Your Eyes Tell [Kim Seokjin]

By Haniye_o

10.3K 1K 33

Semuanya berawal saat ayahnya menjodohkan dirinya dengan putra temannya Gadis yang tabu akan hal-hal cinta, h... More

prolog
Part. 1
Part. 2
Part. 4
Part. 5
Part. 6
Part. 7
Part. 8
Part. 9
Part. 10
Part. 11
Part. 12
Part. 13
Part. 14
Part. 15
Part. 16
Part. 17
Say hello!
Part. 18
Part 19
Part. 20
Part. 21
Part. 22
Part. 23
Part. 24
Part. 25
Part. 26
Part. 27
Part. 28
Part. 29
Part. 30
Part. 31
COOMING SOON
Part. 32
Part. 33
Part. 34
Part. 35
Part. 36
Part. 37
Part. 38
Part. 39
Part. 40
Part. 41
Part. 42
Last Chapter. 43

Part. 3

350 28 0
By Haniye_o

Baru saja Seokjin bernafas lega, tapi sekarang sudah ada tumpukan berkas lagi yang harus dia tanda tangani. Oh tubuhnya terasa remuk sekarang, tangannya juga kebas karena sedari tadi tidak berhenti memberikan paraf pada ribuan lembar kertas, yang ada dipikirannya sekarang adalah menikmati kasur empuk dengan secangkir es jeruk ditemani dengan film kesukaannya, jangan lupakan Jukyeong juga, tapi itu tidak mungkin tumpukan kertas yang tak kunjung berhenti berdatangan membuat Seokjin harus tertahan di sini.

3 hari sudah dia menjalankan cuti, dan 3 hari pula tugasnya sebagai seorang direktur menumpuk bagaikan bukit. Sejak datang Seokjin hanya duduk di singgasananya. Bahkan dia belum sempat untuk minum dan itu membuat tenggorokannya sakit.

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Tangannya terulur mengeluarkan kotak makan yang Jukyeong siapkan untuknya. Sebelum membukanya Seokjin sedikit tersenyum mengingat tadi pagi sangatlah berkesan untuk pagi pertamanya sebagai seorang kepala rumah tangga, dan berharap akan terus seperti itu.

Sementara itu sebelum Seokjin membuka bekalnya pintu lebih dulu terbuka membuat Seokjin terpaksa mengurungkan niatnya untuk membuka bekal dan menahan sedikit rasa laparnya, dia pikir itu seorang clien namun salah saat di balik pintu menampilkan sosok tubuh yang tidak terlalu tinggi darinya. Matanya seperti hanya sebuah garis lurus saat dirinya tersenyum menampilkan deretan giginya, Seokjin tahu dan memutar bola mata. Pikirannya salah, jika tahu dia yang akan datang Seokjin tidak harus susah-susah menahan lapar.

"Selamat pagi tuan direktur kami yang sekarang sudah menikah" ucapnya sembari menghampiri Seokjin yang masih diam "wow sepertinya itu bekal, dari istrimu ya? Tentu saja karena tuan direktur yang satu ini tidak pernah membawa bekal sebelum-sebelumnya" lanjutnya seakan menggoda Seokjin yang menatapnya datar. Aneh pikir Seokjin dia yang bertanya tapi dia sendiri yang menjawab, Seokjin hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan teman satunya ini

Sementara pria itu masih tersenyum pun dengan unjuk giginya. Seokjin merasa jengah dengan temannya yang satu ini dia benar-benar terlihat seperti sedang kesurupan dengan sikapnya yang aneh menurutnya "berhenti tersenyum seperti itu kau terlihat sangat mengerikan" ucap Seokjin kesal

"Hey hey bung, jangan kesal seperti itu. Baiklah aku berhenti, kau ini tidak mengerti sih"

"Memangnya apa yang tidak aku mengerti tuan Park Jimin?"

Orang yang dipanggil Park Jimin pun kembali tersenyum namun kini senyumannya tidak selebar sebelumnya, dirinya menghampiri Seokjin dan mendaratkan bokongnya di sudut meja kerja Seokjin

"Hyung aku melakukannya karena aku merasa bahagia"

Seokjin mengernyit "bahagia? Kenapa?" Tanyanya

Apa dia juga menikah? Pantas saja tidak datang ke acara pernikahan ku, awas saja kau bantet jika itu benar__

"Karena Hyung ku yang sudah mulai tua ini akhirnya menikah, wah aku sungguh tidak menyangka"

Bugh

Satu Bogeman berhasil Seokjin layangkan di lengan kiri Jimin membuat Jimin terjatuh ke lantai sambil meringis nyeri "Hyung kenapa memukulku, ini sakit aishh" gerutunya dengan wajah kesal yang dibuat-buat

"Berhenti memanggilku tua, aku tidak setua itu! Mengerti dasar bantet"

"Yak!" Tak terima di sebut bantet, Jimin pun berniat melayangkan satu pukulan pada Seokjin namun urung dan memilih menurunkan kembali tangannya "ah sudahlah" Jimin lebih mengalah rupanya "kenapa dia selalu marah jika aku mengatakannya tua padahal aku tidak salah hanya mengatakan yang sebenarnya huh" gerutunya pelan tak terdengar, lagi kini bibir tebalnya mengerut seperti seorang anak kecil yang merajuk

"Hentikan, itu menjijikan!" ucap Seokjin dingin menatap Jimin dingin pula

Jimin pun berhenti karena tak mau terus-menerus berdebat dengan Seokjin hanya karena masalah kecil, kini atensinya beralih pada figura foto yang berada di meja Seokjin

"Kau sudah menggantinya Hyung?" Tanyanya sambil mengambil figura foto tersebut dan menatapnya lekat. Bisa dilihat gambar seorang wanita tersenyum, dan gambar itu di ambil dari arah samping si wanita dari jarak yang lumayan jauh sehingga bisa memuat semua tubuhnya di foto tersebut.

"aku tidak tahu bagaimana reaksinya nanti saat melihat ini diganti" Tuturnya dengan smirknya yang dia tunjukkan sembari mata tertuju pada foto.

"Apa maksudmu? Tentu saja aku menggantinya karena sekarang dia istriku bodoh!"

"Lalu__"

Seokjin merebut kembali apa yang Jimin pegang "jika kau hanya ingin membuatku pusing lebih baik pergi saja" ucapnya ketus tangannya kembali meletakkan fotonya di sisi kanan meja

Jimin memutar bola mata lalu kini menjauh dari meja kerja Seokjin "kau harus berhati-hati mulai sekarang Hyung, aku hanya tidak ingin jika nantinya kau menyesal karena ini" ucapnya dan berlalu pergi dari sana

Seokjin hanya menghela nafas kasar dan akhirnya duduk, matanya menatap lekat foto sang istri yang tengah tersenyum lalu mengusapnya "terima kasih" ucapnya hingga selanjutnya Seokjin lebih memilih untuk melupakan perkataan Jimin dan fokus pada bekalnya.

Your Eyes Tell...

Jukyeong pikir menonton tv ditemani dengan camilan dan es krim akan bisa membuang rasa bosannya, tapi salah Jukyeong justru malah semakin bosan karena tidak ada yang bisa dia lakukan, bukan pemalas hanya saja semua pekerjaan rumah sudah dia kerjakan sedari pagi, jam juga masih menunjukkan pukul 3 sore masih lama untuk menyiapkan makan malam, jika disiapkan sekarang mungkin akan dingin dan tidak enak.

Entah sudah keberapa kalinya Jukyeong menghela nafas, tangannya mengambil remote control dan mematikan tv nya, sementara camilan dan es krim sudah habis sejak 30 menit lalu, benar-benar bosan. Melihat sekeliling tidak ada yang menarik, lihatlah apartemen luas ini, sungguh tidak ada yang membuat Jukyeong terhibur

"Andai saja punya peliharaan pasti sangat menyenangkan" ucapnya berandai-andai. Seekor kucing, Jukyeong sangat suka seekor kucing dan ingin memeliharanya, tapi satu hal yang dia tidak bisa memeliharanya yakni Jukyeong trauma karena saat dia memelihara seekor kucing dulu, kucing itu kabur dan tidak kembali.

"Huh aku bosan sekali" keluhnya lagi. Tubuhnya dia rebahkan di sofa dan matanya memicing ke arah jendela apartemen menatap langit kekuning-kuningan

"Kira-kira bekal ku dimakan tidak ya?" Monolognya mengingat jika Seokjin membawa bekal yang diberikannya tadi "apa aku telepon saja?" Jukyeong terlihat menimang-nimang dia terlalu takut jika menelepon hanya akan mengganggunya nanti. Dan detik selanjutnya helaan nafas lagi terdengar keluar dari bibir Jukyeong

Drrt

Teleponnya tiba-tiba berbunyi membuat Jukyeong bangkit dari rebahannya dan melihat ponselnya yang di letakkan di meja

"Jungkook oppa? Kenapa dia menelepon?"

Tangan itupun menekan tombol hijau dan mulai terdengar suara berat dari sebrang sana

"Juya"

"Ada apa oppa kenapa menelepon?"

"Eiy kenapa bertanya? Mentang-mentang sudah menikah, dasar istri orang"

"Oppa kau marah?"

"Tidak hanya tersinggung"

Jukyeong pun tertunduk sendu mendengar Jungkook yang tersinggung dirinya merasa bersalah atas perkataan yang di lontarkan nya

"Halo, Juya kau masih di sana?"

"Iya oppa, maafkan aku"

"Sudah lupakan aku hanya bercanda, bagaimana kabarmu setelah bersuami nyonya Kim"

"Oppa hentikan menggodaku dengan menyebutku istri oranglah, bersuami lah, nyonya Kim lah"

"Kenapa memangnya? Memang seperti itu kan?"

"Aku hanya belum terbiasa, jadi panggil saja aku sesukamu asal jangan tiga poin tadi"

"Baiklah kalau begitu gendut"

"Oppa!" Tentu saja Jukyeong tidak gendut hanya saja Jungkook yang selalu gemar menjahili dan menggodanya.

"Baiklah-baiklah Jukyeong ku sayang"

Your Eyes Tell..

Satu yang Jungkook pikirkan saat ini, Jukyeong mulai menyukai suaminya. Jungkook tak berniat menggoda Jukyeong dengan sebutan-sebutan itu memang itulah kenyataannya Jungkook hanya mengatakan yang sejujurnya, tapi Jukyeong menganggapnya sedang menggodanya dengan embel-embel panggilan seperti itu, bagaimana tidak yakin jika Jukyeong kini sudah mulai mencintai pria bahu lebar itu.

Jika kalian tahu, dan jika boleh Jungkook jujur, jauh dalam hatinya Jungkook sungguh menyayangi Jukyeong bukan hanya sebagai seorang sahabat, tapi sebagai seorang pria pada wanita, perasaan itu sudah berlangsung selama 7 tahun saat mereka menginjak bangku sekolah menengah.

Jukyeong adalah kesempurnaan bagi Jungkook, paras cantiknya bagaikan rembulan yang bersinar di gelapnya malam, rewel dan sikap merajuknya membuat Jungkook gemas melihat gadis itu, tak lupa sikap Jukyeong yang penyayang dan rendah hati, itu semua ada padanya dan Jungkook menyadari sejak 7 tahun yang lalu.

Namun takdir berkata lain, Jungkook sepertinya tidak beruntung karena kini Jukyeong sudah jatuh di tangan orang lain yang bahkan Jukyeong sendiri tak kenal. Melihat saat pesta pernikahannya kemarin Jukyeong sangat cantik dibaluti gaun putih dan riasan wajah yang sederhana.

Cocok! Itulah kata yang pantas untuk menggambarkan saat Jukyeong bersanding dengan Seokjin di altar dan mengikat janji.

Jika Jungkook memilih untuk egois, sudah pasti Jungkook akan membawanya pergi jauh dari sana dan memilih hidup bersama. Tapi tidak mungkin, semuanya sudah takdir dan Jungkook harus menjalaninya dengan tabah dan sabar melihat sang pujaan hati menyandang status istri orang lain.

"Oppa!"

Jungkook tersadar dari lamunannya saat suara lembut itu terdengar keras menyapa telinganya

"I-iya kenapa?" Tanyanya gelagapan

"Oppa kenapa tidak menjawab, dari tadi aku memanggilmu"

"Benarkah? Aku tidak dengar"

"Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu oppa? Sepertinya kau melamun tadi"

Ingin sekali Jungkook mengatakan jika yang dipikirkannya Jukyeong sendiri

"Oppa kau melamun lagi?"

"Tidak, maaf ya! Kurir sudah menungguku di luar, jadinya aku buru-buru mengambilnya dan tidak sempat bilang padamu" bohong Jungkook

"Benarkah?"

"Tentu saja nona"

"Syukurlah jika memang begitu"

"Mm"

Dan selanjutnya telepon itu pun berlanjut hingga membuat bosan Jukyeong terobati, Jungkook yang menghiburnya lewat telepon dan Jukyeong yang senantiasa mendengarkan dan terkadang tertawa karena pernyataan konyol dari Jungkook. Sampai merasa sudah puas Jungkook lebih memilih untuk menutup telepon karena harus ada proyek yang diselesaikan.

"Astaga dua jam lebih aku menelepon, pantas saja ponselku sangat panas"

Jungkook lantas menyimpan ponselnya dan kini beralih pada foto yang senantiasa selalu terpajang di meja kerjanya. Tentu saja foto dirinya dan Jukyeong di sebuah taman, di dalam foto mereka terlihat seperti pasangan yang sedang kencan, dengan Jukyeong yang mengenakan dress berwarna peach dengan motif bunga-bunga dan Jungkook yang mengenakan Hoodie hitam beserta Levis hitamnya, tangan Jukyeong memegang tangan Jungkook sementara Jungkook, dan jangan lupa senyum keduanya yang tak luput turut menghiasi foto tersebut. Mereka tampak serasi jika ditakdirkan menjadi sepasang kekasih.

"Aku mencintaimu Ju, aku sangat berharap kau menjadi bagian dari seluruh hidupku" ucapnya menatap lekat foto tersebut

"Tapi takdir tidak mengijinkan aku untuk memiliki mu, tuhan memiliki rencana lain untuk kita, sepertinya aku sudah egois di sini, dengan aku yang menginginkanmu dan belum rela melepasnya dengan pria itu, bahkan sampai detik ini pun perasaan ku padamu masih sama dengan 7 tahun lalu, tidak berkurang malah semakin bertambah " lanjutnya lagi dan kemudian menghela nafas kasar

"Kenapa kau begitu menarik hatiku? Aku tidak tahu harus bagaimana mengisi kekosongan di hatiku, aku sangat menginginkanmu Juya aku mencintaimu, kumohon kembali padaku" semuanya terasa berat, Jungkook hanya ingin meluapkan unek-unek nya, dan hari ini langit sore menjadi saksi jika seorang Jungkook menangis sejadi-jadinya di dalam kamarnya, rasa sesak di dadanya mendominasi kendatipun hatinya yang hancur. Jungkook tak sanggup, Jungkook masih ingin menginginkannya

To be continued....
Welcome to chapter 4 yuhu.....

Continue Reading

You'll Also Like

57.2K 3.8K 22
Hatinya begitu sakit, dunianya seakan hancur untuk kesekian kalinya, ketika mengetahui pertunangan antara kekasihnya dengan wanita lain yang sudah ia...
5.2K 347 13
(Diwajibkan untuk membaca My wife My children terlebih dahulu)Jieun yang di tinggal kawin oleh Baekhyun terpaksa menikah dengan Yoongi yang sama seka...
15.6K 1.5K 23
Sebuah kesalahan dari Rumah Sakit membuat Im Youna secara tidak sengaja harus menjadi 'ibu pengganti' untuk proses bayi tabung antara Yoongi dan istr...
29.2K 2K 39
"Bisakah kau membantuku melupakannya?" "Setelah cinta pertama mu, bisakah kau menerimaku?" Kau tidak akan pernah tahu siapa orang yang akan menjadi...