40

413 20 3
                                    

Prilly terus menghitung dalam hati.

1

2

3

Ceklek...

Bunyi pintu terbuka.

Dengan memejamkan mata, prilly menggenggam ujung kemejanya. Menguatkan diri untuk menatap ali dan bertemu dengan ali setelah beberapa tahun mereka tak berjumpa.

"anak bunda kenapa?" terdengar suara seorang wanita yang prilly yakini itu adalah ghina.

"bik mirna.. Gimana bisa seperti ini?" tanya seorang laki2. Membuat prilly mengernyitkan keningnya masih terus terpejam.

Suara itu..bukan suara ali..atau suara ali berubah? Atau aku saja yang sudah lupa suara ali? Batin prilly lalu membuka matanya. Tapi ia masih menunduk masih belum sanggup menatap ali dan ghina.

Terdengar bu mirna menceritakan semuanya. Bagaimana arga bisa terjatuh.

"ya ampun nak kamu ini. Aktif banget sih..petakilan banget..sama kaya ayah kamu.." suara lembut wanita itu.

Deg..

Mendengar itu hati prilly terasa seperti luka yang diberi garam. Sakit. Sangat sakit. Perih. Sangat perih. Mengingat watak ali menurun kepada anaknya. Asik dengan fikiran dan bayangannya, membuat prilly tak sadar jika bu mirna memanggilnya.

"prilly.." panggil lelaki tersebut.

Prilly pun tersadar saat bu mirna menepuk bahunya. Dan prilly pun mendongak karena kaget.

"nak prilly dipanggil tuan." hati prilly kembali bergemuruh. Ia masih tak bisa melihat ali karena terlahang oleh bu mirna.

"prilly.." panggil lelaki itu.

Kemudian ia memantapkan hatinya. Ini saatnya ia bertemu ali.

"oh iya.." jawab prilly gugup. Kemudian ia berdiri.

Saat melihat siapa yang memanggilnya. Matanya membulat sempurna. Ia kembali terkejut.

"ya ampun ini kamu prill?" lelaki itu menghampiri prilly. Prilly hanya mengangguk kaku. Tubuhnya terasa seperti memakai baju dari besi. Ia tak bisa bergerak.

"ha..haii..haikal.." prilly gugup.

"iya ini aku..kamu masih inget aku? Ah iya lupa.. Kenalin itu anak aku arga dan dia ghina. Istri aku."

"oh i..iya.." jawab prilly lalu mengulurkan tangannya pada wanita di depannya.

Jadi arga bukan anak ali? Dan ghina bukan istri ali juga? Batin prilly. Entah kenapa seperti ada kupu2 yang berterbangan mengilinginya. Ia seperti berada di sebuah taman nan indah yang ada banyak bunga yang cantik.

Tak terasa ujung bibirnya terangkat tapi air matanya menetes.
Haikal yang melihatnya tampak bingung.

"kenapa prill?"

"aku seneng banget ternyata kamu yang dulu petakilan banget sekarang udah punya anak yang lucu banget." prilly mengusap air matanya.

Yang membuatnya begitu bahagia sudah pasti bukan karena haikal yang sudah punya anak dan istri tapi itu semua karena ali. Ternyata ali selama ini tak kembali dengan ghina. Aaaaaaaa teriak prilly dalam hati.

Prilly pun berpamitan untuk kembali ke kamar ayahnya. Ia ingin segera menceritakan semuanya pada dimas yang pasti sudah berada di kamar ayahnya. Dan kepada ayah ibunya.

Dengan langkah mantab prilly berjalan ke kamar dimana ayahnya dirawat. Ia membuka pintu kamar tersebut. Dan benar saja. Dimas sudah berada didalam.

Dengan begitu antusias prilly menceritakan semuanya pada keluarganya.

Dimas pun menghampiri prilly, menepuk pundaknya.

"sekarang kamu udah taukan? Ali bener2 cinta ma kamu. Jadi sekarang kamu kerumah ali. Minta maaf sama dia."

Prilly pun mengangguk.

"cepatlah sebelum kamu terlambat. Karena kemarin ali bercerita kalau dia dapat tawaran kerja di malaysia dan katanya hari ini dia berangkat." sambung dimas lagi.

"aaaahhh abang kenapa g bilang.."

Prilly pun berlari. Kali ini ia tak mau kehilangan ali. Ali tak boleh meninggalkannya.

