Baja Nagara

By haszgafz

56.6K 5K 303

Kevin Baja Nagara seorang pria yang memiliki paras khas lelaki jawa, Dengan perawakan tinggi, kulit eksotis d... More

01. jebakan sang tuan tanah
02. pernikahan darurat
03. gunjingan tetangga
04. dijemput sang pangeran
05. duda anak 1
06. dimanfaatkan
07. pendekatan
08. saingan tak sepadan
09. menghindar
10. Keributan rumah tangga
11. Kesalahan tak diinginkan
13. permintaan maaf
14. wanita tak diharapkan
15. merajut asa
16. mendekati anak tiri
17. Bertemu dim-diam
18. tak tahu apa-apa
19. pulang yanpa kabar
20. pulang kampung
21. didiamkan
22. bulan madu tanpa modal
23. kembali pulang
24. menghabiskan waktu
25. kesalahan tak diduga
26. melawan ego masing-masing
27. bosan memahami
28.berbaikan
29. manisnya rumah tangga
30. perasaan bersalah
31. petuah suami
32. huru-hara
33. kesalahan fatal
34. memperbaiki hubungan
35. hamil?
36. Didatangi lagi
37. Ragu
38. benar adanya
39. lelaki itu mengetahuinya?
40. Gagal sebelum dimulai
41. Saling mengerti
42. spy
43. Kehilangan yang disayang
44. setelah kegaduhan
45. kabar belum sampai
46. saling tertutup
47. akhir segalanya
48. berpisah
49. keputusan akhir
50. kejutan tak terduga
51. Sidang Perceraian
52. kedatangan mertua
53. kenyataan

12. menyerahkan diri

1.2K 114 0
By haszgafz

Sudah dua hari ini Haifa didiamkan suaminya, sejak kejadian malam itu suaminya bersikap seolah dia tidak ada, lelaki itu tak pernah lagi menyapanya, lelaki itu tak pernah lagi memakan masakannya. Dan lagi lelaki itu selalu tertidur membelakanginya.

Haifa ingin mencoba mendekat, meminta maaf karena kesalahannya. Tapi sifatnya yang memang pada dasarnya pasif membuatnya kesulitan untuk memulai pembicaraan.

Haifa mematut penampilannya di cermin, dia berniat untuk pergi kepasar, membeli beberapa barang dapur yang memang sudah habis. Awalnya dia berniat meminta untuk ditemani, tapi melihat keadaan lelaki itu yang tak mau berbicara kepadanya membuat Haifa merasa sungkan. Haifa meraih ponselmya diatas nakas, mengetikan pesan kepada sang suami jika dia meminta izin untuk pergi sendirian dan meminjam motor milik pria itu.

Merasa penampilannya tak terlalu berlebihan, Haifa berjalan keluar setelah meraih kunci motor di laci, motor matic keluaran 3 tahun lalu ini masih terlihat bagus, mungkin karena memang jarang dipakai pemiliknya.

Haifa kembali membuka ponselnya, mencari tahu pasar terdekat dari tempatnya. Setelah menemukanya Haifa memakai helm dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Sesampainya di pasar Haifa menenteng tas belanjaannya, berjalan masuk untuk mencari sayuran, ayam, dan beberapa buah yang sudah dia tulis sedari dirumah, menghindari agar dia tak membeli hal-hal yang tidak dibutuhkan sebenarnya. Dia tak boleh boros, meski suaminya memberikan uang lebih, tapi dia tak boleh salah mempergunakannya.

Haifa menghentikan langkahnya saat mendengar ponselnya berdering, melihat nomor suaminya yang menelfon Haifa tak mengangkat, dia yakin suaminya pasti akan menceramahinya banyak hal karena dia pergi sendirian. Haifa hanya membuat ponselnya pada mode diam.

Setelah merasa barang belanjaannya sedah lengkap Haifa berjalan keluar, berniat membeli makanan untuk membungkusnya agar dia tidak perlu memasak saat sampai rumah nanti. Tetapi langkahnya terhenti melihat suaminya yang saat ini menatapnya seraya bersandar di disisi mobil yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Haifa diam, kakinya terasa berat untuk melangkah ke arah pria itu.

Melihat suaminya yang berjalan mendekat, Haifa mencoba menetralkan ekspresinya, lagi pula lelaki itu tak akan memarahinya di tempat umum seperti ini.

"Pulang"

Haifa menatap suaminya, melihat lelaki itu yang terlihat marah kepadanya. "Haifa mau beli makan dulu mas."

"Pulang." ulang Kevin dengan suaranya yang lebih pelan, tapi justru terdengar menyeramkan ditelinga istrinya.

Kevin menunduk, meraih tas belanjaan dari tangan istrinya, dia berjalan kembali ke arah mobilnya untuk menyimpan belanjaan istrinya di bagasi mobil. Saat suaminya meminta untuk dia masuk Haifa teringat sesuatu. Merogoh saku bajunya dan mengeluarkan kunci motor dari sana. "Haifa bawa motor sendiri mas"

Kevin mendekat, meraih kunci motornya dan meminta Haifa untuk masuk kedalam mobil. Melihat lelaki itu yang membukakan pintu belakang untuknya Haifa merasa aneh. Apa suaminya semarah itu sampai membiarkannya duduk di kursi belakang. Tanpa banyak berkata Haifa masuk ke dalam mobil, tak ingin membuat suaminya semakin marah. Awalnya Haifa tak sadar, tapi saat dia masuk dia melihat sosok lain di dalam mobil, matanya tertuju ke arah kaca ingin tahu siapa wanita yang ada di mobil ini bersama suaminya tadi.

Haifa tertegun, melihat wajah cantik mantan istri suaminya ada di sana, wanita itu juga menatapnya tanpa ekspresi apapun. Terlihat Aira yang tertidur dipangkuannya. Haifa melirik Kevin yang juga melihat kearahnya saat masuk ke dalam mobil.

Haifa memalingkan wajah, tak ingin melihat wajah suaminya yang terlihat mengesalkan saat ini.

"Mas, antar aku sama Aira pulang dulu. Kasihan dia kalamaan nunggu istri kamu keluar dari pasar kaya gini"

Pertama mendengar suara wanita itu Haifa langsung tak suka. Memang siapa yang meminta mereka untuk menunggunya disini?

Kevin tak menjawab, dia hanya menyalakan mobil dan menuruti keinginan mantan istrinya. Diperjalanan Haifa diam saja, menjadi pendengar obrolan dua manusia didepannya. Dia menatap jendela mencari objek lain agar dia tak perlu mendengarkan percakapan mereka. Dirinya didiamkan, seakan-akan hanyalah seseorang yang menumpang dengan mereka. Haifa malas, dia merasa lelaki itu tak menghargainya sama sekali sebagai istri.

Haifa ingin menangis, tapi untuk apa? Menangisi hidupnya yang penuh drama seperti ini? Menyaksikan sang suami mengobrol dengan mantan istrinya dan mengacuhkannya sendirian.

Tak seberapa lama mobilnya masuk ke dalam kawasan perumahan elite. Haifa hanya diam saja memperhatikan jalan. Mobilnya berhenti tepat di Depan sebuah rumah besar. Kevin dengan siaga turun dari mobilnya, membukakan pintu untuk mantan istrinya. Meraih Aira yang tertidur kedalam gendongan dan ikut masuk kedalam rumah.

Haifa hanya memperhatikan, dari sapaan para pekerja dirumah mantan istri suaminya Haifa yakin pria itu sering datang kesini. Air mata yang sedari tadi dia tahan luruh juga. Fikirannya melayang, apakah mereka selalu pergi bersama? apakah lelaki itu sering berkunjung untuk menemui mantan istrinya? Apakah wanita itu saat ini sedang mencium suaminya sebagai salam perpisahan seperti tempo hari? Haifa merasa tak ada gunanya dia sebagai istri, lelaki itu tak pernah berkata jujur, lelaki itu selalu membohonginya. Apakah dia bisa untuk percaya.

Melihat Kevin yang keluar dan berjalan kearah mobil Haifa menghapus air matanya, tak ingin terlihat lemah jika lelaki itu melihatnya. Lagi pula dia bukan siapa-siapa, pria itu menikahinya hanya agar dia mau melayaninya. Pria itu hanya merasa kesepian dan melampiaskan itu dengan menikahinya. Pintu belakang mobil terbuka, Haifa diam saja tanpa melihat kearah suaminya.

"Pindah kedepan"

Haifa bergeming di tempatnya, tak menghiraukan perintah suaminya.

"Haifa, mas bilang pindah kedepan!"

"Tidak mau!" Haifa menatap suaminya tajam, tak ingin diintimidasi dengan sikap suaminya.

