Pengantin Cadangan 2

By Jayanti_Yusuf

7K 277 277

"Aku mau cerai!" "Setelah semua yang kita lalui bersama, kau ingin membuangku, Aika?" "Kau pilih saja sendiri... More

Perkenalan dulu guys!!
1. Ibu Ratna
2. Kebohongan Aika
3. Luka Aika
4. Dear Aika
5. Rahasiakan saja
6. Kehamilan Aika
7. Bunga Cinta
8. Tupai
9. Angkasa
10. Test Pack
11. Garis Satu
12. Ramuan buatan Ratna
13. Membuat Arbie cemburu
14. Terbakar Cemburu
15. Jangan Pergi!
16. Maafkan aku, Dek
17. Tak disentuh
18. Rayuan Arbie
19. Gagal Romantis
20. Garis dua
21. Kehamilan Aika
22. Suami Idaman
23. Open WAR
24. Pelukan Erat
25. Mantu baru
26. Bangkrut
27. Selingkuh
28. Frans
29. Aika
30. Kelahiran Angkasa dan Aruni
31. Anak kedua
32. Adik untuk Angkasa
33. Bermanja
34. Hamil lagi
35. Sikap Atiqah
36. Kemarahan Ratna
38. Arbi bersama wanita lain
39. Aika dan Kesedihannya
40. Gugurkan atau...
41. Kebohongan atau kebenaran
42. Siapa Wanita Itu?
43. Tragedi Pernikahan Aika
44. Selingkuh
45. Luka ini...
46. Pulang dari Rumah Sakit
47. Terbakar cemburu
48. Rumah sakit

37. Anak Siapa?

69 5 0
By Jayanti_Yusuf

Ratna menghembuskan keraguan pada hati Arbie. Dia kembali ke kamar istrinya dan melihat Aika sedang mengunyah pangs it buatannya. 

"Apa katanya, Mas?" 

Arbie menggeleng, dia duduk di samping Aika dan mengelus kepalanya. "Jangan diabisin, dong, Mas kan juga mau!" 

"Sini, Aika suapin. Aaaa!" 

Arbie membuka mulutnya lebar. Namun, bukan dimsum yang masuk ke mulutnya. Aika mengecup pipinya. Arbie buru-buru mengelapnya, bekas minyak dari kuah dimsum menempel di pipinya. 

"Dedeeeek! Sempet-sempetnya becandain, Mas."

"Suamiku, makasih ya, udah baik bangeet." Aika mengatakannya dengan mata berkaca.

"Ah, ini sepertinya anak kita bakalan perempuan, kamu baper terus dari tadi. Sudah-sudah. Jangan nangis sambil ketawa kayak orang bodohh gitu. Bilang kalau sakit, bilang kalau berat, jangan gitu. Jangan semua serba disimpen sendiri." Arbie mengacak rambut istrinya yang masih berantakan.

"Makasih, Mas."

Aika menangis terharu.

"Jadi pengen, Ka. Mana dingin, anak udah tidur. Yuk, Ka. Mau gak?" goda Arbie. 

"Masih mules, loh! Jahat banget!" 

Arbie hanya terkekeh melihat ekspresi kaget istrinya itu. "Manisnya, kalau udah ngambek, ih, gemesh.

...
Pagi harinya, Aika melihat Ryu sendirian di dapur. Dia terlihat sedang berusaha membuat sarapan untuk anaknya. Gadis kecil berkuncir dua itu duduk di meja makan sambil memegang mangkuk dan sendok. Aika ikut duduk di sampingnya dan menirukan gaya sang gadis kecil.

"Abang, makanan aku mana? Aku laper!" rengek Aika sambil memegangi mangkuk dan sendok.

Gadis kecil itu melirik tajam ke arah Aika.  Aika menjulurkan lidahnya ke arah Chantika yang mulai terlihat marah.

"Ibu gak boleh deket-deket, Papa aku!!" omelnya.

Gadis kecil berkuncir dua itu mendelik ke arah Aika. Mata bulatnya yang indah malah membuat Aika makin semangat menggodanya.

"Papaaaaa, aku mau minta makan!" kata Aika lagi pada Ryu. Lali-laki tinggi itu sontak menoleh ke arah Aika.

"Astaga Aika, jantungku bisa copot kalau manggilnya kayak gitu!" protesnya. " Udah, duduk sana biar aku bikinin sesuatu. Lagi pula, suamimu kan chef, kenapa gak minta bikinin makanan ama dia aja, sih?" 

"Dia sibuk, tu. Sibuk jalan-jalan ama binik lu!" 

"Lah?" Ryu segera berjalan ke arah Aika. Dia diam sebentar sambil memegangi pundak Aika. "Apa? Ke mana mereka?" 

Aika menunjuk ke arah luar. Ryu menarik tangan Aika menuju teras rumah. Arbie dan Aira baru saja pulang dari berjalan-jalan. Keduanya mematung menatap ke arah mereka berdua.

"Kau tak marah, Ka?" tanya Ryu pelan. Ryu menatap raut wajah Aika yang sedikit menampakkan kedongkolannya.

"Buat apa, mereka kan cuma teman," sahutnya dengan menekan kata teman, cukup tegas.

"Mereka mantan, aku kesal setiap kali Aira hanya melirik ke arah Arbie. Kau tidak kesal, Ka?" balas Ryu menatap lurus ke arah Arbie yang terlihat tersenyum lebar sambil mendorong stoler berisi Angkasa dan Aruni.

"Ya, kesal-lah! Tapi, gimana? Kita terikat seperti ini sekarang." Aika mulai memajukan bibirnya. Hatinya mulai panas dan sesak.

"Kalau gak inget dia suamimu, udah aku timpuk, Ka!" geram Ryu.

Aika menarik tangan Ryu kembali ke dapur, mereka sadar, jika Arbie dan Aira sebentar lagi sampai di depan pintu. Sebelum terjadi salah paham, mereka harus pura-pura tidak tahu apa-apa, sekarang.

"Abaaang bikinin aku sereal, aku laper," katanya melanjutkan rengekannya barusan. 

"Tuhan, berisik banget ini anak, kenapa, sih?"

"Aku lapeeeeeeeer!" rengeknya lagi.

Arbie membuka pintu lebar-lebar, dia mempersilakan Aira masuk terlebih dahulu. Dia membawa plastik berisi makanan. Melihat Aika dan Ryu di pantri, dia langsung mendekat.

"Lihat, Ka, dia belanja lagi, tu," lapor Aira pada adiknya.

"Sayang, udah sarapan belum?" kata Aira sambil memulas senyum ke arah Ryu, suaminya. Aira mendekati suaminya, dia memintanya untuk membuka gendongan dan memindahkan Razan, bayi mereka yang sedang tertidur lelap.

"Belum, ini ada anak kecil berisik aja," sahut Ryu sambil melepaskan Razan dari gendongan.

"Dia anak aku! Kok, kamu tega bilang gitu?" sahut Aira ketus, terpancing emosi.

"Bukan, Chantika! itu loh! Si Tupai!" Ryu menunjuk hidung Aika yang berdiri tepat di sampingnya. 

"Abang jahat!" katanya sambil lalu. Dia berlari kecil mendekati Arbie dan memeluk suaminya itu erat-erat. "Kenapa gak bangunin aku, Mas?"

"Oh, tadi malem kan, kelitan capek banget, ya udah ini Mas sekalian keluar bareng anak-anak buat beli buah-buahan."

"Buah yang tadi malam juga masih banyak, belum ke makan kok, udah belanja lagi, sih?" protes Aika sambil menggembungkan pipinya. Dia harus bisa menahan rasa cemburunya sekuat tenaga sekarang.  

"Di rumah ini kan ada abah, umi, Ari, Ryu dan anak-anaknya. Belum anak-anak kita yang hari ini sudah mulai belajar makan, Ka. Masa aku nggak beliin mereka semua," sahut Arbie santai.

"Kalau  rumah ini berubah jadi lembaga sosial, semua orang yang datang pasti Mas kasih bantuan kan?" Aika melepaskan rangkulannya dan kini beralih ke arah Aruni yang ada di dalam stroller.

Arbi hanya tersenyum kecil mendengarnya. Pasalnya, dia memang berhati malaikat jika soal memberi.

"Gak usah repot-repot, Bie, pindahin aja itu swalayannya ke sini." Ahmad baru saja keluar dari ruang kerjanya, dia menghampiri Angkasa dan Aruni yang masih terlelap di strollernya. 

Arbie pun tertawa mendengarnya. 

...

Di sore hari, mereka pun kembali ke rumah Ratna. Wanita paruh baya itu sangat terobsesi dengan cucu-cucunya. Sehari saja tidak melihat keduanya, membuat hatinya tersiksa. 

Wanita cantik yang sedang hamil muda itu pun menarik napasnya dalam-dalam. Dia bersiap mendengarkan omelan ibu mertuanya itu.

"Jangan gitulah, Mama kan gak seserem itu."

"Tapi, tetep aja takut," kata Aika sambil tersenyum kaku. 

Edward baru saja datang dengan mobil Mario. Dia keluar dari mobil dan bertemu dengan Aika dan Arbie.

"Kalian ngapain di sini, enggak masuk?" 

Laki-laki yang dua tahun lebih tua dari Arbie itu pun, membantu membawakan barang-barang Aika. 

"Ngapain? Bukannya kamu udah resign?"

"Emang kalau udah resign gak boleh bantuin kamu?"

Arbie tak terlalu ambil pusing dengan perdebatan mereka, dia harus segera membawa anak-anaknya masuk sebelum terkena sindiran maut ibunya. 

"Kamu ini, lama bener pulangnya? Mama udah kangen ama Angkasa dan Runi! Mana ditelponin juga gak dijawab!!"

"Iya, Ma, biasalah namanya juga lagi di rumah mertua. Mana bisa pegang hape aja. Aika kalau di sini juga sama, kan? Gak bisa main hape."

Ratna hanya tercengung mendengar perkataan anaknya itu. Perhatiannya segera teralihkan ke Angkasa yang terjaga. Mata bulatnya membuat Ratna tersenyum kecil. "Duh, sini cucu Nenek!"

Hari berganti, Arbie mulai sibuk dengan pekerjaannya di resort baru. Mario mendadak jatuh sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit. 

Aluna sibuk wira-wiri mengurus Mario di rumah sakit, dan juga sarapan untuk Ratna. Namun, pagi ini Aluna mendadak tidak pulang ke rumah. 

"Ke mana Aluna? Aika juga, ke mana dia?" Amarah Ratna memuncak mendapati hanya potongan buah segar yang terhidang di atas meja. Dia berang melihat Aika yang hampir tak bisa bangkit dari tempat tidurnya sama sekali. Dia harus naik ke lantai tiga untuk melihat cucunya yang lucu. 

Belum lagi penampilan Aika yang terlihat kusut dan buruk rupa dengan rambut kusut masainya. Ratna hanya bisa mendesah panjang dan menyimpan repetannya untuk mantunya itu.

"Kamu ini, masa mabuknya belum selesai juga! Mama ini nggak ada yang urus, belum lagi anak-anak kamu makin hari makin lincah dan gak bisa diam. Semua barang habis berantakan di lantai!" 

Aika mencoba bangkit dari tempatnya. Runi sudah duduk di lantai dan menumpahkan selai yang ada di atas meja. Sementara Angkasa sudah masuk ke dalam lemari pakaian dan menarik semua pakaian keluar dari lemari.

"Aduuuh! Makanya, kalau belum mampu urus diri sendiri, mending gak usah hamil lagi, deh!" Ratna menghela napasnya kasar. Dia pun berteriak meminta pembantu untuk membersihkan kamar Aika.

Aika turun dari ranjang dan memeluk Angkasa erat-erat. "Angkasa nyari apa sayang?" Suara Aika bergetar, dia mencoba tersenyum di hadapan anaknya. 

"Ini, Non, Neng Runi udah dibersihkan."

"Makasih, ya, Bik."

...

Continue Reading

You'll Also Like

18.2K 455 25
Hello!! I got bored and decided to create a Wattpad account for shits and giggles. This is my first story and it is in no way meant to be taken serio...
14.8K 618 30
ketika harus hidup 1 atap dengan pasangan sahabat karena kesalahpahaman tak jelas 22 July s/d 5 November 2021
1.6M 139K 46
✫ 𝐁𝐨𝐨𝐤 𝐎𝐧𝐞 𝐈𝐧 𝐑𝐚𝐭𝐡𝐨𝐫𝐞 𝐆𝐞𝐧'𝐬 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐚𝐠𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 ⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎ She is shy He is outspoken She is clumsy He is graceful...
2M 113K 96
Daksh singh chauhan - the crowned prince and future king of Jodhpur is a multi billionaire and the CEO of Ratore group. He is highly honored and resp...