38

397 19 2
                                    

Dimas pun menyemangati ali walaupun dimas tau dimana prilly, tapi dimas berfikir mungkin jika ali berusaha sendiri dan nantinya bisa menemukan prilly, itu pasti akan meyakinkan prilly jika memang cinta mereka begitu kuat. Dan tak bisa dipisahkan, hanya maut yang bisa memisahkan mereka.

Karena mendapat dukungan dari dimas, ali pun semakin bersemangat.

Acara pun sudah selesai.
Setiba dirumah setelah mengantar erika ke rumahnya. Dimas menghampiri prilly yang ada di dapur.

"prill..kamu tau..aku tadi ketemu ali.." prilly hanya diam. Sama sekali tak menoleh kepada dimas.

"dan kamu tau? Tadi ali bilang..
Jangan dikira ali bakal nyerah. Gak bang.." ucap dimas meniru ucapan ali.

Prilly masih terdiam.

"kamu tau itu artinya apa? Itu artinya dia bener cinta kamu prill." prilly tersenyum.

"aku emang g tau apa alasan kamu buat ninggalin dia. Tapi apa kamu g kasihan ma dia prill?"

"aahh sudahlah bang..illy capek..tiap ketemu pasti bahasnya soal ini.."

"terserah kamulah prill kalo gitu..abang juga capek..kamu gak pernah mau dengerin abang sekarang." dimas langsung pergi meninggalkan prilly.

Sepeninggal dimas, prilly meneteskan air matanya. Ia menginggat kata2 dimas jika ali benar2 cinta padanya tapi tiba2 bayangan saat di mall kala itu muncul lagi. Ali menggendong seorang anak dan ghina menghampirinya dan yang membuat prilly terkejut saat ghina berkata "bunda.." itu artinya anak itu anak ghina.

Secepat itukah ali melupakannya?

Prilly pun memutuskan untuk segera kembali ke jogja. Ia tak mau bertemu dengan ali lagi.

"yah besok illy balik jogja." kata prilly saat makan malam.

Ayahnya terkejut. "baru kamaren kamu sampai dan besok kamu sudah mau balik?"

"maaf yah.." ucap prilly lirih.

"takut bertemu dengan ali yah.." ucap dimas sinis.

"abang apa2an sih.." prilly tak menyangka abangnya akan berkata seperti itu, bahkan menggunakan nada sinisnya. Selama mereka bersama prilly belum pernah mendengar dimas berkata sinis padanya.

"emang benerkan prill..sekarang terserah kamu. Kamu udah gak anggep kita keluarga lagi." ucap dimas meninggi. Dimas merasa kesal.

"abang.." Air mata prilly pun jatuh tak menyangka dimas akan beranggapan seperti itu.

"emang seperti itu kan prill..sekarang kamu udah g mau denger nasehat abang. Masalah ali. Apa kamu g merasa kalo kamu itu egois? Kamu ninggalin dia tanpa ali tau apa alasannya. Udah cukup. Jangan bawa abang dalam masalah kamu. Abang udah g bisa lagi bohong sama ali. Sekarang abang bakal telfon ali dan bilang kalo kamu disini."

"jangan bang..illy mhon." ucap prilly sambil terisak.

Buuukk..
tiba2 ayah dimas terjatuh dari kursinya. Ia memegangi dadanya, meringis kesakitan.
Dimas dan prilly pun terkejut begitu juga dengan tasya dan ibunya.

"ayah..ayah..ayah kenapa?" bukannya menyahut, ayah malah semakin menutup matanya.

Mereka pun panik.

"kalian bisa gak sih selesaiin masalah kalian tanpa pakai emosi? Sekarang lihat.. Ayah kalian. Cepat siapin mobil..kita kerumah sakit sekarang." teriak ibunya sambil mengusap kepala suaminya yang berada di pangkuannya.

Dimas pun segera berlari keluar untuk menyiapkan mobil.

Mereka pun membawa ayah dimas ke rumah sakit. Dengan langkah terburu2 mereka kini sudah mendorong ayahnya ke ugd. Agar segera mendapatkan penanganan dokter.

Dengan gelisah mereka menunggu di depan pintu. Sambil terus berdoa, berharap ayahnya akan baik2 saja.

Tak lama kemudian dokter pun keluar ruangan.

"untung saja kalian cepat membawanya kesini. Kalau tidak maka beliau tak bisa di selamatkan lagi. Tapi sekarang tenang saja. Ayah kalian baik2 saja." ucap sang dokter lalu pergi setelah ibu mengucapkan terimakasih.

