Your Eyes Tell [Kim Seokjin]

By Haniye_o

10.3K 1K 33

Semuanya berawal saat ayahnya menjodohkan dirinya dengan putra temannya Gadis yang tabu akan hal-hal cinta, h... More

prolog
Part. 1
Part. 2
Part. 3
Part. 4
Part. 5
Part. 6
Part. 7
Part. 8
Part. 9
Part. 10
Part. 12
Part. 13
Part. 14
Part. 15
Part. 16
Part. 17
Say hello!
Part. 18
Part 19
Part. 20
Part. 21
Part. 22
Part. 23
Part. 24
Part. 25
Part. 26
Part. 27
Part. 28
Part. 29
Part. 30
Part. 31
COOMING SOON
Part. 32
Part. 33
Part. 34
Part. 35
Part. 36
Part. 37
Part. 38
Part. 39
Part. 40
Part. 41
Part. 42
Last Chapter. 43

Part. 11

241 23 3
By Haniye_o

Kini sampai sudah Seokjin di rumah sakit. Setelah selesai memarkirkan mobil, Seokjin buru-buru keluar dan berlari seperti orang kesetanan, orang-orang yang ada di sana pun melihat aneh pada Seokjin yang bersikap seolah dirinya merupakan buronan yang tengah di buru para polisi, begitupun dengan Jimin yang sama-sama berlari namun tak sekencang Seokjin, dirinya kewalahan jika harus mengejar, Seokjin terlalu cepat.

Dengan nafas memburu Seokjin menghampiri resepsionis dan menanyakan ruangan Jukyeong berada, setelahnya kembali berlari saat resepsionis itu memberi tahunya, tidak peduli dengan pandangan orang lain yang menganggap dirinya seperti kesetanan, yang terpikir dalam dirinya sekarang adalah

Bagaimana dengan bidadarinya yang tiba-tiba masuk rumah sakit?

Bahkan Seokjin tak ayal menabrak orang-orang yang sedikit menghalangi jalannya dan menerima teriakan-teriakan mengumpat dari orang yang dia tabrak

'ICU VVIP 07'

Setelah melihat deretan huruf dan angka yang tercetak di atas pintu, Seokjin beringsut masuk terkesan tergesa-gesa, dan betapa rapuhnya dia saat melihat Jukyeong tengah tertidur pulas di atas brankar. Entah kenapa Seokjin jadi lebih emosional, ini pertama kalinya melihat Jukyeong tergeletak tak berdaya seperti ini. Bibirnya pucat pasi, matanya masih setia menutup dan jangan lupakan selang oksigen yang bertengger menjadi pembantu pemasokan udara untuk Jukyeong bisa bernafas dalam lelapnya.

Melangkah pelan, lalu duduk di tepi brankar, tangannya mengambil tangan mungil Jukyeong dan menautkan jari-jarinya.

"Juya" cicitnya terkesan lembut dan lemah "apa yang terjadi hm?" Tuturnya lagi dengan pegangan tangan yang lebih erat

Seokjin menarik nafas dalam dan menghembusnya pelan "jangan membuat khawatir Juya! Jangan menyakitiku" Seokjin sakit jika melihat Jukyeong seperti itu! tangan yang satunya mengusap lembut kening sang istri, begitu lengket dan penuh keringat.

"Hey sayang jangan takut, aku di sini"

Ceklek

Suara pintu yang terbuka berhasil membuat Seokjin menoleh, seorang pria berkacamata lengkap dengan jas dokter datang menghampirinya, Seokjin bangkit tangannya yang semula bertaut Seokjin lepaskan terlebih dahulu dengan amat pelan. Dan kini mereka tengah berhadapan. Seokjin disambut dengan senyuman beserta lesung pipi yang tertera, Seokjin pun membalas senyumannya dan membungkuk

"Maaf mengganggu waktunya, apa anda keluarganya?" Tanya dokter itu dengan nada sopan

Seokjin mengangguk "aku suaminya" pungkasnya dan dokter hanya tersenyum mendengarnya

Dokter itupun menyodorkan tangan dan langsung disambut oleh Seokjin "Kim Namjoon" ucapnya memperkenalkan diri

"Kim Seokjin" kemudian mereka melepaskan jabatan tangan

Pria itu tersenyum masih menampilkan dimplenya "Aku tahu anda tuan Kim Seokjin, seorang pengusaha besar seantero Korea Selatan dengan rating perusahaan tertinggi ketiga di Asia" tutur dokter Namjoon tersebut

Dan Seokjin yang mendengar itupun tersenyum kecil, tak aneh untuknya jika bertemu orang baru mereka akan memujinya, namun jauh di relung hatinya, sejujurnya dia tidak suka jika orang membicarakannya, entahlah tapi Seokjin seperti di kekang sebuah formalitas jika mereka membicarakan hal itu "tidak usah dibahas dan tidak perlu formal begitu, kita bukan kolega yang sedang berbisnis aku lebih suka obrolan santai" ujar Seokjin

Dan Namjoon masih tersenyum "baiklah, Hyung bolehkan aku memanggilmu seperti itu?" Tanyanya

Seokjin tersenyum "itu lebih baik dan nyaman untukku daripada kau harus memanggilku dengan sebutan 'tuan'" Namjoon pun tersenyum

"Syukurlah kau datang, ada yang harus kita bicarakan mengenai kondisi istrimu" Seokjin hanya mengangguk pelan sebagai respon "membicarakan di sini tidak terlalu etnis, kita bicarakan di ruangan ku saja" ujar Namjoon dan lagi-lagi Seokjin hanya mengangguk.

Mereka berdua akhirnya mulai melangkahkan kaki dari sana, sementara Seokjin melihat Jukyeong sekilas sebelum mereka benar-benar pergi.

Ceklek

Keduanya dialihkan oleh suara decit pintu, dan itu Jimin yang datang, saat pertama kali datang ke ruangan itu merasa terkejut bukan main, di sisi lain terkejut melihat keadaan Jukyeong dan yang lain membuatnya terkejut adalah saat melihat Namjoon yang juga sama terkejutnya.

"Wah, Hyung? Itukah kau?" Tukas Jimin penuh kepukauan

"Jimin-a lama tak bertemu" gubris Namjoon dengan senyuman khas yang menampilkan dimplenya. Mereka berdua berpelukan dan saling menepuk bahu pelan.

Sementara Seokjin tak menggubris apapun semenjak Jimin datang dan beralih ke obrolannya dengan Namjoon "kheem, bisakah kita pergi sekarang? Aku ingin tahu keadaan istriku secepatnya" ucap Seokjin memecah keadaan.

Namjoon melepas pelukannya bersama Jimin dan menepuk kedua pundak lelaki yang lebih pendek darinya itu lalu pergi bersama dengan Seokjin.

"Aku titipkan Jukyeong dulu padamu" ujar Seokjin sebelum menyusul Namjoon

Jimin tersenyum "baik Hyung"

Sepeninggalan Seokjin dan Namjoon, Jimin masih bergeming di tempat, dia masih tidak menyangka bisa bertemu dengan Namjoon seniornya di universitas dulu. Namjoon itu terkenal dengan kepribadiannya yang lembut dan berjiwa pemimpin, dia bahkan dikagumi banyak dosen karena tingkat kecerdasan yang mumpuni. Maka tak ayal jika Namjoon bisa menyelesaikan kuliahnya hanya dengan menempuh 2 tahun lamanya.

Selesai dengan pemikirannya terhadap Namjoon, Jimin kini beralih menatap Jukyeong yang masih terlelap, Jimin mendekat dan duduk di kursi yang tersedia, dirinya menghembus nafas kasar melihat keadaan Jukyeong yang sungguh lemah "apa yang terjadi denganmu Ju?" Tuturnya

Pikirannya tiba-tiba teringat tentang Hyewon yang mengancam kala itu, Jimin langsung menepis jauh-jauh pikiran itu "kuharap dia tidak bertindak macam-macam padamu Ju" ucapnya. Jujur saja yang Jimin pikirkan saat melihat Jukyeong seperti ini adalah 'Hyewon'. Dia merujuk jika ini adalah perbuatannya, membuatnya takut jika kedepannya Hyewon akan berbuat hal-hal yang tak terduga pada Jukyeong.

Your Eyes Tell...

"Hyung tidak perlu khawatir, kondisi istrimu baik-baik saja" Namjoon memulai pembicaraan saat mereka sudah berada di ruangan khususnya "untung saja pegawai supermarket dengan cepat membawanya, sehingga membuat penularan racun di tubuhnya bisa kami hambat" jelas Namjoon

Seokjin sedikit mengernyit "racun?" Tanyanya penuh selidik dan Namjoon hanya mengangguk. Seokjin tak mengerti kenapa bisa racun masuk ke tubuh Jukyeong?

"Apa istriku meminum racun?" Tanyanya sekali lagi

"Tidak, tapi aku rasa pisau yang menyayat tangannya dibaluri racun yang cukup berbahaya sehingga membuat istrimu tak sadarkan diri setelah beberapa detik menerima sayatan tersebut"

Tunggu!
Pisau? Racun? Oh sungguh itu membuat Seokjin harus berpikir cukup keras mengenai sayatan, racun dan juga pisau. Lalu Seokjin bertanya-tanya sayatan seperti apa yang Jukyeong terima sehingga bisa membuat racun itu bekerja cepat menyerang tubuhnya.

Melihat Seokjin yang tak bergeming dan tengah melamun, Namjoon berdehem memecah lamunan Seokjin, membuat Seokjin mengerjap dan kembali ke kesadaran awal "jangan terlalu keras berfikir Hyung" ujar Namjoon

"Zaman sekarang banyak sekali orang-orang arogan yang tak suka jika melihat orang lain bahagia sementara dirinya menganggap sebagai orang yang begitu terpuruk, dan dengan perasaan itu mereka akan mencoba melakukan segala cara supaya kebahagiaan itu sirna" tutur Namjoon panjang

Seokjin mengangguk "kau benar"

"Aku sungguh tidak mengerti kenapa mereka harus melakukan kejahatan seperti itu? Kebahagiaan seseorang itu berbeda-beda, dan hanya akan dirasakan oleh diri sendiri, namun mereka tak mengerti dengan itu, mereka pikir dengan merenggut kebahagiaan orang lain mereka akan lekas bahagia juga, padahal itu salah besar, mereka hanya menggali lubang kesengsaraannya sendiri"

Namjoon bersidekap dada, dan menyenderkan punggungnya ke kursi "kau harus lebih berhati-hati Hyung, kau tidak tahu kapan bahaya akan menghampiri, dan kau harus lebih waspada bahkan pada orang terdekat mu sekalipun, kita tidak tahu apa isi hatinya kan?" Seokjin masih mendengarkan lalu menghembuskan nafasnya panjang.

Seokjin tahu jika Hyewon lah dalang di balik ini semua, dia juga tahu jika orang jahatnya adalah Hyewon dengan begitu dia akan terus berhati-hati dan lebih menjaga Jukyeong super ketat. Namun, Namjoon benar kita tidak tahu, bahaya akan datang kapan saja, Seokjin juga tidak tahu bagaimana isi hati orang lain terhadapnya, karena bisa jadi di antara mereka ada yang memakai topeng lucunya namun begitu mengerikan saat topeng itu dibuka!

Hello guys!

Udah liat postingan Jin oppa belum?

Huhu kaget banget aku waktu liat postingannya, ketar ketir waktu liat dia post tanpa pake baju,, serasa gimana gituh!! Pengen bawa pulang rasanya,:(

Miss Kim Seokjin yang super hot!:)

Continue Reading

You'll Also Like

347K 23K 32
[END] Prolog Jeon Jieun gadis cantik berumur 25 tahun yang berkerja di salah satu rumah sakit di Seoul terpaksa harus menikah dengan dokter disana ka...
69.3K 2.6K 16
Ketika seorang fans yang bingung tentang hati nya pada sang idola. maya seorang wanita muslim asal Indonesia yang sangat mengagumi tentang korea ter...
154K 10.5K 26
[Completed] ■season 1 "Perjodohan" Mungkin salah satu kata yang ingin dihindari atau bisa juga diinginkan. Namun, jika "Menikah usia dini karena dijo...
57.2K 3.8K 22
Hatinya begitu sakit, dunianya seakan hancur untuk kesekian kalinya, ketika mengetahui pertunangan antara kekasihnya dengan wanita lain yang sudah ia...