Half Beast

By BerlianLhegusa5

20.5K 2.6K 1.8K

Tentang Akira dan Fero, dua adik-kakak yang kehilangan orang tua saat umur mereka bahkan belum seberapa. Akir... More

Seaoson 1 [Utara dan Segala Keajaibannya]🦊
Satu🦊
Dua🦊
Tiga🦊
Empat🦊
Lima🦊
Enam🦊
Tujuh🦊
Delapan🦊
Sembilan🦊
Sepuluh🦊
Sebelas🦊
Dua Belas🦊
Tiga Belas🦊
Empat Belas🦊
Lima Belas🦊
Enam Belas🦊
Tujuh Belas🦊
Delapan Belas🦊
Sembilan Belas🦊
Dua Puluh🦊
Duapuluh Satu🦊
Duapuluh Dua🦊
Duapuluh Tiga🦊
Duapuluh Empat🦊
Duapuluh Lima🦊
Duapuluh Enam🦊
Duapuluh Tujuh🦊
Duapuluh Delapan🦊
Duapuluh Sembilan🦊
Tiga Puluh🦊
Tigapuluh Satu🦊
Tigapuluh Dua🦊
Tigapuluh Tiga🦊
Tigapuluh Empat [Season 1 End]🦊
Season 2 [Kehancuran]
02. Satu🦊
02. Dua🦊
02. Tiga🦊
02. Empat🦊
02. Lima🦊
02. Enam🦊
02. Tujuh🦊
02. Delapan🦊
02. Sembilan🦊
02. Sepuluh🦊
02. Sebelas🦊
02. Dua Belas🦊
02. Tiga Belas🦊
02. Empat Belas🦊
02. Lima Belas🦊
02. Enam Belas🦊
02. Tujuh Belas🦊
02. Delapan Belas🦊
02. Dua Puluh🦊
02. Duapuluh Satu🦊
02. Duapuluh Dua🦊
02. Duapuluh Tiga [Season 2 End]🦊
03. Satu🦊
03. Dua🦊
03. Tiga🦊
03. Empat🦊
03. Lima🦊
03. Enam🦊
03. Tujuh🦊
03. Delapan🦊
03. Sembilan🦊
03. Sepuluh🦊
03. Sebelas🦊
03. Dua Belas🦊
03. Tiga Belas🦊
03. Empat Belas🦊
03. Lima Belas🦊
03. Enam Belas🦊
03. Tujuh Belas🦊
03. Delapan Belas🦊
03. Sembilan Belas🦊
03. Dua Puluh🦊
03. Dua Puluh Satu🦊
03. Dua Puluh Dua🦊
03. Dua Puluh Tiga [End]🦊

02. Sembilan Belas🦊

140 15 25
By BerlianLhegusa5

💎Happy reading💎

Barara tersenyum hangat saat Torano menyeret Ayumi dan berlari dari sana. Setidaknya dengan begitu, Barara tidak perlu mencemaskan apa-apa. Ia tak perlu khawatir Ayumi terluka. Barara tak perlu khawatir anak muridnya terluka lebih parah lagi. Cukup Barara saja yang bertahan di sini.

"Kenapa kau tersenyum?" tanya Margareth saat menyadari senyuman tipis di wajah Barara.

Barara tidak menjawabnya, lelaki itu terus mengayunkan pedang ke sembarang arah. Karena jujur saja, Barara mulai lelah menghadapi Margareth. Luka di tubuhnya juga banyak dan ia hampir tak bisa menggerakkan tubuhnya. Sekilas, Barara bisa melihat Renoi berniat mengejar anak-anaknya, tapi teriakan Margareth yang terdengar dipaksa membuat Renoi berhenti di posisinya.

"Biarkan saja mereka! Urus saja lukamu dan bantu Afrian ju---"

Pedang Barara sukses mengiris pinggang kiri Margareth yang membuat perkataannya terhenti saat itu juga.

"Jangan alihkan pandanganmu dari musuh!" peringat Barara.

Margareth mundur beberapa langkah sambil memegangi pinggangnya. Rasanya perih sekali walau lukanya tak terlalu dalam. Margareth memandang nanar tangannya yang berlumuran darah. Baik itu darah dari tubuhnya, juga darah Barara yang menempel di sana. Margareth juga melihat tangannya yang mulai gemetaran.

Margareth memegang pedangnya dengan dua tangan, gadis itu memekik kencang dan maju cepat ke hadapan Barara. Lalu, pedang itu sukses menancap di dada Barara. Padahal Margareth tahu betul pergerakannya tidak begitu cepat, tapi Barara tidak menghindar dan membiarkan dadanya tertusuk begitu saja. Detik berikutnya wajah Margareth dipenuhi darah yang menyembur dari mulut Barara.

"Tepat di jantung tuh, Bos!" pekik Renoi di ujung sana, lelaki itu tertawa. Sementara Afrian di tempatnya hanya diam saja memperhatikan kakinya yang masih mengeluarkan darah.

Margareth mencabut kembali pedang yang menancap di dada Barara. Gadis itu mundur lagi hanya untuk memastikan ia sedang tidak berhalusinasi. Jelas-jelas Margareth sudah lelah dan pergerakannya tidak secepat awal tadi. Akan tetapi, kenapa Barara tidak bisa menghindari serangannya itu?

Margareth hanya tidak tahu saja, Barara lebih lelah darinya. Kalau saja tadi Margareth telat sedikit saja menusukkan pedang ke dadanya, mungkin tubuh Barara sudah lebih dulu roboh ke tanah saking lelahnya. Dengan tertusuknya dada Barara, lelaki itu terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Di detik kedua, tubuhnya benar-benar roboh dengan pedang yang sudah lebih dulu terlepas dari tangannya.

'Torano! Jaga adik-adikmu!' ujar Barara dalam hati.

Lama-kelamaan rasa sakit di dada Barara mulai menghilang, bersamaan dengan udara yang sudah mulai kesulitan ia hela. Sebanyak apa pun ia mencoba menarik udara, yang terjadi justru ia yang tak bisa merasakan apa-apa. Sampai akhirnya Barara benar-benar tidak bisa lagi merasakan apa-apa. Semuanya gelap, tak ada cahaya di mana-mana.

Sementara Margareth berjalan pelan ke dekat Renoi dan Afrian. Jalannya tertatih dan kaki kirinya ia seret karena terluka.

"Kita kalah," kata Margareth lirih yang disambut anggukan dari Renoi.

"Pada akhirnya kita tidak mendapatkan kepala Tora."

"Renoi! Afrian! Jadi seperti ini rasanya kalah? Jadi seperti ini rasa sakit itu?" tanya Margareth.

Renoi baru akan menjawabnya, tapi tubuh Margareth yang roboh tiba-tiba membuat Renoi siaga dan menyambut tubuh Margareth yang melemah.

Margareth menatap lurus langit di atas sana, kemudian tertawa kuat-kuat sampai Renoi terheran di tempatnya. Margareth tertawa kuat, tapi jelas sekali gadis itu mengeluarkan air mata. Bahkan tawa gadis itu bercampur dengan isak tangis yang begitu kentara.

"Hei, Renoi, kau percaya itu? Aku kalah, untuk pertama kalinya aku ... kalah," lirih Margareth.

Renoi hanya diam saja, tubuh lemah Margareth dan air yang keluar dari pelupuk mata gadis itu baru pertama kali Renoi lihat seumur hidupnya.

Margareth kalah, begitu menurutnya. Padahal kalau dipikirkan lagi, gadis itu tidak benar-benar kalah. Dari lima orang yang ia hadapi, satu di antaranya meregang nyawa dan yang lainnya tidak ada yang tidak terluka. Dilihat dari mana pun juga bukan Margareth yang kalah, tapi Barara dan murid-muridnya. Margareth tidak kalah dalam pertarungan, Margareth hanya gagal menjalankan misinya. Yakni, membawa kepala Tora ke hadapan orang yang menyuruhnya.

🦊🦊🦊

Nikie pikir, membawa Laguna ke tempat yang banyak buah-buahannya akan membuat mereka kenyang dan bersemangat kalau ada musuh yang datang. Juga, dengan ikutnya Nujio bersama mereka membuat Nikie semakin senang karena Nujio itu anak yang ceria. Nikie pikir semua akan baik-baik saja, nyatanya saat mereka asyik menikmati buah-buahan di sana, ada seorang perempuan menghampiri. Perempuan yang dilihat dari mana pun bukanlah orang baik, tapi orang yang ingin mencelakai mereka.

"Target ditemukan," gumam perempuan itu saat baru tiba.

Kira-kira tingginya hanya sepantaran Nujio saja, tidak terlalu tinggi, tapi entah kenapa Nikie merasa anak itu berbahaya. Tidak ada yang tahu berapa umur pasti perempuan itu. Yang jelas dia aneh dan suka berbicara yang tidak bisa dimengerti.

"Ada yang bisa kami bantu?" tanya Nujio.

Kalau Nikie bisa merasakan bahaya dari gadis itu, berbeda dengan Nujio yang justru tidak merasakan apa-apa. Nujio hanya berpikir gadis itu gadis biasa yang mungkin tersesat di hutan dan ingin meminta tolong pada mereka. Tatapan gadis itu kosong, seperti orang buta. Akan tetapi, jelas-jelas gadis itu sama sekali tidak buta. Dia bisa melihat seperti orang normal biasa.

Merasa pertanyaannya tidak dijawab oleh Sang Gadis, Nujio kembali bertanya, "Kau lapar? Mau makan buah?"

Lagi-lagi gadis itu hanya diam di posisi. Menatap mereka bertiga secara bergantian. Seperti sedang memastikan kalau dia tidak salah orang.

"Ambil!" Nujio melempar satu buah di tangannya ke arah Sang Gadis, berharap gadis itu menangkapnya dan memakan buah itu setelahnya. Sialnya gadis itu justru menghindar dengan gerakan yang sedikit patah-patah. Dan saat itulah Nujio baru merasakan kalau gadis itu tidak seperti manusia biasa.

"Target menyerang. Rora akan melakukan penyerangan balik," ujar gadis itu. Sepertinya 'Rora' yang ia maksud adalah namanya.

Gadis bernama Rora itu mengangkat sebelah tangannya, kemudian muncullah api di telapak tangan Rora. Seperti kekuatan sihir saja. Kemudian Rora menyerang Nujio dengan mengarahkan semburan api di tangannya ke arah Nujio.

Nujio tidak bisa mencerna apa-apa, bahkan saat api itu hampir menyambar wajahnya, Nujio hanya terpaku di tempatnya. Untunglah Laguna bertindak cepat dan membalut tubuh Nujio dengan rambutnya, untuk kemudian memindahkan Nujio agar lebih dekat dengannya.

Laguna merentangkan kedua tangannya, dua orang disamping Laguna ia paksa mundur ke belakang.

"Biar aku yang menghadapinya. Sepertinya gadis ini lumayan juga," kata Laguna.

"Kittie!" panggil Nikie seketika dan detik berikutnya tubuhnya langsung diambil alih oleh Kittie yang matanya tampak berbinar cerah.

"Sudah lama aku menunggu pertarungan," kata Kittie heboh.

"Jangan gegabah. Gadis itu punya kekuatan aneh. Dia bisa mengeluarkan api dari tangannya," peringat Laguna. Sedikit kesal sebenarnya karena Nikie memanggil Kittie, padahal Laguna ingin menghadapi gadis bernama Rora itu sendiri.

Rora di depan sana memiringkan kepalanya, terlihat polos sekali dan tidak seperti gadis berbahaya. Begitu kalau menurut pandangan Kittie saat pertama kali melihat Rora.

"Siapa namanya tadi? Rora?" tanya Kittie memastikan.

Laguna mengangguk saja, sebagian rambutnya sudah ia putar-putar di samping tubuhnya. Bersiap menyerang kalau Rora melakukan penyerangan untuk yang kedua kalinya.

"Rora! Kau pulang saja, Dik! Nanti ibumu mencarimu," kata Kittie masih kurang percaya kalau gadis ini berbahaya.

"Rora tidak punya ibu," jawab gadis itu.

Rora sudah kembali mengangkat tangannya, memperlihatkan letupan-letupan api di telapak tangannya. Sepertinya gadis ini benar-benar mengajak bertarung.

"Menarik!" ujar Kittie, gadis itu seketika melompat ke arah Rora dan bersiap menyerangnya.

Kittie tidak mempunyai kekuatan aneh seperti Laguna yang bisa mengendalikan rambutnya, juga tidak punya kekuatan yang bisa menghipnotis siapa saja seperti Nujio. Kittie hanya mengandalkan tubuh dan kekuatannya. Makanya yang bisa Kittie lakukan adalah serangan jarak dekat di mana ia bisa menjangkau musuhnya.

