Your Eyes Tell [Kim Seokjin]

By Haniye_o

10.3K 1K 33

Semuanya berawal saat ayahnya menjodohkan dirinya dengan putra temannya Gadis yang tabu akan hal-hal cinta, h... More

prolog
Part. 1
Part. 2
Part. 3
Part. 4
Part. 5
Part. 6
Part. 7
Part. 8
Part. 9
Part. 10
Part. 11
Part. 12
Part. 14
Part. 15
Part. 16
Part. 17
Say hello!
Part. 18
Part 19
Part. 20
Part. 21
Part. 22
Part. 23
Part. 24
Part. 25
Part. 26
Part. 27
Part. 28
Part. 29
Part. 30
Part. 31
COOMING SOON
Part. 32
Part. 33
Part. 34
Part. 35
Part. 36
Part. 37
Part. 38
Part. 39
Part. 40
Part. 41
Part. 42
Last Chapter. 43

Part. 13

200 25 0
By Haniye_o

Pria yang terkesan imut namun laki itu merebahkan diri ke sofa, dari gelagatnya dia begitu kelelahan karena jadwal meeting yang cukup padat hari ini.

Park Jimin. Satu-satunya orang yang Seokjin percaya untuk urusan pekerjaannya di kantor.

Siapa yang tak kenal Park Jimin? Mungkin bisa di bilang seantero Korea akan menyudut pada ciri-ciri dirinya jika orang mengenal itu, bahkan mungkin orang luar Korea pun mengenalnya. Jangan salah Jimin adalah mantan trainee boyband yang super super terkenal sebelum dia debut, dia terkenal dengan tariannya yang lincah seperti bulu terbang, bahkan diketahui Jimin direkrut beberapa agensi besar hanya untuk mendebutkan nya, namun itu semua membuat Jimin frustasi dan beralih menjadi seorang sekertaris sekaligus teman dekat Seokjin sampai saat ini.

Seperti halnya sekarang, Jimin bahkan dengan senang hati tak pulang ke rumah hanya karena menggantikan Seokjin yang masih di rumah sakit.

Jimin berbaring di sofa, matanya sungguh lelah karena dirinya memang benar-benar belum memejamkan mata hanya barang sekejap saja. Jadwal meeting Seokjin terlalu padat.

Drrtt

Suara telepon berbunyi nyaring membuat Jimin terganggu, dengan gerak lunglai, tangannya bergerak malas untuk mengangkat telepon tersebut, namun setelahnya telepon itu mati dengan sendirinya saat Jimin akan mengangkatnya.

"Aish mengganggu saja!" Gerutu nya

Ting

Satu notifikasi email yang mungkin dari seorang klien atau yang lainnya. Dan ternyata benar, dengan mata yang sipit Jimin membaca pesan yang baru datang baru saja. Dan membulatkan mata beringsut tegak dari berbaring nya

"Ya Tuhan kenapa dia tidak pernah menyerah untuk mengajak kami bekerja sama? Padahal Seokjin menolak mentah-mentah ajakannya, ada apa dengan mereka ini!"

Jimin tahu siapa mereka yang di maksud, yaitu Kim Corp's yang merupakan perusahaan kakek Seokjin.

Iya benar yang dikatakan Jimin. Mereka memang pernah mengajukan kerja sama pada perusahaan On namun Seokjin menolaknya mentah-mentah, karena Seokjin tahu siasat buruk sang kakek mengajaknya kerja sama, tidak hanya sekali dua kali mereka mengajak Seokjin untuk bekerja sama, namun berpuluh-puluh kali, dengan menggadang-gadang ingin berdamai. Namun Seokjin menanggapi jika kakeknya itu hanya bicara asal-asalan hanya demi keuntungan besar dia bahkan tega menghilangkan nyawa siapapun yang menghalanginya. Sungguh kejam.

"Apa harus aku menelepon Seokjin?"

Jangan menelepon ku jika itu tidak benar-benar penting Jim, mengerti!

"Ah kurasa tidak, aku sudah tahu jawaban Seokjin seperti apa, aku hanya perlu menolak permintaannya dan memblokir alamat email nya"

Your Eyes Tell...

Pagi ini di awali dengan keributan, yang tiba-tiba saja Jukyeong mengalami kelumpuhan tidur, membuat semua orang panik dan bergegas mencari Namjoon kesana kemari.

Namun Namjoon hanya mengatakan jika Jukyeong hanya mengalami kelumpuhan tidur dan itu tidak akan apa-apa.

"Kau lapar?" Jukyeong hanya menggeleng saat Seokjin yang tidak pernah pergi dari ruangan itu. Bajunya bahkan masih sama dengan baju Seokjin terakhir kali datang kesana. Wajahnya berminyak dan kantung matanya menghitam, Jukyeong melihatnya.

Betapa tulusnya suaminya itu mencintai dan melindunginya"apa kau mau jalan-jalan?" Dan hanya gelengan lagi.

Sebenarnya Jukyeong melihat Seokjin seperti ini membuat nya semakin dirundung rasa bersalah "oppa?"

"Mm?" Seokjin hanya menggunakan mata sebagai jawabannya

"Kapan aku bisa pulang?"

Seokjin tersenyum, tangannya mengusap lembut pucuk kepala Jukyeong "Namjoon bilang setelah pemeriksaan mu sekali lagi, maka kau boleh pulang"

"Apa hari ini?" Tanya Jukyeong kembali

Seokjin tersenyum, dia tahu jika istrinya ini sudah tidak betah diam di rumah sakit "semoga saja" Jukyeong hanya diam merespon apa yang Seokjin katakan.

"Apa oppa tidak bosan terus menungguku?"

"Tidak mungkin aku bosan, jika yang aku tunggu adalah bidadari sepertimu"

Mendengar pujian dari Seokjin Jukyeong hanya semakin dibuat ingin menangis "tapi oppa aku tidak_"

"Sst, aku tahu, dan itu bukan alasan untukku pergi, aku hanya ingin bersama orang yang kucintai, tak peduli dia mencintaiku atau tidak" Seokjin menatap dalam manik Jukyeong, wajah yang dirindunya dua hari ini, terisirat rasa bersalah di wajahnya membuat Seokjin inisiatif untuk membawanya pergi berkeliling rumah sakit.

"Aku rasa udara pagi sejuk di sini, kau mau ikut?" Jukyeong hanya menatapnya tanpa membalas ucapannya "aku akan membopongmu, tidak usah pakai kursi roda ya"

"Tapi oppa kau akan lelah hanya karena membopong ku"

"Semenjak kita menikah, kita tidak pernah keluar hanya sekedar untuk jalan-jalan"

Mendengar itu hati Jukyeong mencelos, sakit rasanya jika angan-angan Seokjin yang tinggi malah Jukyeong tak bisa memenuhinya, bahkan ketika kedua insan itu sudah menikah, Jukyeong tertunduk air mata sudah mengumpul di sudut matanya siap untuk meluncur. Melihat itu pun Seokjin dengan segera menarik dagu Jukyeong untuk menatapnya, lalu memeluknya. Air mata Jukyeong turun saat Seokjin tiba-tiba memeluknya.

Jukyeong melepas tautan keduanya, lalu tangan kanannya menangkap pipi Seokjin dan mengelus lembut di sana. Sementara yang diperlukan hanya tersenyum.

"Aish kenapa kau jadi emosional seperti ini, sudah ayo kita pergi"

Jukyeong pun menurut dan berusaha untuk bangkit dibantu Seokjin tentunya.

"Kalian mau kemana?" Tanya nyonya Bae yang baru saja sampai bersama dengan suami, dan juga dengan Airin kakak Jukyeong yang kini tengah mengandung

"Kakak, ibu, ayah" pekik Seokjin

"Kalian akan pergi? Pulang?" Tanya tuan Bae

"Tidak, aku hanya ingin mengajak istriku jalan-jalan di sekitar sini udaranya cukup bagus"

Nyonya Bae menghampiri Jukyeong "kau lebih baik?" Jukyeong hanya mengangguk lalu detik selanjutnya memeluk nya, begitupun dengan kakak dan juga ayahnya. "Ibu senang saat Seokjin menelepon kami, dan kau ternyata sudah sadar" tutur nyonya Bae

"Maaf aku selalu merepotkan kalian"

"Ey kenapa kau ini selalu merasa merepotkan kami padahal tidak, kau ini sungguh adik yang manis" itu Airin sambil memegang kedua pipi Jukyeong

Seokjin rasa acara jalan-jalan nya harus di undur karena kedatangan sang ibu dan ayah mertua dan kakak iparnya "aku akan membawakan kalian sedikit kudapan"

"Tidak nak, tidak perlu kau diamlah di sini, bukannya kau ingin mengajaknya jalan-jalan? Kami hanya ingin meminta waktu Jukyeong sebentar saja" ujar nyonya Bae dan Seokjin hanya bisa mengangguk kikuk.

"Kakak kapan tiba di Seoul?"

"Kemarin sore, sebenarnya ibu dan ayah melarangku karena kandunganku yang mulai membesar, tapi aku begitu mengkhawatirkan mu"

"Maaf" cicit Jukyeong

"Ya ampun kenapa adikku ini gemar sekali meminta maaf sih? Itu bukan kesalahanmu!"

Nyonya Bae dan tuan Bae hanya bisa menggeleng melihat interaksi dua putrinya itu. Begitupun Seokjin yang duduk di sofa rumah sakit, melihat interaksi Jukyeong dan kakaknya membuat dirinya mengingat sesosok balita kecil yang dulu menjadi penghiburnya setiap hari. Namun kini semua sudah menjadi abu, Seokjin menggeleng kuat menghilangkan semua kenangannya bersama si bungsu yang sudah tiada.

"Seokjin"

Merasa terpanggil Seokjin mendongkak "ya Bu?" Nyonya Bae mendekat lalu kini bergabung bersama Seokjin, tangannya merogoh tangan Seokjin memberikan usapan di sana

"Terima kasih" cicit nyonya Bae

"Sudah menjadi tugasku menjaganya Bu"

"Ibu setiap hari khawatir jika Jukyeong tak bersikap baik padamu, setiap hari ibu hanya memikirkan bagaimana rumah tanggamu, maafkan kami yang terkesan mendadak menjodohkan kalian seperti ini, aku tahu kau maupun Jukyeong pasti belum cukup matang untuk hal ini, namun tak ada pilihan lain, kondisi suamiku terus menurun dan dia hanya ingin melihat putri bungsunya menikah itu saja. Tapi anugerah meliputi kami, setelah Jukyeong menikah denganmu, suamiku pulih dengan cepat, bahkan sekarang dia terlihat seperti semula, aku turut berterima kasih Seokjin, kau menyelamatkan suamiku secara tidak langsung karena perjodohan ini" nyonya Bae menangis

"Aku turut senang karena ayah sudah pulih, aku juga senang karena kalian memberikan sosok putri yang begitu lembut dan penyayang padaku, aku akan menjaganya setiap hari semampuku sampai aku benar-benar sudah di titik akhir Bu"

Nyonya Bae tersenyum, setelah mendengar penuturan Seokjin "tak salah memilihkan mu sebagai suami untuk Jukyeong, kau orang yang baik Jin"

"Terima kasih Bu"

"Pergilah, kau bilang ingin membawa Jukyeong jalan-jalan kan?"

"Tapi_"

"Yeobo, Airin biarkan Seokjin membawa Jukyeong jalan-jalan dulu"

Mereka bertiga menoleh saat nyonya Bae memanggil

"Baik Bu" Airin menyahut dan kini mencoba menurunkan Jukyeong dari brankar.

Sementara itu Seokjin menghampiri untuk membopongnya, tangan kanannya memegang bahu Jukyeong kuat dan tangan satunya memegang tangan Jukyeong yang tergantung bebas, Jukyeong menatap Seokjin dan di balas senyuman olehnya.
"Kau siap?" Tanya Seokjin dan Jukyeong hanya menganggukan kepala "beri tahu aku jika kau merasakan sakit" Jukyeong kembali mengangguk

"Ayah, ibu, kakak maaf kami pergi dulu"

"Mm, pergilah dan buat kalian senang" sahut Airin

Setelah itupun Seokjin dan Jukyeong menghilang di balik pintu, sementara ketiga orang yang ada di sana duduk beriringan di sofa.

Your Eyes Tell...

Hanya bunyi dari kamera dan cahaya-cahaya flash yang mengiringi seseorang model cantik di depan sana. Sementara Jungkook hanya membidik orang itu dengan fashion yang berganti-ganti.

"Sunbae ada yang menunggumu" teriak salah satu stylish menghampiri Jungkook

Jungkook menoleh padanya dan matanya berbicara seolah 'siapa?'

"Aku tidak tahu, tapi sebaiknya kau segera menemuinya, dia cerewet sekali, membuat kupingku panas" gerutu Hong Cha pada Jungkook

"Beri tahu dia supaya menungguku 5 menit lagi" ujar Jungkook lalu kembali membidik model yang sudah siap dengan gayanya

"Dia membuatku tersiksa, sebaiknya kau segera menghampirinya!"

Jungkook menghela nafas, lalu menurunkan kamera yang sedari tadi menjadi pegangannya

"Istirahat dalam 45 menit" teriak Jungkook dan para pekerja pun berhamburan meninggalkan sudut pemotretan. Begitupun Jungkook yang beringsut menghampiri seorang wanita yang sudah menunggunya di lobi.

"Nuna"
Orang yang di panggil nuna pun menoleh, lalu berjalan mendekat ke arah Jungkook begitupun sebaliknya

"Maaf mengganggu waktu kerjamu" ucap Hyewon

"Apa yang membawamu kemari? Dan dari mana kau tahu studio ku?"

"Tidak usah banyak tanya kenapa aku bisa menemukan studio pemotretan mu, ayo, aku sudah memesan meja di restoran yang ada di sebrang sana"

Jungkook dan Hyewon pun pergi beranjak dari sana menuju restoran seafood. Hyewon memilih untuk menempati meja di sudut ruangan

"Ada apa nuna?" Jujur saja Jungkook tahu pasti tidak semena-mena Hyewon datang kemari hanya untuk mengajak nya makan, namun ada sesuatu yang pasti akan segera dia layangkan dari mulutnya

Hyewon tersenyum lalu meletakkan kacamatanya di meja "kau ini kenapa tidak sabaran sekali"

"Pekerjaan ku banyak kau tahu itu!" Tukas Jungkook

"Baiklah-baiklah tuan Jeon ku harap kau tidak lupa dengan apa yang ku tawarkan padamu beberapa hari yang lalu"

Tawaran?

Jungkook jadi ingat dengan Hyewon yang datang padanya beberapa hari yang lalu menawarkan sebuah tawaran konyol pada Jungkook

"Pikirkan dengan baik-baik Jeon. Jika kau menyetujuinya, maka kau akan mendapatkan kembali apa yang telah direbut darimu dan aku pun sama"

Jungkook masih berpikir, haruskah dia menerima tawaran itu?

"Jangan bohongi perasaanmu hanya karena kau iba Jeon, kau harus memperjuangkan cintamu! Dia cinta pertama dan terakhirmu bukan? Dan kau masih belum terlambat untuk merebut semuanya" oke Jungkook mulai bingung sekarang.

Sebenarnya tawaran yang dimaksud Hyewon adalah merebut kembali pasangan mereka masing-masing, yakni menghancurkan rumah tangga Seokjin dan Jukyeong secara perlahan. Namun Jungkook pikir akan sangat jahat jika Jungkook melakukan itu semua. Kendati hatinya yang masih terus menginginkan sosok Jukyeong kembali, Jukyeong pun terlihat bahagia dan tak mungkin jika Jungkook harus merusak kebahagiaan nya. Itu akan sangat keterlaluan.

Namun desakan Hyewon membuat Jungkook berpikir berkali-kali tentang menerima atau tidak tawaran konyol tersebut.

"Ayolah Jeon!" Hyewon terus mendesak sementara Jungkook masih saja berpikir. Tangannya meremas acak, pikirannya tak menentu.

"Nuna, aku_"

Say hello!

Hayoloh gimana itu Jungkook? Kira-kira dia terima gak ya perjanjiannya?

Simak terus kelanjutan ceritanya ya!
Annyeong❤️

Continue Reading

You'll Also Like

57.2K 3.8K 22
Hatinya begitu sakit, dunianya seakan hancur untuk kesekian kalinya, ketika mengetahui pertunangan antara kekasihnya dengan wanita lain yang sudah ia...
1.9M 91.9K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
107K 8.3K 36
[COMPLETED] - [SUDAH DIREVISI] Setelah kepergian ayahnya, Hyera terpaksa menikah dengan anak sahabat ayahnya. Hubungan mereka agak canggung karena di...
15.5K 1.5K 23
Sebuah kesalahan dari Rumah Sakit membuat Im Youna secara tidak sengaja harus menjadi 'ibu pengganti' untuk proses bayi tabung antara Yoongi dan istr...