prilly.

"baiklah, tapi ibu juga gak tau apa om bram masih tinggal disana atau nggak.."

"biar illy yang cari tau selanjutnya buk."

"baiklah sayang..tunggu sebentar ya?" ibu prilly pergi sebentar lalu kembali masuk ke kamar prilly, ia tampak memberika secarik kertas bertuliskan alamat rumah ayah ali.

Flashback off

"apa aku harus mencarinya? Untuk memastikannya. aku takut kalau semua itu benar. Tapi kata ibuk..om bram itu orangnya baik, jadi aku harus minta penjelasan apa yang sebenernya terjadi." gumam prilly lirih.

"bang anterin illy ke alamat ini." ucap prilly sepulang ia dari taman, niatnya begitu bulat. Ia yakin akan melakukan ini, ia mau mencari tau sendiri dan meminta penjelasan kepada bram ayah ali, bagaimana kronologi yang sebenarnya.

"mau ngapain prill?" tanya dimas.

"udah ntar illy jelasin di jalan, ceritanya panjang."

"yaudah abang ambil jaket dulu ya." prilly hanya mengangguk setelah itu dimas berlari ke kamarnya.

*****

"maaf adek pak bramnya sudah tak tinggal di sini lagi." ucap seorang perempuan yang keluar dari sebuah rumah.

Itu adalah rumah yang alamatnya tertulis di selembar kertas milik prilly.

"oh gitu buk, terus pak bramnya sekarang pindah dimana ya buk?" waduh dek ibu nggak tau, soalnya ibuk gak kenal sama pak bram, ibuk cuma beli rumah ini saja, coba adek tanya sama pak roni dulu beliau yang menjadi perantara kami." jelas ibu2 itu.

"oh begitu buk, apa saya boleh minta alamat rumahnya." tanta dimas yang terlihat sangat antusias setelah tadi mendengar cerita prilly.

"oh ya boleh, adek tinggal lurus aja kekiri, nah terus ada pertigaan adek lerus aja, dari pertigaan itu rumahnya ada di nomor 4."

"baik buk, terimakasih."

Prilly dan dimas pun segera bergegas menuju ke alamat yang tadi di kasih ibu2 itu.

"assalamu'alaikum.." tok tok tok

Ali dan prilly menunggu yang empunya rumah, tak ada jawaban dari dalam. Prilly mengulanginya, namun kembali tak ada sahutan dari dalam.

Saat prilly hampir putus asa, tiba2 ada mobil yang masuk ke pekarangan rumah yang prilly duduki saat ini.

"maaf adek ini siapa ya?" tanya seorang laki2 setelah keluar dari mobilnya.

"maaf pak saya dimas dan ini adek saya prilly." ucap dimas memperkenalkan diri. Pria itu tampak bingung.

" maaf pak saya kesini mau mencari pak bram, bramastyo yang dulu tinggal di ujung jalan itu." lanjut dimas menjelaskan.

"tapi maaf apa urusannya kalian sama bram?" tanya pria itu sedikit bingung.

Dimas pun kemudian menjelaskan apa yang terjadi selama ini, dan dia bermaksud untuk meminta penjelasan langsung dari bram.

"apa? Apa kalian nggak tau gimana hancur dan terpuruknya bram saat itu? Kalian semua sudah menuduhnya yang tidak2."

"mama cukup." bentak pria tersebut saat mendapati seorang perempuan yang tiba2 keluar pintu mobil dan langsung marah2.

"maaf pak buk, maaf sebelumnya. Maka dari itu kami kesini ingin mencari tau apa yang sebenarnya terjadi." ucap dimas. Prilly hanya bisa menangis, terlihat jelas kemarahan di wajah wanita itu.

"oke baiklah mungkin ini saatnya kalian mengetahui semua yang sebenarnya terjadi."

"gak pa.. Gak.. Kemana aja mereka selama ini? Ini sudah 10 tahun, dan mereka baru mau mencarinya? Hmm gak akan kamu ijinkan kalian bertemu bram lagi." ucap wanita itu penuh amarah.

"tante saya mohon, ijinkan kami bertemu dengan om bram, jangan biarkan kami semua berburuk sangka dengan om bram, kalau memang om bram melakukan sebuah kebenaran, ijinkan kami untuk mengungkapnya." ucap prilly memohon.

"ma, benar kata mereka, ini udah saatnya mereka tau kebenarannya.jangan biarkan mereka terus2an menghakimi bram."

"terserah." ucap wanita itu dan langsung pergi masuk ke dalam rumah.

"baiklah jadi kami barusaja menjenguknya. Kalau kalian mau aku bisa mengantar kalian ke sana, tapi kalian harus berjanji untuk tak menyakitinya lagi."

Prilly dan dimas mengangguk mantab.

"kalau dilihat dari kemarahan tante tadi, sepertinya om bram tidak salah, tapi kenapa waktu itu semuanya menyalahkan om bram? Apa yang sebenernya terjadi? Apa om bram di jebak? Atau? Aaargggh pusing kepala ini,. Semoga setelah mendengarkan penjelasan om bram ali sudah bisa lagi dengan prilly.. Kamu yang sabar ya prill." ucap dimas dalam hati.

Prilly dan dimas diantarkan ke rumah bram, perjalanannya lumayan jauh.

Di dalam perjalanan mereka hanya bungkam. Pak roni merasa bram lah yang lebih berhak untuk menceritakan semuanya.

Terlihat rumah sederhana, setelah tadi harus berjalan kaki karena jalannya tak bisa dilewati mobil.

"ron, kenapa balik lagi?" ucap seseorang saat roni turun dari mobilnya.

"emm ini, ada yang mau ketemu sama kamu." jawab roni.

"siapa?"

Prilly dan dimas pun segera turun dari mobil, pria itu tampak bingung karena seseorang yang ingin menemuinya belum ia kenal.

"ayaaaahh.." ucap prilly kaget saat melihat seorang pria duduk di sebuah kursi roda.

Pria yang prilly panggil dengan sebutan ayah itu tampak makin bingung.

"ini prilly dan dimas, apa kau mengingatnya?" ucap roni memperkenalkan.

"prilly? Dimas?" tanya pria itu tampak masih bingung.

"ayah ini illy..illy kangen ayah.." ucap prilly mencoba mengingatkan pria itu.

"iya yah, ini bang imas." ucap dimas juga.

"illy, imas? Sahabat kecilnya dikta?" pria itu mengingat.

"oh anak2 kuuuu... Kemarilah.." lanjut pria itu.

Prilly dan dimas segera berlari menghampiri dan memeluk pria itu, prilly menangis ia merasa sangat merindukannya. Begitu juga dengan dimas.

"illy..maafin ayah..."

cinta yang dirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang