Your Eyes Tell [Kim Seokjin]

By Haniye_o

10.3K 1K 33

Semuanya berawal saat ayahnya menjodohkan dirinya dengan putra temannya Gadis yang tabu akan hal-hal cinta, h... More

prolog
Part. 1
Part. 3
Part. 4
Part. 5
Part. 6
Part. 7
Part. 8
Part. 9
Part. 10
Part. 11
Part. 12
Part. 13
Part. 14
Part. 15
Part. 16
Part. 17
Say hello!
Part. 18
Part 19
Part. 20
Part. 21
Part. 22
Part. 23
Part. 24
Part. 25
Part. 26
Part. 27
Part. 28
Part. 29
Part. 30
Part. 31
COOMING SOON
Part. 32
Part. 33
Part. 34
Part. 35
Part. 36
Part. 37
Part. 38
Part. 39
Part. 40
Part. 41
Part. 42
Last Chapter. 43

Part. 2

411 40 0
By Haniye_o

Pesta berjalan lancar. Banyak sekali tamu yang datang mulai dari pejabat-pejabat sampai orang biasa. Acaranya sangat meriah dan ramai sehingga membuat dua manusia yang kini sudah menyandang status sebagai suami istri itu kewalahan, hingga sekarang keduanya terlihat sedikit kacau

"Kau pasti lelah, mandi dan istirahatlah duluan" ucap Seokjin yang kini tengah sibuk membuka tuxedo dan juga dasinya

"Tidak oppa lebih baik kau dulu saja, kakiku masih pegal" Seokjin hanya mengangguk dan berlalu pergi ke kamar mandi.

Lihatlah sekarang, hari ini Jukyeong telah berganti status dan berganti marga menjadi bagian keluarga Kim. Sungguh tidak menyangka jika dirinya akan menikah secepat ini. Jukyeong jadi teringat sang ayah. Terlihat sepanjang acara dirinya terus tersenyum luput dalam kebahagiaan menyaksikan anak bungsunya begitu cantik dengan gaun pengantin.

Awalnya Jukyeong ingin meminta Seokjin untuk bermalam di rumahnya saja untuk terakhir kali. Namun niat itu urung saat sang ayah mengatakan jika Jukyeong harus pergi bersama Seokjin. Dia harus terbiasa dengan keadaan barunya sekarang. Mengingat jika keadaan sang ayah yang seperti itu, membuat Jukyeong berat hati untuk pergi meninggalkan nya. Tapi apa boleh buat, istri harus patuh terhadap suami karena surganya sudah berpindah kesana.

Butuh 15 menit untuk Seokjin membersihkan diri. Setelah keluar kamar mandi, dirinya melihat pemandangan yang kurang mengenakan mata, pasalnya sang istri sedang melamun dengan air mata yang terus turun. Tidak tega melihatnya menangis, membuat Seokjin mendekatinya dan menepuk pelan Jukyeong membuatnya kaget dan dengan segera menghapus air matanya

"Kau sudah selesai oppa?" Tanya Jukyeong mengalihkan pembicaraan dia tidak mau jika Seokjin terbebani dengan sikap Jukyeong yang rewel

"Hm" hanya deheman serta anggukan. Selepasnya tangannya mengusap sisa-sisa air mata yang masih terlihat pada kantong mata Jukyeong "kenapa kau menangis hm?" Tanya Seokjin lembut

Jukyeong hanya mengalihkan pandangan tidak mau menjawab "aku tahu berat untuk meninggalkan ayah dalam kondisi seperti itu kan?" Tanya Seokjin lagi membuat Jukyeong beralih memandangnya, air matanya tak bisa ditahan dan lolos begitu saja di sertai anggukan kecil "kita bisa pergi sekarang jika kau masih ingin bersama ayahmu, kita akan tinggal di sana dan merawat ayah bersama" tutur Seokjin

"Tidak oppa, kau tidak perlu khawatir, aku hanya belum terbiasa dengan ini" Jukyeong terlihat meyakinkan namun juga meragukan dalam bersamaan "aku hanya ingin menjadi anak yang baik dan istri yang baik juga oppa, jadi bantu aku untuk menyandang gelar itu" kini ucapannya seperti memohon

Maksud Jukyeong menjadi anak yang baik dan istri yang baik adalah, Jukyeong akan menjadi anak yang baik jika menuruti perintah orang tua dan menjadi istri yang baik dengan memenuhi segala kebutuhan sang suami.

"Baiklah, tapi jika kau ingin pergi jangan ragu untuk bilang padaku ya!" Jukyeong mengangguk kecil lantas Seokjin menarik tubuh yang jauh lebih kecil itu dalam dekapan hangatnya

"Pergilah mandi, setelah itu kita akan makan, aku sudah memesan online tadi" lanjutnya

"Baik oppa" dengan segera Jukyeong pergi ke kamar mandi.

Sambil menunggu pesanan datang, Seokjin membuat teh hijau guna membantu menghilangkan penat.

Ting Tong

Suara bel apartemen berbunyi mengalihkan atensi Seokjin dan kini mencoba membuka pintu. Sementara itu, Jukyeong yang kini sedang berada di kamar mandi merutuk dalam hati kenapa dia seceroboh ini. Jukyeong lupa membawa handuk lalu sekarang bagaimana Jukyeong keluar tanpa handuk? Tidak mungkin jika Jukyeong keluar tanpa memakai busana. Tidak ada pilihan lain selain meminta tolong pada suaminya itu yang kini tengah berkutat mengeluarkan makanan yang baru saja sampai.

"Oppa" panggilnya namun tak ada sahutan dari sang suami "Seokjin oppa kau di sana?" Masih tidak ada jawaban

"Apa mungkin dia di dapur ya?" Monolognya "oppa" masih tidak ada jawaban dan itu membuat Jukyeong jengkel sejujurnya dia sudah kedinginan di dalam kamar mandi dan ingin segera keluar. Dengan begitu, Jukyeong memberanikan diri untuk mengintip dari celah pintu yang sedikit dia buka.

Kepalanya menyembul dan matanya menelisik setiap ruangan "tidak ada Seokjin oppa, baiklah" dengan begitu Jukyeong berlari terbirit-birit tanpa sehelai benangpun di tubuhnya menuju ruangan baju "hah..hah" nafasnya terengah-engah setelah acara maratonnya barusan "untung saja oppa tidak lihat" ucapnya dan kini di dalam ruangan yang hanya berisikan pakaian itu Jukyeong mulai memilih pakaian yang akan dia pakai.

Sementara di dapur, makanan sudah siap dan Seokjin sedang menunggu kedatangan sang bidadari. Namun sudah 30 menit menunggu Jukyeong belum juga turun

"Apa dia ketiduran?" Monolognya "sebaiknya aku melihatnya" Seokjin pun pergi untuk mengecek Jukyeong, namun setelah dilihat di sudut ruangan tidak ada sang istri di sana

Seokjin mengetuk pintu kamar mandi beberapa kali dan memanggilnya namun tak ada jawaban. Setelah itu Seokjin melirik ke arah ruangan pakaian dengan begitu menghampiri ruangan tersebut dan mengetuk pintu yang membuat Jukyeong kaget

"Jukyeong-a kau di dalam?" Jukyeong tampak syok mendengar suara Seokjin yang melambung tinggi di balik pintu. Dirinya dengan tergesa-gesa memakai baju takut jika Seokjin tiba-tiba masuk "Jukyeong-a kau dengar?" Teriaknya lagi

"Iya oppa"

"Kau baik-baik saja kenapa lama sekali? Ada masalah?"

"Tidak oppa"

Ceklek

Pintu itu terbuka menampilkan sosok sang istri yang tingginya hanya sebatas bahunya itu. Gemas dan cantik jika melihat Jukyeong memakai gaun tidur bermotif alpaca hewan kesukaan Seokjin.

"Maaf oppa menunggu lama ya"

"Tidak aku hanya khawatir terjadi sesuatu padamu"

"Aku tidak apa-apa oppa. Ngomong-ngomong kau bilang kita akan makan sebelum tidur"

"Tentu, semuanya sudah siap nyonya Kim"

Entah kenapa mendengar Seokjin memanggilnya dengan sebutan tersebut membuat Jukyeong jadi malu sendiri rasanya seperti menggelitik.

Your Eyes Tell...

Pagi yang cerah dan mentari senantiasa menampilkan cahaya diiringi kicauan-kicauan burung yang menghiasi pagi. Pukul 6 dan Jukyeong sudah bangun, sementara Seokjin masih tertidur. Untuk masalah tidur, mereka tidak tidur dalam satu ranjang, itu karena alasan Jukyeong yang belum siap dan sedikit takut. Dengan begitu Seokjin dan Jukyeong memutuskan untuk tidur di kamar yang terpisah. Ada satu kamar lagi di dalam apartemen sana yang dipakai Jukyeong untuk tidur.

Pagi yang cerah untuk mengawali hari yang cerah juga, kini statusnya sudah menjadi seorang istri, walaupun tidak Jukyeong inginkan sekarang. Namun tidak ada alasan untuk melalaikan tugas seorang istri dengan itu. Seperti yang dilakukan oleh Jukyeong sekarang, dirinya berkutat di dapur menyiapkan sarapan untuk dia dan juga Seokjin tentunya. Seokjin bilang juga akan mulai bekerja hari ini.

Oh ya! Seokjin merupakan seorang direktur di perusahaan yang dia beri nama 'on'. Perusahaannya berdiri sejak 10 tahun yang lalu. Walaupun belum lama, tapi perusahaan Seokjin berkembang pesat seiring berjalannya waktu, sekarang pun cabangnya diketahui memiliki 99 cabang di bidang-bidang yang berbeda. Seokjin awalnya diminta sang ayah untuk mengambil alih jabatan direktur di perusahaannya, namun Seokjin menolak dan memilih untuk mendirikan perusahaannya sendiri. Karena itulah dia rela menghabiskan waktunya hanya untuk belajar dan menggapai ambisinya, dan perlu di ingat Seokjin itu pintar dan cekatan, IQ nya di atas rata-rata yang bisa membawanya pada peraihan prestasi yang tak terduga, iya Seokjin termasuk ke dalam 5 mahasiswa terbaik di kampusnya dan dia menduduki posisi ke-2. Untuk perusahaan ayahnya tidak usah khawatir, masih ada Taehyung yang bisa meneruskan.

Satu jam lamanya berkutat dengan alat-alat dapur, akhirnya hidangan sarapan pun sudah siap. Dan tak lama Seokjin turun yang sudah lengkap dengan jas kerjanya. Oh lihatlah Jukyeong terpana dengan penampilan Seokjin sekarang. Dia begitu sempurna. Namun Jukyeong buru-buru sadar dan kembali pada aktivitas selanjutnya.

"Selamat pagi" sapa Seokjin yang kini sudah berada di pantry

Jukyeong tersenyum "selamat pagi juga oppa" jawabnya

Seokjin tidak langsung duduk melainkan melihat hidangan sarapan yang sangat banyak "wow.. kau yang menyiapkan ini sendiri?" Tanya Seokjin

"Memangnya siapa lagi oppa" tutur Jukyeong "tapi aku tidak tahu apakah itu enak atau tidak" ucapnya lagi, tidak meyakinkan jika Seokjin menyukai masakannya ya walaupun di lidah Jukyeong masakannya sudah lumayan namun entahlah dengan lidah Seokjin

Seokjin lantas mengambil sumpit dan mulai mengunyah apa yang dia bisa capai untuk di makan. Matanya menutup merasakan sensasi kenikmatan masakan yang dibuat oleh istrinya. Sementara sang istri menunggu reaksi Seokjin selanjutnya

"Mm wah daebak.. ini enak sekali" ucapnya lalu kembali menyuapkan makanan lain "ternyata istriku pintar memasak" mendengar pujian itu Jukyeong tersenyum senang akhirnya Seokjin menerima masakannya.

"Aku juga membawakan bekal untuk makan siangmu di kantor" ucap Jukyeong yang kini juga turut dalam sarapan.

"Benarkah? Terima kasih" ujar Seokjin. Dirinya sungguh senang tidak sia-sia menerima perjodohannya dengan Jukyeong. Jukyeong begitu memperhatikannya, walaupun Seokjin tahu Jukyeong tidak mencintainya, namun Jukyeong memberikan kasih sayang selayaknya istri pada suami. Sungguh mengesankan.

Jukyeong hanya tersenyum mendengar Seokjin berbicara, dan lebih bahagia lagi melihat Seokjin sangat lahap menyantap sarapannya hingga satu mangkuk sup yang di buat Jukyeong habis olehnya sendiri.

"Terima kasih makanannya istriku" ucapnya setelah perutnya terasa sudah cukup untuk diisi. Keduanya pun beranjak dari pantry menuju pintu apartemen. Sedangkan itu Jukyeong melihat dasi Seokjin sedikit acak-acakan dan dengan segera dirinya mendekat ke arah sang suami, karena perbedaan tinggi yang cukup jauh, Jukyeong sedikit kesulitan untuk menggapai kerah kemejanya, tahu maksud Jukyeong, Seokjin pun menunduk mempermudah Jukyeong mencapai kerah itu akan sangat kasihan jika Jukyeong terus berjinjit.

"Kau tidak bisa memakai dasi oppa?" Seokjin hanya melongo melihat Jukyeong sedekat ini, kecantikannya sangat sempurna, matanya yang bulat, bulu mata yang panjang natural tanpa bulu mata palsu dan bibir tipis natural tanpa diolesi gincu. Naluri kelakian seorang Seokjin tentu bereaksi melihat istrinya sedekat ini. Ingin rasanya melahap habis bibir itu dan melakukannya, namun Seokjin tahu jika Jukyeong pasti belum siap untuk ini, bahkan tidur pun masih terpisah. Dengan begitu Seokjin akan menahan hasratnya sampai Jukyeong benar-benar siap untuk melakukannya.

"Sebelum kau menikah siapa yang selalu memakaikan dasi padamu?" Pertanyaan Jukyeong membuat Seokjin diam membungkam "kadang ibu kadang juga temanku" ucap Seokjin. Dia tidak bisa jika harus mengatakan yang sebenarnya, Seokjin masih menimang-nimang itu. Dan dalam waktu yang tepat Seokjin pasti akan memutuskannya. Jukyeong hanya mengangguk menanggapinya tanpa dia sadari mata Seokjin terus saja memperhatikan wajahnya.

"Baiklah, dasinya sudah terpasang. Kau sudah boleh pergi" ucap Jukyeong dengan senyumannya

"Terima kasih, kau istriku yang sangat cantik" oh ayolah Jukyeong jadi sedikit tersipu mendengar pujian Seokjin "baik-baik di sini jika kau ingin sesuatu jangan segan untuk menghubungi ku oke" ucapnya.

"Tentu saja oppa"

"Oh ya, mau apa saat aku pulang aku akan membawakan nya"

"Tidak, cukup kau pulang dengan selamat aku akan sangat senang"

Mendengar ucapan Jukyeong barusan membuat Seokjin tersenyum. Lihat walaupun mereka menikah terpaksa, namun kehidupan menikahnya sama seperti pernikahan pada umumnya. Jukyeong melayaninya dengan baik, sangat baik malah.

"Kalau begitu aku pergi, kunci apartemen dan jangan keluar jika tidak perlu"

"Aku mengerti oppa, hati-hati saat di jalan"

Seokjin mengangguk pun lenyap seiring tertutupnya daun pintu apartemen itu. Merasa sudah benar-benar pergi, Jukyeong memegang dadanya dengan kedua tangannya, nafasnya naik turun seperti habis maraton begitupun hatinya

Oh astaga, kenapa aku gemataran__

Lanjut chapter 3 guys..
To be continued...

Continue Reading

You'll Also Like

2M 9.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. πŸ”žπŸ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...
154K 10.5K 26
[Completed] β– season 1 "Perjodohan" Mungkin salah satu kata yang ingin dihindari atau bisa juga diinginkan. Namun, jika "Menikah usia dini karena dijo...
112K 10.4K 43
"Mungkinkah kita bersama?" -kthxjyr- "Kehidupan percintaan 2 orang idol. Yang kisah cintanya harus mereka sembunyikan" -kthxjyr- "Yerin menikahlah d...
101K 18.5K 118
JUDUL: WHEN YOONGI SAYS MARRY ME "Daripada kau menjadi wanita tak bermoral, lebih baik menikah saja denganku."