Melihat respon sang istri yang kurang baik, Kevin menutup pintu kasar. Memutari mobil dan duduk dikursi kemudi. Menyalakan mobilnya dan pergi dari sana. Mereka berdua diam, tak ada obrolan selama perjalanan. Kevin dengan kekesalannya dan Haifa dengan rasa marahnya.

Saat mobilnya sudah berhenti dipelataran rumah, Haifa keluar dari dalam mobil. Tanpa menunggu suaminya dia berjalan masuk, tak menghiraukan panggilan lelaki itu yang terdengar marah kepadanya. Haifa memasuki kamar disusul suaminya di belakang.

Haifa kesakitan saat lelaki itu meraih tangannya kasar "sakit mas"

"Bisa tidak menghargai saya sebagai suami? Jangan seenaknya sendiri pergi tanpa izin!"

"Haifa sudah meminta izin, mas baca kan pesan Haifa?" Haifa mencoba menarik tangannya, melepaskan diri dari cengkraman pria itu

"Mas kan sudah pernah bilang, jangan pergi sendirian!"Kevin berteriak, melampiaskan kekesalannya beberapa hari ini

dibentak seperti itu Haifa menatap suaminya tak terima "Lalu Haifa harus pergi dengan siapa? Haifa tidak mengenal siapapun di tempat ini, Mas juga mengacuhkan Haifa dari kemarin. lagipula Haifa hanya pergi kepasar, bukannya pergi dengan laki-laki lain!" Haifa terisak, tak kuat menahan sesak di ulu hatinya "Sebenarnya siapa yang tidak menghargai siapa disini? mas pergi dengan wanita lain, dan dengan tanpa perasaan mas meletakkan Haifa dibelakang wanita itu! Haifa tahu, Haifa bersalah karena menolak mas malam itu, tapi apakah seperti ini balasan dari kamu mas? Mempermalukan Haifa didepan mantan istri kamu?, membuat wanita itu tahu dengan hubungan kita yang hambar seperti ini"

"Mas hanya pergi menemaninya memeriksakan Aira"

"Apa Haifa harus percaya? Memangnya Haifa tahu apa yang kalian lakukan dibelakang Haifa? Sedari awal mas tak pernah jujur, tidak pernah memposisikan Haifa sebagai istri kamu" Haifa menatap suaminya lelah.

melihat suaminya yang diam saja Haifa berjalan mendekat, menatap pria itu tepat kemanik matanya. Tangannya tergerak menarik kerudungnya, memperlihatkan rambutnya yang hanya pernah dilihat ayah dan lelaki didepannya. Haifa berjalan maju mendorong suaminya hingga terduduk ditepi kasur. Tangannya bergerak mengelusi dada suaminya, duduk dipangkuan lelaki itu dan membuka kancing baju suaminya satu persatu. Tanpa menghiraukan penolakan pria itu Haifa melanjutkan aksinya, menggerayangi dada telanjang suaminya.

Melihat perubahan sikap istrinya Kevin menatap wanita itu tak berkedip "kamu mau apa?"

"Ini kan yang mas mau? Melihat Haifa yang seperti ini, dan karna ini juga kan mas mendiamkan Haifa, dan membuat Haifa dalam posisi bersalah disini?" Haifa bergerak, membuka kancing depan bajunya, membiarkan pria itu melihat hal yang tak pernah dia tunjukan pada orang lain.

"Haifa, ini berlebihan!"

"Apanya yang berlebihan mas? Bukankah mas suka melihat Haifa yang tak punya rasa malu seperti ini" Haifa berkata seraya menahan tangisnya, dia malu tapi dia juga tak ingin terlihat lemah didepan suaminya. Haifa bergerak semakin lancang, dia mendekatkan wajah berusaha mencium pria itu. Namun suaminya justru berpaling. Haifa tak kehabisan akal, dia menciumi rahang suaminya dan menjalar kearah telinga dan lehernya.

Merasa keadaan yang tidak benar Kevin mendorong istrinya pelan, menurunkan wanita itu dari pangkuannya. Dia berdiri mengancingkan kembali bajunya yang dibuat berantakan oleh sang istri. Tanpa berkata apapun dia pergi dari sana, meninggalkan sang istri yang terduduk memeluk lututnya sendiri.

Hargai saya dengan cara bantu vote ya..

See you..

Continue Reading

You'll Also Like

793K 122K 44
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
2.6M 287K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
206K 1.4K 11
Naziela atau akrab di panggil ziel atau iel adalah seorang gadis yang baru saja lulus dari sekolah SMA dan sekarang dia sedang Kuliah di kejurusan ke...
2.7M 22.4K 44
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...