Prilly terduduk dilantai, kakinya terasa tak kuat menopang ymtubuh mungilnya. Saat mendengar penjelasan ibunya.

"kemarin. Ayah memang sempet pingsan juga di kantornya. Terus kata dokter ayah jantungnya lemah. Dulu waktu kecil jantung ayah sudah lemah. Tapi baru kemarin dan tadi jantung ayah kambuh lagi."

"maafin illy yah.." ucap prilly lirih.

Dengan setia kini prilly menunggu ayahnya yang masih tertidur pulas. Seakan enggan untuk bangun. Ditemani ibunya.
Sementara dimas dan tasya harus pulang kerumah.
Prilly sama sekali tak bisa memejamkan matanya. Ia bener merasa bersalah. Tak seharusnya ia berdebat dengan dimas. Air matanya pun masih terus mengalir membasahi pipinya.

Prilly pun bangkit dari duduknya disamping ayahnya. Prilly bener2 tak tertidur. Ia berjalan menuju ke mushola. Karena sudah terdengar suara adzan subuh. Ia ingin mendoakan ayahnya.
Selesai sholat prilly pun menangis, mengadu kepada sang pencipta. Ia meminta untuk kesembuhan ayahnya, kesehatan untuk dirinya dan juga keluarganya. Ia meminta waktu untuk bisa berkumpul dengan keluarganya lebih lama.

Merasa sudah tenang prilly pun kembali ke kamar ayahnya. Dan.. Doa prilly sudah dikabulkan. Karena ternyata ayahnya sudah siuman. Ayah tengah diperiksa oleh dokter.

Prilly pun mematung di depan pintu. Melihat ayahnya dari jauh. Dan saat dokter itu sudah pergi, prilly pun berlari kepelukan ayahnya sambil terus menangis.

"ayah maafin illy.." tak menjawab ayahnya hanya mengusap lembut kepala prilly.

"ayah jangan tinggalin illy.. Cukup papa sama mama aja.." ucap prilly lagi masih dalam pelukan ayahnya.

"ayah masih harus liat prilly sukses. Liat prilly nikah. Liat prilly punya anak. Punya cucu. Pokoknya ayah harus terus sana illy." ucap prilly dengan terisak.

"bukannya kamu yang mau ninggalin ayah? Kamu yang mau pergi." prilly menggeleng.

"illy bakal lama disini. Sama ayah. Tapi illy juga harus mengunjungi eyang."

"tak apa..kasihan eyangmu..dia lebih membutuhkan kamu.. Ayah ngerti..tapi janji ma ayah. Kamu bakalan sering2 pulang. Itu juga rumah kamu." Prilly pun memgangguk.

"iya illy janji.."

"dan sekarang..selesaiin masalah kamu ma ali nak.."

Kali ini prilly terdiam. Ia masih belum tau. Sebenarnya apa yang akan dijelaskannya pada ali? Toh ali sudah bahagia. Fikir prilly

Prilly pun termenung di taman, sesudah tadi ia meminta ijin pada ayahnya.
Taman pertama kali ali membawanya ketaman ini, prilly mengingatnya. Dan saat terakhir kali prilly bertemu dengan ali. Di taman ini.

Saat tengah asik mengulang, mengingat memori saat bersama ali. Tiba2 ada sesuatu yang menyentuh kakinya.

Emm bola.. Batin prilly lalu mengambil bolanya. Ia mengedarkan pandangan mencari sang pemilik bola ini. Pasti ini punya anak kecil. Fikir prilly.

Matanya pun tertuju pada seseorang yang tengah asik bermain bersama seorang anak kecil dan seorang wanita.

"ali.." gumam prilly.

Ya. Orang itu adalah ali. Ali terlihat begitu bahagia. Dengan senyum yang terus menghiasi wajah tampannya. Ia bermain dengan anak kecil tersebut. Sementara wanita itu ghina, ia hanya melihatnya dari bangku yang tak jauh dari ali dan anak tersebut berdiri. Mereka bener2 seperti keluarga bahagia.

Prilly mencoba tersenyum walau hatinya begitu sakit.

"semoga kalian selalu bahagia." ucap prilly lirih.

Tbc.

Yaaahh illy patah hati..
Duh ni cerita kapan selesainya siiihh..huuh..

cinta yang dirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang