43

386 18 13
                                    

Prilly tiba di rumah dengan diantar amad. Selama perjalanan sampai di rumahnya amad hanya diam seribu bahasa. Membuat prilly ketakutan. Karena wajah amad tampak begitu menyeramkan.

"aku pulang dulu. Dan kamu sebaiknya siap2 karena besok aku akan melamarmu dan mungkin minggu depan kita menikah." ucapnya sambil menerima helm yang tadi di pakai prilly.

"oh ya aku lupa memberitahumu. Jika aku tak menerima penolakan." ucapnya dingin lalu menstarter motornya.

Prilly terdiam. Ia hanya bisa mematung mendengar setiap kata yang terucap dari bibir amad yang begitu menyeramkan.

Bagaimana tidak menyeramkan. Wajah dengan alis tebal. Sorot mata yang tajam. Kumis dan juga jenggot yang sudah agak tebal. Serta rahang yang begitu kokoh. Sangat menyeramkan saat ia sedang marah.

Prilly pun masuk ke dalam rumah. Ia masih ingat betul setiap kata yang diucapkan amad. Ia tak menyangka jika ia harus menerima perjodohan ini dengan terpaksa.

Lalu bagaimana dengan ali? Apakah memang harus seperti ini kisah cintanya?

Jika ia mempunyai nomor telfon ali, sudah pasti prilly akan menghubungi nomor itu, lalu meminta untuk dijemput. Ia ingin bersama ali.

Tapi yang menjadi pertanyaan di dalam hati prilly, masih adakah kesempatan prilly untuk kembali? Meminta ali untuk menjadi miliknya lagi? Masih mungkinkah?

Prilly pun menjadi berandai-andai. Seandainya dulu aku nggak ninggalin dia, mungkin sekarang udah bisa kayak jesi dan tian.

Prilly menghembuskan nafasnya pelan. Ia merasa lelah, ingin rasanya berteriak.

"prilly.." panggil seseorang membuat prilly mendongakkan kepalanya. Karena sedari tadi ia hanya menunduk.

"jesii..." prilly terkejut mendapati sahabatnya kini sudah berada di depannya.

Prilly pun berlari berhamburan ke pelukan sahabatnya.

"kapan kamu sampai?" tanya prilly  dalam pelukan jesi.

"baru aja sampai. Hehe mau honeymoon." jawab jesi terkekeh.

"oh baiklah tapi hari ini kalian istirahat dulu." ucap prilly melepas pelukannya lalu mengedarkan pandangannya tengah mencari sesuatu.

"tian mana?" tanya prilly bingung karena tak mendapati tian bersama jesi.

"tian lagi bantuin temennya katanya mau lamar anak orang." jawab jesi.

"siapa?"

"entahlah.." jesi mengangkat kedua bahunya.

"ya sudah kalo gitu kamu istirahat dulu di kamarku." prilly pun mengajak jesi ke kamarnya.

****

Prilly dan jesi banyak bercerita. Terutama prilly, i\ menceritakan masalahnya. Masalahnya bersama ali dan juga amad. Awalnya jesi memang hanya menjadi pendengar setia hingga akhirnya jesi angkat bicara. Jesi merasa kini sudah saatnya prilly mengalah dengan eyangnya. Ucapan jesi membuat prilly menunduk. Bagaimana mungkin ia menerima amad jika dihatinya masih terpatri dengan indah nama ali?

"yakin lah jika pilihan eyang mu itu yang terbaik untukmu prill.." ucap jesi lagi meyakinkan prilly. Prilly menghela nafasnya.

"lagian eyang kamu tak pernah minta sesuatu kan?" tanya jesi.

Prilly mengangkat kepalanya." tapi ini masalah hidupku jes. Mana bisa aku nikah ma orang lain jika dihatiku masih ada ali. Yang ada aku akan menyakitinya jes. Aku tak mau itu terjadi. Lagi pula dulu ali bisa menungguku selama 5 tahun sedangkan aku cuma harus nunggu paling tidak selama 2 tahun jes."

cinta yang dirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang