Baja Nagara

By haszgafz

56K 5K 302

Kevin Baja Nagara seorang pria yang memiliki paras khas lelaki jawa, Dengan perawakan tinggi, kulit eksotis d... More

01. jebakan sang tuan tanah
02. pernikahan darurat
03. gunjingan tetangga
04. dijemput sang pangeran
05. duda anak 1
06. dimanfaatkan
07. pendekatan
08. saingan tak sepadan
09. menghindar
10. Keributan rumah tangga
11. Kesalahan tak diinginkan
12. menyerahkan diri
13. permintaan maaf
14. wanita tak diharapkan
15. merajut asa
16. mendekati anak tiri
17. Bertemu dim-diam
18. tak tahu apa-apa
19. pulang yanpa kabar
20. pulang kampung
21. didiamkan
22. bulan madu tanpa modal
23. kembali pulang
24. menghabiskan waktu
25. kesalahan tak diduga
27. bosan memahami
28.berbaikan
29. manisnya rumah tangga
30. perasaan bersalah
31. petuah suami
32. huru-hara
33. kesalahan fatal
34. memperbaiki hubungan
35. hamil?
36. Didatangi lagi
37. Ragu
38. benar adanya
39. lelaki itu mengetahuinya?
40. Gagal sebelum dimulai
41. Saling mengerti
42. spy
43. Kehilangan yang disayang
44. setelah kegaduhan
45. kabar belum sampai
46. saling tertutup
47. akhir segalanya
48. berpisah
49. keputusan akhir
50. kejutan tak terduga
51. Sidang Perceraian
52. kedatangan mertua
53. kenyataan

26. melawan ego masing-masing

917 83 2
By haszgafz

Ba'da asar Kevin baru sampai di depan rumahnya, setelah seharian ini berkutat dengan kertas-kertas yang membuatnya pening akhirnya dia bisa istirahat juga, saat berjalan memasuki rumah Kevin mengerutkan keningnya, menyadari pintu rumahnya yang terkunci, biasanya sang istri tak akan mengunci pintu di jam dia pulang kerja, wanita itu juga akan menunggunya di saat dia pulang dari kantor.

Kevin merogoh saku celananya, meraih kunci rumah yang dia satukan dengan kunci mobil miliknya, saat masuk kedalam rumah Kevin menatap sekeliling, menunggu istrinya menyambutnya pulang kerja.

Setelah tak menemukan istrinya di dapur, Kevin naik kelantai atas, mungkin saja wanita itu ada di sana. namun nihil, istrinya itu tak terlihat dimanapun.

Kevin meletakan tas kerjanya diatas ranjang , dia lalu meraih ponselnya, menghidupkan benda itu yang dia matikan sejak siang tadi untuk menghindari gangguan dari mantan istrinya. Dia menghubungi sang istri, dan saat tak mendapat jawaban dari wanita itu dia turun kelantai bawah lalu berjalan keluar, mungkin saja wanita itu sedang jalan-jalan karena merasa bosan dirumah sendirian.

Kevin mengelilingkan pandangannya, mencari keberadaan sang istri, saat kembali dan melewati garasi Kevin menyadari sesuatu, motornya yang biasa bertengger disana tak ada ditempatnya. Dia kembali masuk kedalam rumah, berjalan ke arah dapur untuk memastikan kecurigaannya, melihat isi kulkas yang masih kosong Kevin semakin khawatir, mana mungkun istrinya belum kembali jam segini?

Kevin kembali keluar rumah, mengunci  pintunya dan berjalan kearah mobil, berniat mencari istrinya ke pasar tempat wanita itu biasa berbelanja. Belum sempat dia menyalakan mobilnya, ponselnya berdering. melihat nama sang ibu disana Kevin menghela nafas lega, berharap jika istrinya berada di rumah orang tuanya. "Halo ma"

"Kamu dimana Kevin? Sudah mama hubungi berulang kali baru kamu angkat sekarang" wanita diseberang sana berbicara dengan nada yang terdengar kesal

"Kevin di rumah ma, baru pulang kerja"

"Kerumah sakit sekarang, istri kamu kecelakaan kamu malah tidak tahu apa-apa!"

Kevin tertegun, Haifa kecelakaan?
"Iya ma, Kevin segera datang" tanpa menunggu jawaban dari ibunya Kevin melempar ponselnya kesembarang arah, menyalakan mobilnya serabutan. Saat terjebak kemacetan Kevin mengeram kesal, mengapa jalan kota jakarta harus macet disaat seperti ini?!

Sesampainya di rumah sakit Kevin langsung menuju ruangan istrinya yang diberitahukan ibunya tadi melalui pesan, dia berjalan tergesa, merasa bersalah karena dia tak tahu apa-apa saat istrinya sendiri terluka.

Kevin membuka ruangan istrinya seraya beruluk salam, menemukan sang istri yang terbaring sedang mengobrol dengan ibunya, sementara ayahnya hanya duduk di sebuah sofa panjang seraya memainkan ponselnya, pandangan mereka bertiga langsung tertuju padanya yang baru datang.

Melihat durinya datang ibunya berdiri, Kevin mendekat menyalimi ibu dan juga ayahnya terlebih dahulu "kamu kenapa susah dihubungi kalau dalam keadaan penting seperti ini?"

"Kevin tadi ada kerjaan ma, ponselnya mati" jawabnya seraya berjalan kearah sang istri, mendekati wanita itu yang melihat kelain arah. Kevin duduk disamping brankar istrinya, mengelus puncak kepala wanita itu lalu menciumnya sebentar "maaf, mas tidak tahu kalau kamu kecelakaan" istrinya tak menjawab, wanita itu hanya mengangguk sekilas.

"Ya sudah, mama sama papa pulang dulu, besok balik lagi kesini"

Kevin mengangguk, mengiyakan ucapan ibunya

"Kamu jaga istri kamu baik-baik, nanti mama suruh supir buat antar baju untuk kamu"

"Iya ma, makasih ya udah jagain Haifa saat Kevin nggak ada"

Kevin mengantar kedua orang tuanya sampai depan pintu, setelah mereka pergi Kevin kembali masuk kedalam kamar rawat istrinya, duduk di kursi  yang tadi di duduki ibunya. Kevin menatap istrinya yang terlihat berbeda, wanita itu terkesan enggan menatap ke arahnya "maaf karna mas baru datang sekarang, banyak kerjaan dikantor, mas lupa menyalakan ponsel tadi"

Haifa tak menjawab, dia menarik selimutnya sebatas dada lalu memejamkan mata, enggan membahas apapun dengan suaminya.

Sementara Kevin yang mendapat respon seperti itu hanya bisa menghela nafas, mungkin saja istrinya kecewa karena dia tak ada disamping wanita itu tadi.

~~~~

Kevin keluar dari dalam masjid rumah sakit selesai sholat maghrib, melihat istrinya yang terlihat pulas tadi, yang mungkin karena pengaruh obat Kevin tak tega untuk membangunkannya,
Lagi pula wanita itu juga sedang halangan, jadilah kevin membiarkannya untuk istirahat.

Saat masuk kedalam kamar, Kevin melihat istrinya yang terlihat kesusahan untuk bangun, dengan sigap Kevin mendekat, mencoba membantu istrinya yang ditepis wanita itu "kamu kenapa? Masa cuma karena mas datang telat kamu sampai marah seperti ini"

Wanita itu bergeming, masih berusaha turun dari brankar dengan kaki yang terpincang-pincang. Kevin yang melihatnya kembali mendekat, memegangi lengannya dengan sedikit paksaan. entahlah, mengapa istrinya harus bersikap keras kepala seperti ini "kalau memang tidak bisa melakukannya sendiri, minta tolong. Tidak usah sok kuat untuk menanggung kesusahan kamu sendiri, Apa fungsi saya sebagai suami kamu kalau kamu seperti ini"

Haifa diam saja tak menjawab, membiarkan suaminya membantunya kekamar mandi, lukanya dibagian kaki dan juga kepala membuatnya kepayahan untuk melakukan semuanya sendirian, Haifa mau tak mau harus menurunkan egonya.

Selesai dengan urusannya dikamar mandi Haifa keluar, mendapati suaminya yang berada di depan pintu menunggunya disana. Haifa menunduk, enggan menatap pria didepannya. Dia membiarkan pria itu memapahnya dan membantunya untuk naik ke atas brankarnya.

"Mau makan tidak? Nanti mas ambilkan kalau kamu lapar"

Haifa menggelng, memilih menutupi tubuhnya lalu kembali memejamkan matanya yang tak mengantuk sama sekali. Dia enggan jika harus berbicara dengan lelaki itu saat ini, dia tak mau jika nanti dia terbawa perasaan dan memarahi suminya sendiri. Haifa tahu batasan, bagaimanapun dia tetaplah seorang istri, tak pantas untuknya meninggikan suara didepan suaminya. Meski teekadang dia juga tak bisa menahan emosinya sendiri.

Melihat istrinya yang kembali terpejam, Kevin menatapnya curiga. Dia berjalan kearah sofa panjang lalu membuka ponselnya untuk memesan makanan untuknya, siang tadi dia bahkan tidak keluar untuk makan siang, dia tak ingin jika dirinya ikut sakit hanya karena lupa makan.

Setelahnya Kevin membuka kontak ponselnya, mendial nomor kayawannya untuk mengirimkan semua pekerjaanya kerumah sakit, dia tak mungkin jika harus meninggalkan istrinya sendirian, lagi pula ibunya tak seberapa sehat, tak baik jika terlalu sering berada di rumah sakit. Dan dia juga tak mungkin untuk kembali meninggalkan pekerjaanya yang sudah menumpuk dan dia abaikan selama empat hari, dia harus bertanggung jawab dan juga menjadi contoh yang baik untuk para karyawannya.

Kevin meletakan ponselnya diatas nakas disamping nya, lalu menyenderkan tubunya untuk memperhatikan sang istri yang terlihat tak tenang dalam tidurnya, wanita itu terkesan gelisah saat ini. Dia mendekat, mengelus rambut istrinya yang dibiarkan tergerai, tak tega melihatnya bergerak tak nyaman seperti ini.

Haifa menyerah, dia membuka matanya dan langsung tertuju kepada suaminya yang saat ini juga melihat ke arahnya, melihatnya Haifa jadi teringat kejadian siang tadi, melihat  suaminya yang pergi berdua dengan wanita lain, dan lebih parahnya wanita itu adalah orang yang tak suka dengan hubungan mereka.

Haifa melihat kearah lain, memutuskan pandangan mereka yang tadi sempat bertemu.

Kevin yang semakin gemas melihat tingkah istrinya mendudukan dirinya disisi wanita itu, menggenggam tangan istrinnya meski wanita itu berniat menarik tangannya. Tapi apa daya, tenaganya akan kalah dengan dia yang seorang lelaki, sehat pula.
"Kamu itu kenapa, dari mas datang sampai sekarang selalu menghindar? Mas tidak yakin kalau ini hanya karena kamu marah mas datang terlambat"

Haifa merasakan pelupuk matanya basah, mengingat suaminya bersama wanita lain nyatanya membuat dia sakit hati juga.

Melihat sang istri yang mengelap matanya yang basah dengan tangan yang bebas dari genggamannya Kevin merasa heran "kok malah nangis, mas ada salah apa. Coba bicara baik-baik"

Haifa menggeleng, bukan karena suaminya tak punya salah, dia hanya menolak untuk buka suara. Tapi suaminya justru salah mengerti.

"Lalu kalau mas tidak salah apa-apa, kenapa kamu seperti ini. Bersikap saja seperti biasanya. Mas tidak suka kamu diamkan seperti ini" setelah mengatakan itu Kevin diam, dia hanya membiarkan istrinya yang menangis tanpa suara, membiarkan wanita itu membuang kekesalannya.

Setelah dirasa dirinya mulai tenang, haifa menatap ke arah suaminya "Mas, sebenarnya kamu ingin pernikahan kita bagaimana setelah ini"

"Bagaimana apanya?" Kevin mengerutkan kening, merasa aneh dengan pertanyaan istrinya.

"Kalau kamu tidak bisa move on dari masa lalu kamu itu, sudahlah lepaskan Haifa. Jangan buat Haifa  merasa kamu cintai tapi pada nyatanya tidak."

"Kamu ngomong apa sih? Kenapa seorang wanita selalu berpikiran pedek seperti ini? Ada masalah sedikit minta cerai. Memangnya pernikahan itu mainan?" Kevin merasa geram, dia tak suka dengan sikap wanita yang sedikit-sedikit minta cerai. Dia berdiri, meninggalkan istrinya diruangan itu sendirian, karna dia tahu, jika dilanjutkan justru akan membuat hubungan mereka menjadi renggang.

Sementara setelah kepergian suaminya Haifa kembali menangis tanpa suara, mengapa lelaki itu terkesan jadi menyalakannya? Dia juga tidak akan seperti ini jika lelaki itu tidak melakukan hal itu dibelakangnya.

Jangan lupa vote ya..

See you..

Continue Reading

You'll Also Like

5.5M 293K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
6.6M 334K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
423K 17.3K 34
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
531K 3.5K 19
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...