Prilly tak memperdulikan sekelilingnya. Ia terus saja berlari, bahkan ada suster yang memarahinya karena ia sudah menabrak seorang pasien.
Keluar dari rumah sakit prilly menghentikan taksi. Masuk kedalam lalu menyuruh sang sopir taksi untuk mempercepat laju mobilnya.

Butuh waktu 30 menit untuk prilly sampai di depan rumah ali.
Dengan memperlambat langkahnya. Prilly berjalan memasuki pekarangan rumah ali. Tapi terlihat sepi, pintu rumah tertutup.
Prilly pun mengedarkan pandangannya. Masih sama seperti beberapa tahun yang lalu saat ia masih sering ke rumah ali. Tak ada perubahan.

Prilly pun memberanikan diri untuk mengetuk pintunya. Mengucapkan salam, memanggil nama ali, bundanya dan juga ayahnya. Tapi tak ada sahutan sama sekali.

Apa ali udah berangkat ke bandara? Pikir prilly.

"maaf adek cari siapa?" tanya seseorang.

"oh maaf saya cari ali buk.

"oh nak ali? Nak ali mah udah berangkat ke bandara neng..sejam yang lalu."

"makasih buk." prilly pun segera berlari lagi. Ia tak menghiraukan apa2 lagi. Yang ada di fikirannya ia hanya ingin bertemu ali. Lalu mencegahnya untuk tidak pergi ke malaysia.

Ia kembali menghentikan taksi. Kemudian ia memberitahukan kemana ia meminta untuk diantar. Bandara husein sastranegara.

Sudah hampir 30 menit prilly berada di dalam taksi, ia mengetuk-ketukkan jari-jarinya pada tas yang berada di pangkuannya. Ia merasa sudah tak sabar. Dan tentunya ia tak ingin terlambat. Dalam hati ia selalu berdoa supaya ia bisa mencegah ali, atau paling tidak ia bisa bertemu ali dan meminta maaf.

Air mata prilly kini sudah membasahi pipi cubbynya. Ketakutan kehilangan ali pun sudah mulai menggerogoti pikirannya. Ia merasa tak yakin bisa bertemu dengan ali.

Sesampainya di depan bandara. Prilly berlari, menerobos keramaian. Sebanyak ini kah orang yang akan terbang? Pikir prilly.

Berlarian kesana kemari mencari keberadaan ali. Berharap ia belum terlambat. Berharap ali belum masuk kedalam pesawat.
Celingukan mengamati setiap orang yang ia lewati.

"ali..."gumamnya lirih saat melihat sosok pria dengan jaket jeans yang tengah m3nyeret kopernya.

"itu ali.." gumamnya lagi. Ia berlari. Menghampiri lelaki itu.

"ali.." panggilnya, sambil menepuk pundak pria itu Saat ia sudah berada di belakangnya

Merasa dipanggil pria itu pun menoleh.
Prilly bersiap untuk tersenyum. Ia merasa lega karena ali, kekasih hatinya masih ada dihadapannya.

"iya...?" tanya pria itu. Membuat raut wajah prilly berubah seketika. Senyuman itu luntur kembali, tergantikan dengan wajah murungnya lagi.

"oh maaf mas..saya salah orang." ucapnya, lalu kembali berlari mencari sang kekasih hati.

Kaki prilly sudah terasa lemas. Rasanya ia sudah tak bisa lagi berlari, bahkan hanya untuk melangkahkan kaki ia merasa tidak sanggup lagi.

Berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya. Setelah dirasa cukup ia kembali berkeliling.

Tapi tiba2 langkahnya terhenti. Ia berdiri mematung. Matanya membulat. Air matanya jatuh menetes. Ia merasa tak percaya. Ia terus saja memastikan jika yang dilihatnya adalah benar. Menghapus air mata yang ada di pelupuk matanya, supaya ia dapat melihat lebih jelas lagi. Berkali2 ia mengerjap2kan matanya. Dan benar apa yang dilihatnya itu benar.

"maafin aku ali.." ucap prilly lirih hampir tak terdengar.

Tbc

******
Hehe kira2 prilly udah ktemu ali belum nih..

Aduuuhh lama ya? Maaf ya..hampir lupa kalau udah buat janji kalo minggu ini aku lanjutin.

Tolong hargai ya..walaupun cuma sedikit. Tapi kudu mikir keras,.

cinta yang dirindukanWhere stories live. Discover now