Kittie baru akan meraih tangan kanan Rora yang sedari tadi mengeluarkan api di sana, tapi pergerakan Rora lebih cepat. Gadis itu mengambil sesuatu dalam bajunya dan melempar ke arah Kittie. Senjata yang terbuat dari besi, ujungnya runcing, di tengahnya sedikit lebar dan pangkalnya seperti besi bulat biasa. Kira-kira besi di pangkalnya itu berfungsi sebagai pegangan saat ingin memakai senjata itu.

Kalau saja Laguna tidak menarik lengan Kittie untuk menghindar dari sana, mungkin tadi pipi Kittie sudah terkoyak dan mengeluarkan banyak darah.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Laguna dengan siaga ekstra. Takut gadis itu menyerang lagi tiba-tiba.

"Aku Rora. Diperintahkan untuk membunuh temannya Tora."

Kini, Laguna mengerti. Gadis ini memang benar-benar berbahaya dan memiliki kekuatan tak terduga. Kelihatannya memang polos dan kalau boleh jujur, Rora begitu manis dan tidak seperti orang jahat kebanyakan.

Walau Laguna sudah menduga kalau gadis ini berbahaya, tapi saat Rora mengungkap tujuannya, Laguna jadi bertambah siaga. Yang benar saja, gadis sekecil ini diperintahkan untuk membunuh mereka bertiga. Terlalu percaya diri kalau hanya mengutus gadis kecil ini saja. Itu artinya, gadis ini kuat dan sangat berbahaya.

Rora melempar lagi senjata dari besi tadi ke arah Laguna, untungnya Laguna sadar dan segera mengeraskan ujung rambutnya untuk menangkis besi itu. Alhasil, saat senjata itu bertubrukan dengan rambut Laguna, terdengar bunyi berisik yang memekakkan telinga. Bunyinya seperti besi yang beradu dengan besi.

Nujio maju satu langkah, menatap Rora dan menunggu gadis itu menatap ke arahnya. Karena tak kunjung mendapat perhatian dari Rora, Nujio berteriak dan membuat Rora berpaling ke arahnya.

"Hei, Kau!" pekik Nujio.

Tepat saat Rora menatap Nujio tanpa memperlihatkan ekspresi apa-apa, Nujio langsung berteriak memberi gadis itu perintah.

"Gigit lidahmu!" pekik Nujio.

Sengaja ia memberi perintah yang tidak terlalu berat karena belum tahu kemampuan Rora sebesar apa. Kalau gegabah menyuruh Rora melakukan hal luar biasa, contohnya menyuruh gadis itu memanjat pohon setinggi mungkin dan melompat ke bawah, bisa-bisa Nujio langsung mengantuk dan tidak bisa membantu apa-apa kalau saja melompat dari atas pohon tak berefek pada tubuh Rora.

Namun, di detik ketiga Nujio memerintah, Rora tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Gadis itu masih tenang dan tidak melakukan apa yang Nujio perintah. Padahal Nujio yakin mereka sudah bertatap mata. Dengan begitu, seharusnya Rora melakukan apa yang ia perintah 'kan?

"Kau dengar, tidak? Gigit lidahmu!" ulang Nujio, tapi tetap tidak ada respon dari Rora.

"Bunuh dirimu sendiri dengan senjata yang kau punya!" final Nujio dengan berteriak cukup keras.

Padahal Nujio tahu kalau ia memberi perintah terlalu besar, efeknya ia akan mengantuk dan tertidur begitu saja setelahnya, tapi tetap ia lakukan lantaran perintah sebelumnya tidak berpengaruh pada Rora. Sialnya, saat kantuk sudah mulai mengambil alih tubuh Nujio, Rora di sana tetap tidak melakukan apa-apa.

"Tidak mempan?" tanya Nujio tak percaya.

"Sudah jelas perintah sebelumnya tidak dia lakukan, kenapa kau memberi perintah yang lebih besar? Lihat sekarang, kau hanya mendapat kantuk, sementara dia tidak bereaksi apa-apa!" omel Kittie, membuat Nujio sedih saja.

🦊🦊🦊

Barara beneran meninggoy, ya. Aku lagi enggak bercanda. Iya, meninggalnya gitu aja.

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 83.9K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
1.9M 148K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
613K 37.3K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
3K 268 12
"Ngapain Lo disini? bolos ya?!!" Hyunjin "Lo bisa liat gue?!" angel "Bisa lahh!, emang kenapa?" Hyunjin "kan gue hantu!" angel "WHATT!?!!" Hyunjin Pe...