Your Eyes Tell [Kim Seokjin]

By Haniye_o

10.3K 1K 33

Semuanya berawal saat ayahnya menjodohkan dirinya dengan putra temannya Gadis yang tabu akan hal-hal cinta, h... More

prolog
Part. 1
Part. 2
Part. 3
Part. 4
Part. 5
Part. 6
Part. 7
Part. 8
Part. 9
Part. 10
Part. 11
Part. 12
Part. 13
Part. 14
Part. 16
Part. 17
Say hello!
Part. 18
Part 19
Part. 20
Part. 21
Part. 22
Part. 23
Part. 24
Part. 25
Part. 26
Part. 27
Part. 28
Part. 29
Part. 30
Part. 31
COOMING SOON
Part. 32
Part. 33
Part. 34
Part. 35
Part. 36
Part. 37
Part. 38
Part. 39
Part. 40
Part. 41
Part. 42
Last Chapter. 43

Part. 15

216 19 2
By Haniye_o

Matahari mulai menyongsong di ufuk, mengantarkan cahaya kuat menyorot menyusuri jendela, titik-titik air embun pagi yang segar masih setia menghias acuan dengan gurat-gurat air yang mulai luluh sedikit demi sedikit.

Pagi ini tampak begitu berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya, semuanya tampak indah seakan bunga telah bermekaran di hatinya.

Kedua tubuh itu tengah sibuk dengan kegiatannya, dengan seorang dara yang sibuk merangkai dasi, dan laki-laki yang tampan paripurna tengah memandangi istrinya dengan penuh cinta.

Sejak bangun pagi, Seokjin tak pernah sekalipun tidak tersenyum sampai detik ini, dirinya masih tak percaya dengan apa yang terjadi.

Bahagia?

Jangan ditanya, bahkan Seokjin seakan sedang di syurga saat pertama kali melihat sang istri bergemul di pelukannya dengan lelap. Namun berbeda dengan Jukyeong, dirinya tak bisa berbohong jika sekarang dirinya tengah dirundung malu. Ditambah dengan sikap Seokjin yang terus menautkan senyum di bibirnya, namun Jukyeong pun bahagia jika akhirnya semuanya telah pada tempatnya.

Jukyeong selesai merapikan dasi Seokjin, tangannya menepuk pelan dada Seokjin, matanya menatap netra sang suami yang begitu berbinar seakan mendapatkan hadiah lalu kemudian menunduk malu-malu

Seokjin terkekeh melihat kelakuan Jukyeong "aku lihat kau terus saja menunduk saat berhadapan denganmu, ada apa?" Tanya Seokjin.

Jukyeong masih menunduk tanpa menjawab pernyataan Seokjin, melihat lucunya prilaku Jukyeong, membuat Seokjin inisiatif mencubit pipinya sedikit keras "aigoo, kau lucu sekali"

"Oppa sakit" racau Jukyeong tangannya mencoba melepaskan tangan Seokjin yang masih bertengger di pipinya, namun kali ini tidak mencubit melainkan mengelusnya lembut penuh kasih sayang.

Jukyeong menatap Seokjin gugup

Tampan_

"Maaf, kau si terus menunduk aku tidak tahan untuk mencubitmu jadinya" ucap Seokjin dengan kekehan kecil diiringi Jukyeong "jadi nyonya Kim milik Seokjin Jukyeong, apa yang membuat mu terus menunduk hmm?" Tanyanya kembali

Jukyeong tak langsung menjawab, tangannya memilin ujung baju, detak jantungnya kali ini berpacu dengan tempo yang lebih cepat, pipinya serasa seperti kepiting rebus yang sudah memerah, ini seperti de Javu untuknya, walaupun memang setiap pagi rutinitasnya seperti ini, namun kali ini dengan keadaan berbeda.

Seokjin masih menatap Jukyeong menunggu jawaban dari sang istri perihal masalah menunduk

"A-aku malu" cicit Jukyeong terdengar seperti gumaman namun masih terdengar oleh Seokjin

Seokjin kembali terkekeh, Jukyeong saat ini sangat lucu pikirnya

"Kenapa malu hm?" Tanyanya sembari memajukan wajahnya supaya berhadapan tepat di depan wajah Jukyeong yang lebih pendek darinya, dan itu berhasil membuat Jukyeong terkesiap "apa karena kegiatan_"

"Bukan" sergah Jukyeong, namun Seokjin masih terus menggodanya, dirinya begitu suka melihat ekspresi Jukyeong saat sedang di goda seperti ini

"Tenang saja tidak usah malu, kita sudah_"

"Oppa sudah jam 8 lebih, kau bisa telat ayo cepat berangkat"

Seokjin tertawa di sela Jukyeong menarik tangannya membawanya untuk segera pergi dari sana.

Your Eyes Tell...

Kediaman keluarga Bae kini tengah ramai karena kehadiran nyonya Kim dan tuan Kim kesana, kedatangan mereka seakan-akan sebuah reuni karena memang mereka tak pernah kembali berkumpul setelah bertahun-tahun keluarga Kim memutuskan untuk pindah setelah kejadian itu.

Semuanya tengah berbincang-bincang dengan topik masing-masing, tuan Bae dengan tuan Kim memilih halaman belakang untuk dijadikan mereka tempat untuk bercengkrama, jangan lupakan dengan kedua wanita yang kini sudah menjadi besan itu tengah asyik mengobrol tentang apa yang sedang menjadi tren akhir-akhir ini, namun mereka tak hanya berdua kali ini putri tertua keluarga Bae juga turut hadir di sana.

Setelah menjenguk Jukyeong, Airin memutuskan untuk menghabiskan waktu beberapa hari di rumah lamanya ini, mengingat jika Airin jarang sekali datang ke rumah dengan kesibukan suami yang super duper.

Lama-lama ketiga wanita itu mengobrol, tiba-tiba atensi ketiganya teralihkan saat seseorang di luar sana memencet bel.

"Biar aku yang membuka Bu" ucap Airin dan berlalu pergi menuju pintu

Airin sedikit terpaku dengan siapa yang datang, begitupun orang yang kini tengah berdiri membawa dua kantong berisikan makanan di sana, Airin mengerjap berkali-kali mengingat nama orang yang ada di hadapannya ini, sebenarnya dia kenal dengan orangnya namun dia lupa dengan namanya.

"Nuna kau di sini?"

Airin hanya mengangguk sembari terus mengingat nama orang yang ada di hadapannya ini.

Sementara itu nyonya Bae dan nyonya Kim saling melempar tatapan karena Airin yang lama sekali berdiri di ambang pintu
"Sayang siapa yang datang?" Teriak nyonya Bae

Airin menoleh pada ibunya dan nyonya Kim, lalu menggeleng tanda dia tak tahu dengan siapa yang datang.

Sementara itu orang yang sedari tadi berdiri pun kembali mengalihkan perhatian Airin

"Nuna kakiku pegal, bisakah kita masuk?"

"Ah, maaf sepertinya aku membuat mu menunggu, silahkan masuk" ucap Airin

Sedetik berikutnya orang itu pun tersenyum ke arah Airin.

"Aku tahu kau lupa dengan namaku kan nuna? Itu memang kebiasaan mu" tutur orang tersebut disertai kekehan di akhir

Airin tersenyum, keduanya kini masuk dengan berjalan beriringan"maaf, namamu susah sekali ku ingat"tutur Airin

Sementara itu kedua nyonya besar yang tengah mengobrol menyambut kedatangan pria tersebut

"Jungkook, kau datang nak" sambut nyonya Bae .

Sementara nyonya Kim masih terpaku di tempat, masih melihat wajah Jungkook yang tersenyum tak jauh darinya. Ingin saja dia menangis saat melihat wajah itu, sebentar lagi kebenarannya akan terbuka, dan nyonya Kim harap jika pria yang di hadapannya ini memang benar-benar bungsu yang di rinduinya.

Setelah penyambutan singkat nyonya Bae, Jungkook memberikan dua buah kantong berisikan makanan pada nyonya Bae, dan tentu nyonya Bae menerimanya dengan baik. Sementara Airin dirinya mulai heboh karena akhirnya mendapatkan jawaban atas nama orang jangkung yang tengah berkunjung ini.

Anak laki-laki yang dulu sering sekali mengantar dan menjemput Jukyeong pulang, Jungkook sudah seperti adiknya sendiri saking seringnya dia ke rumahnya saat Airin belum menikah dulu.

"Ayo duduklah"

"Kau mau apa, jus? Teh? Kopi?"

"Ah, tidak nuna dengan kau ingat namaku saja itu sudah cukup"

"Aishh kau ini"

Mereka pun tertawa, saat Jungkook tengah memberi tahu nyonya Bae jika anak pertamanya itu melupakan namanya lagi, dan reaksi nyonya Bae adalah tertawa dan menggoda nya, seperti sudah pada anak sendiri perlakuannya.

Jungkook melihat nyonya Kim tengah memandanginya saat dirinya tengah akan duduk, tubuhnya membungkuk memberikan salam hormat pada nyonya Kim

"Selamat siang nyonya, ini kedua kalinya kita bertemu" ujar Jungkook

Nyonya Kim tersenyum "kau benar"

Sementara mereka saling menyapa nyonya Bae dan Airin terlihat bingung karena mereka terlihat mengenal satu sama lain
"Kalian saling kenal ternyata" ujar nyonya Bae

"Aku tidak sengaja bertemu dengannya saat ke supermarket, kebetulan saat itu dia bersama dengan menantuku"

Nyonya Bae menganggukkan kepala tanda mengerti dengan pernyataan nyonya Kim.

"Bagaimana dengan profesimu Jung?"

"Baik nuna, aku sangat menikmatinya"

"Suamiku sempat bertemu denganmu saat pertemuan direktur di daerah sini, dan dia bilang jika studio mu sudah semakin maju sekarang, aku turut bangga padamu" Airin mengacungkan kedua jempol nya mengapresiasi dengan apa yang Jungkook raih

"Terima kasih nuna, ini juga berkat dukungan kalian"

Sementara mereka mengobrol, nyonya Kim tak pernah lengah memandangi wajah Jungkook, jika di lihat lamat-lamat, Jungkook terlihat mirip dengan Seokjin saat dilihat dari samping, bahkan nyonya Kim merasa sedang memandangi Seokjin saat ini, dan itu yang membuatnya semakin yakin dengan semua terkaan-terkaan- terhadap Jungkook selama ini.

Kenapa kau begitu mirip dengan cikalku? Kau bahkan seperti sedang melihat Seokjin bukan dirimu saat ini.
Ya Tuhan.
Apakah ini tandanya? Jika memang dia benar-benar putra bungsuku, kumohon kembalikan dia padaku_.

Your Eyes Tell...

"Apa jadwalku setelah ini Jim?"

"Kurasa tidak ada jadwal apapun selama dua hari kedepan, kau bisa sedikit bersantai"

Mendengar Jimin berbicara demikian, Seokjin bersorak dalam hati. Itu artinya dia bisa pulang cepat hari ini. Setelah kejadian dua hari lalu bersama sang istri membuat Seokjin ingin selalu berada di sampingnya.

"Baiklah tugasku sudah selesai dan jangan lupa berikan dokumen ini pada direktur Jeong besok"

Seokjin lalu berdiri dari duduknya dan menyambar jas yang dia sampirkan di belakang kursi

"Kau akan pergi?" Tanya Jimin

"Bukankah tak ada jadwal lagi untukku? Tugasku juga sudah selesai hari ini, jadi sebaiknya aku pulang saja"

Jimin mendecih pelan "bilang saja jika kau ingin segera menemui istrimu Hyeong"

Seokjin mendekat "Bingo!" Ucap Seokjin lalu setelahnya pergi dari ruangan sana menyisakan Jimin yang masih menatap kepergian Seokjin detik lalu. Dirinya dikit terjadi sesuatu yang manis antara Seokjin dan juga Jukyeong, terlihat dari sikap Seokjin yang banyak berubah setelah kepulangan Jukyeong dari rumah sakit, Jimin pun sering mendapati Seokjin sedang senyum-senyum sendiri sambil melamun.

"Ah biarkan saja, selagi Hyeong bahagia aku pun bahagia" ucapnya lalu kini beralih membereskan berkas yang Seokjin maksud untuk diberikan pada direktur Jeong selaku pimpinan perusahaan More.

Sementara itu Seokjin tengah berjalan menyusuri lobi, semua karyawan yang berpapasan dengannya membungkuk dengan ramah dan di balas demikian dengan Seokjin. Seokjin ini sudah tampan, mapan, sopan pula, bahkan semua karyawannya pun berkiblat pada Seokjin mulai dari cara bekerja, berfikir dan berpakaian. Maka tak ayal jika semua karyawan Seokjin di cap sebagai karyawan yang memiliki keseganan yang tinggi pada pimpinan perusahaannya.

Langkah Seokjin terhenti saat gawai yang terdapat di saku celananya bergetar.

Mata Seokjin menukik tajam saat tertata nomor yang Seokjin tahu betul siapa pemiliknya. Seokjin sendiri tak tahu kenapa orang itu kembali meneleponnya setelah penolakan kerja samanya satu tahun lalu. Dengan terpaksa, Seokjin pun mengangkat telepon tersebut

"Ada apa?" Tanyanya dingin

"Aura mu dingin sekali. Kau masih tak berubah, tidak bisakah kau sedikit lebih sopan pada kakekmu sendiri cucuku?"

Seokjin mendecih "sopan? Apakah aku harus bersikap sopan pada manusia berkelakuan layaknya binatang buas sepertimu? Hah, kurasa kau tidak akan mendapatkannya tuan itu mustahil" tukas Seokjin penuh benci

"Ya kau benar, kau tidak perlu melakukannya, karena aku pun tak membutuhkan penghormatan darimu"

"Kau membuang waktuku tuan, katakan apa yang ingin kau bicarakan"

"Tenang, aku hanya ingin berbicara santai denganmu"

"Cih! Omong kosong! Aku tahu akal bulus mu tuan besar Kim"

"Ternyata cucuku mengenalku dengan baik"

Seokjin meremat telepon dengan kuat penuh amarah

"Jika kau hanya ingin kami memberikan persetujuan untuk kerja sama dengan perusahaan mu maka kau tahu sendiri jawaban nya tuan besar Kim"

Tut

Telepon diputus sepihak oleh Seokjin. Kebencian Seokjin menggambarkan sebuah dendam pada kakeknya, pasalnya dia tahu jika kakeknya sendiri yang membuat tragedi belasan tahun lalu terjadi, dan Seokjin tak akan melupakannya, dia tak akan lupa pada orang yang sudah membunuh adiknya sampai kapanpun, Seokjin bahkan tak akan memaafkannya bahkan jika orang itu harus merenggut nyawa sekalipun Seokjin tidak akan peduli!.

Yang sabar ya ayang Seokjin:')

Go to part. 16...

Continue Reading

You'll Also Like

29.2K 2K 39
"Bisakah kau membantuku melupakannya?" "Setelah cinta pertama mu, bisakah kau menerimaku?" Kau tidak akan pernah tahu siapa orang yang akan menjadi...
2M 9K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1.6K 159 18
Lilin berwarna biru itu...jumlahnya ada sembilan buah...diletakkan dengan rapi dan diatur indah setengah lingkaran di atas meja dapurnya, cahaya redu...
135K 11.8K 39
(FOLLOW DULU SEBELUM DIBACA) "Bagaimana rasanya bertemu dengan idol yang kau kagumi?" Mencintai sesuatu yang agaknya terlihat mustahil dimiliki meman...