Your Eyes Tell [Kim Seokjin]

By Haniye_o

10.3K 1K 33

Semuanya berawal saat ayahnya menjodohkan dirinya dengan putra temannya Gadis yang tabu akan hal-hal cinta, h... More

prolog
Part. 1
Part. 2
Part. 3
Part. 4
Part. 5
Part. 6
Part. 7
Part. 8
Part. 9
Part. 10
Part. 11
Part. 13
Part. 14
Part. 15
Part. 16
Part. 17
Say hello!
Part. 18
Part 19
Part. 20
Part. 21
Part. 22
Part. 23
Part. 24
Part. 25
Part. 26
Part. 27
Part. 28
Part. 29
Part. 30
Part. 31
COOMING SOON
Part. 32
Part. 33
Part. 34
Part. 35
Part. 36
Part. 37
Part. 38
Part. 39
Part. 40
Part. 41
Part. 42
Last Chapter. 43

Part. 12

230 23 0
By Haniye_o

"Apa ini?" Suara nyonya Kim saat menanyakan secarik kertas berisikan deretan abjad dan nomor, keningnya sedikit mengerut saat orang suruhannya membawa sebuah kertas dan langsung memberikan kepadanya

"Nyonya itu adalah alamat di mana orang yang anda cari bekerja" pukas suruhannya yaitu Jang Geun

Nyonya Kim masih menelaah dan bergumam membacakan alamat tersebut" dari mana kau mendapatkannya Jang?" Tanya nyonya Kim

"Aku tidak sengaja bertemu dengannya saat aku hendak mampir ke sebuah kafe, dan saat orang itu datang aku langsung mengikutinya dari belakang tanpa sepengetahuannya, dan setelahnya dia masuk saat berada tepat di depan sebuah studio yang cukup besar" jelas Jang Geun

Nyonya Kim hanya menghela nafas mendengar penjelasan anak buah satunya ini, jika memang itu benar, maka nyonya Kim akan semakin mendekati ruang di mana dia bisa mengambil perhatian seorang Jeon Jungkook, meskipun sang suami menegur, namun hati teguhnya tetap mengatakan jika Jungkook memiliki sebuah kekhususan tersendiri, entahlah tapi saat memandang wajah Jungkook nyonya Kim merasa seperti memandangi keluarga lengkapnya dahulu sebelum kejadian kebakaran itu terjadi. Segala yang ada di diri Jungkook adalah fotocopyan dari semua kenangannya bersama si bungsu dulu.

"Jang Geun bisakah kau cari tahu kembali apa saja yang Jungkook lakukan di sana, maksudku apakah dia bekerja menjadi seorang model atau menjadi fotografer atau yang lainnya"

Jang Geun tersenyum lalu mengangguk "baik nyonya"

"Aku mengandalkanmu"

"Serahkan padaku nyonya"

"Baiklah kau boleh pergi"

"Baiklah aku pamit"

Setelah kepergian Jang Geun, pikiran nyonya Kim menerawang jauh, bagaimana jika memang itu benar? Apakah semua akan baik-baik saja? Lagipula Seokjin dan Taehyung sudah menganggapnya tiada. Mereka sudah membuang angan-angan akan adik bungsu mereka yang pergi. Saat awal-awal kabar itu terdengar di kepala mereka, Seokjin begitu depresi, berhari-hari Seokjin tak makan tak bersemangat melakukan sesuatu, dan yang paling penting tak ada adik bungsu yang tersenyum dengan cengiran lucunya yang selalu dia dapat saat pulang sekolah, begitupun demikian yang di rasakan Taehyung, bahkan Taehyung mengurung diri selama hampir satu Minggu lamanya, dirinya terlalu tertekan dengan kematian adiknya dan juga kejadian kebakaran itu yang tiba-tiba membuatnya menjadi sosok pendiam dan tertutup kala itu.

Kenangan pahit itu terus berputar seperti roda film yang sedang tertayang di layar lebar. Bibirnya bergetar serta lelehan air mata berderai mengikuti alur saat putaran itu terus saja bergemulai di pikirannya.

Drrtt

Suara telepon membuat nyonya Kim yang menangis teralihkan, dalam gawainya terpampang Seokjin yang tengah menelepon masih bergetar menunggu untuk di angkat oleh nyonya Kim, tangannya menekan tombol hijau dan mendekatkan gawai tersebut di telinganya, setelah beberapa menit mendengarkan nyonya Kim membulat sempurna, tangannya menutup mulut yang sedikit menganga sangat terkejut dengan apa yang Seokjin katakan barusan.

"Ibu akan segera kesana" itulah kalimat terakhir nyonya Kim sebelum dirinya beringsut pergi mengambil tas dan juga kunci mobil dengan terburu-buru.

Your Eyes Tell...

Denting jarum jam terdengar nyaring menjadi pengisi di saat suasana yang begitu hening pada ruangan luas tersebut. Jungkook tampak terdiam di ruangan kerjanya, kepalanya disandarkan pada sandaran kursi sehingga membuat kepalanya mendongkak ke atas, menghela nafas kasar kemudian memejamkan mata, tangannya mengurut kecil pelipisnya menyalurkan rasa sedikit lebih rileks.

Sebenarnya sejak hari kemarin, Jungkook sama sekali tak bergairah dalam melakukan hal apapun, pikirannya terus dihantui Jukyeong, rasa khawatir dan pikiran-pikiran negatif menyeruak memenuhi nya, menelepon berkali-kali yang berujung dengan tidak diangkat. Membuatnya semakin dibuat tak bisa tenang kendati hatinya yang masih belum bisa mengubur rasa cintanya pada Jukyeong.

"Terjadi sesuatu?"

Jungkook langsung menoleh pada arah suara yang berasal dari sesosok pria putih pucat yang tengah berdiri di ambang pintu, dengan ekspresi datar, dirinya menghampiri Jungkook dengan kedua tangan yang dia masukkan ke dalam saku celana

"Kapan kau datang Hyung?" Tanya Jungkook saat orang itu berhasil duduk bergabung bersamanya "kenapa tidak memberi tahuku kalau kau akan datang?" Tutur Jungkook lagi.

Orang yang dipanggil Hyung masih tetap diam dengan ekspresi yang sama, netranya bersitubruk dengan Jungkook melihat kehampaan yang tak dapat Jungkook sembunyikan, jangan salah! Orang itu sangat pintar membaca pikiran orang lain sehingga dengan mudah dapat menebaknya
"Kau terluka" ucapnya tiba-tiba membuat Jungkook mengernyit lalu memperhatikan satu persatu sudut tubuhnya

"Tapi tidak ada luka hyung"

"Hatimu!" Tukasnya dan berhasil membuat Jungkook terdiam "hatimu terluka benar? Kau tak baik-baik saja" sontak Jungkook langsung menunduk, tangannya bergerak acak menghadapi kegugupan dalam situasi seperti ini. Apakah begitu kentara? Sehingga membuat hyungnya ini dengan cepat menebak apa yang tengah Jungkook rasakan.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, tapi tidak baik terlalu menyimpan rasa sakit terlalu lama, kau harus membuangnya dan memperbaiki rasa sakitnya, meskipun tak akan utuh seperti dulu itu lebih baik dibanding terus membiarkannya menjadi semakin besar" tutur Hyung tersebut sambil menepuk bahu Jungkook "dan tidak baik jika menyimpan masalah sendiri, ada aku yang bisa mendengarkan dan barangkali membantumu mengatasi masalahnya" lanjutnya

Sementara Jungkook masih diam menanggapi, apakah Jungkook harus menceritakan betapa sakit hatinya ditinggal seseorang yang dicintainya yang menikah dengan orang lain?

Jungkook pasti akan menceritakan apapun pada hyungnya satu ini jika ada masalah, namun untuk hal yang satu ini Jungkook rasa tidak. Karena apa, karena Jungkook tahu jika hyungnya ini hanya akan menertawakannya. Pernah Jungkook menceritakan tentang Jukyeong, dia menceritakan semua pada hyungnya bagaimana Jungkook sangat tertarik dengan Jukyeong. Namun akhirnya hyungnya itu hanya menertawakannya dan berkata 'ey aku tak menyangka kau juga bisa menyukai seorang perempuan' ucap hyungnya dan membuat Jungkook sedikit tak enak dan pada akhirnya tak pernah bercerita apa-apa lagi tentang Jukyeong padanya.

Tapi itu dulu saat Jungkook masih berada di semester pertama perkuliahan, tapi jika diceritakan sekarang apakah hal sama akan terjadi? Jungkook hanya takut jika itu membuatnya semakin teriris hati.

"Yak! Kau dengar tidak" Jungkook langsung menoleh pada hyungnya saat dia menepuk Jungkook begitu keras "aish apakah melamun sudah menjadi kebiasaan mu sekarang eoh?" Protes hyungnya

"Tentu aku mendengarnya hyung, hanya saja aku berpikir kenapa kau sangat jago sekali membaca pikiranku, aku juga ingin seperti itu"

Hyung itupun berdecih sambil tertawa "tapi untuk apa?"

"Agar bisa seperti mu" tutur Jungkook dengan cengirnya

"Jangan bicara omong kosong, apa kau pikir mudah mendapatkan kelebihan seperti itu huh? Aku bahkan harus keras belajar untuk mendapatkan nya"

Jungkook hanya tersenyum mendapati Hyung yang terkesan dingin itu memanyunkan bibirnya saat mengeluh tentang apa yang didapatnya, berkat Hyung satu itu Jungkook menjadi merasa lebih baik, gundah gulana nya menghilang setelah kedatangan orang itu dan hanya ada tawa di antara keduanya.

Terima kasih Min Yoongi.

Your Eyes Tell...

Seperti keadaan sebelumnya, dan ini sudah hampir 48 jam, namun Jukyeong masih setia terlelap di atas brankar dan itu membuat Seokjin sangat khawatir akan istrinya itu.

Namjoon bilang jika Jukyeong tak lekas membuka mata sampai dengan tiga hari, maka jalan terakhir adalah mengoperasi bagian dalam tubuhnya karena takut jika racun tersebut masih mengalir di sana. Jujur saja Seokjin bahkan sampai merosot melihat keadaan Jukyeong yang begitu lemah hingga dirinya teringat tak mengabari kedua orang tuanya maupun orang tua Jukyeong.

Berselang nya waktu, nyonya Kim datang setelah Seokjin menelepon nya dengan kepanikan yang sudah di ubun melihat Jukyeong tiba-tiba seperti itu, melihat Seokjin yang sedikit acak-acakan pun membuat hatinya tersayat dan dengan senantiasa mencoba menghiburnya namun rupanya gagal, hingga pada akhirnya nyonya Kim memberanikan diri untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi, Seokjin menceritakan semua kejadiannya pada nyonya Kim

"Siapa yang melakukannya?" Tanya nyonya Kim

Seokjin menghela nafas panjang, dia tidak mungkin memberi tahu jika itu semua adalah dalang dari Kim Hyewon, Seokjin takut jika nyonya Kim ibunya akan ikut campur dalam urusannya dan membuat semuanya semakin rumit.

"Entahlah Bu, yang pasti orang itu menaruh kebencian di antara kami" tutur Seokjin

Nyonya Kim mengusap punggung Seokjin, memandang wajah anaknya yang sangat tak bergairah itu "apa karena perusahaan?" Tanya nyonya Kim, dia hanya takut jika suatu saat kejadian beberapa tahu menghampiri mereka. Nyonya Kim takut jika kakeknya Kim Woobin lah yang merencanakan ini semua, jelas saja nyonya Kim masih membenci orang tua itu sampai detik ini, bahkan nyonya Kim tak pernah pun lupa bagaimana perlakuan-perlakuan buruknya pada nyonya Kim saat itu, dan puncak kejadiannya adalah malam di mana menjadi hari terakhir bersama si bungsu. Dan nyonya Kim tidak akan membiarkan itu terjadi pada anak-anak dan menantu-menantunya, nyonya Kim pasti akan berusaha sebisanya untuk melindungi keluarganya dari Kim Woobin.

Seokjin kembali menggeleng lemah menanggapinya "entahlah, aku tak terlalu memikirkannya yang aku pikirkan sekarang adalah keadaan istriku" ucapnya sambil menoleh ke arah brankar "sudah hampir dua hari aku tidak mendengar suaranya, aku sangat merindukannya"

Nyonya Kim mencelos mendengar penuturan Seokjin, melihatnya seperti ini membuat nyonya Kim tak bisa untuk tidak memeluknya.

"Kau sudah beri tahu mertuamu?"

"Mm, mereka pergi sebelum ibu datang"

"Syukurlah"

Keduanya kini terdiam, Seokjin masih merasakan kehangatan pelukan sang ibu yang kian mengerat.

"Op-pa"

Seokjin sontak melepas pelukan sang ibu setelah mendengar suara lemah dan mencari asal suaranya, begitupun nyonya Kim yang tak kalah terkejutnya saat rungunya mendengar itu

"Op-pa"

Seokjin beringsut mendekati brankar dan betapa bahagianya saat dia mendapati Jukyeong sudah sadar namun masih tak sepenuhnya

"Sayang aku di sini" ucap Seokjin tangannya mengecup penuh cinta tangan sang istri, disusul nyonya Kim yang menghampiri Seokjin lalu mengusap rambut Jukyeong

"Kau sudah sadar nak"

Samar-samar Jukyeong bisa mendengar apa yang Seokjin dan nyonya Kim katakan, matanya mengerjap berkali-kali berusaha untuk sadar sepenuhnya "op-pa" panggilnya lemah

"Aku di sini juya, aku di sini"

Aku bersyukur Tuhan mengabulkan doaku, kau sudah sadar sekarang dan itu membuat ku bahagia, dan dari kejadian ini aku begitu menyadari bahwa cintaku padamu begitu dalam, aku tak sanggup melihat mu seperti ini lagi, bahkan jika bisa aku lebih memilih mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi mu, terima kasih Kim Jukyeong ku_

Maafin author yang nulis ini seadanya:(
Moga gak ngecewain ya! Love you..


Continue Reading

You'll Also Like

18.6K 3K 61
Berawal dari Seokjin yang menemukan link chat aneh dan menyebarkannya ke dalam grup chat Bangtanvelvet.
4.6K 253 24
[Started: July 5th, 2019] [Ended: October 1st, 2019] (Y/N) adalah seorang gadis remaja berusia 17 tahun, saat dia pergi kesekolah, dia menemukan sese...
16.9M 750K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
238K 18.4K 48
💕 (KIM SEOKJIN 31)-Terpaksa menikahi putri dari sahabat orang tuanya. Semua tak akan terjadi manakala hal tersebut bukanlah permintaan terakhir sang...