Half Beast

Od BerlianLhegusa5

20.6K 2.6K 1.8K

Tentang Akira dan Fero, dua adik-kakak yang kehilangan orang tua saat umur mereka bahkan belum seberapa. Akir... Více

Seaoson 1 [Utara dan Segala Keajaibannya]🦊
Satu🦊
Dua🦊
Tiga🦊
Empat🦊
Lima🦊
Enam🦊
Tujuh🦊
Delapan🦊
Sembilan🦊
Sepuluh🦊
Sebelas🦊
Dua Belas🦊
Tiga Belas🦊
Empat Belas🦊
Lima Belas🦊
Enam Belas🦊
Tujuh Belas🦊
Sembilan Belas🦊
Dua Puluh🦊
Duapuluh Satu🦊
Duapuluh Dua🦊
Duapuluh Tiga🦊
Duapuluh Empat🦊
Duapuluh Lima🦊
Duapuluh Enam🦊
Duapuluh Tujuh🦊
Duapuluh Delapan🦊
Duapuluh Sembilan🦊
Tiga Puluh🦊
Tigapuluh Satu🦊
Tigapuluh Dua🦊
Tigapuluh Tiga🦊
Tigapuluh Empat [Season 1 End]🦊
Season 2 [Kehancuran]
02. Satu🦊
02. Dua🦊
02. Tiga🦊
02. Empat🦊
02. Lima🦊
02. Enam🦊
02. Tujuh🦊
02. Delapan🦊
02. Sembilan🦊
02. Sepuluh🦊
02. Sebelas🦊
02. Dua Belas🦊
02. Tiga Belas🦊
02. Empat Belas🦊
02. Lima Belas🦊
02. Enam Belas🦊
02. Tujuh Belas🦊
02. Delapan Belas🦊
02. Sembilan Belas🦊
02. Dua Puluh🦊
02. Duapuluh Satu🦊
02. Duapuluh Dua🦊
02. Duapuluh Tiga [Season 2 End]🦊
03. Satu🦊
03. Dua🦊
03. Tiga🦊
03. Empat🦊
03. Lima🦊
03. Enam🦊
03. Tujuh🦊
03. Delapan🦊
03. Sembilan🦊
03. Sepuluh🦊
03. Sebelas🦊
03. Dua Belas🦊
03. Tiga Belas🦊
03. Empat Belas🦊
03. Lima Belas🦊
03. Enam Belas🦊
03. Tujuh Belas🦊
03. Delapan Belas🦊
03. Sembilan Belas🦊
03. Dua Puluh🦊
03. Dua Puluh Satu🦊
03. Dua Puluh Dua🦊
03. Dua Puluh Tiga [End]🦊

Delapan Belas🦊

298 42 14
Od BerlianLhegusa5

Seminggu sudah semenjak misi pertama dari Barara selesai. Fero dan Akira masih terus berlatih sesuai apa yang Barara perintah. Tak jarang lelaki buta itu memberi misi khusus untuk Fero dan Akira saja. Katanya karena dua bersaudara itu murid baru, jadi harus diberi latihan lebih keras dari yang lainnya. Fero sama sekali tak masalah. Karena selama ada Akira di sisinya, anak itu tidak perlu menghawatirkan apa-apa.

Kini, semua murid kembali Barara tempatkan pada satu lapangan di samping rumah. Katanya ada permainan yang harus mereka semua kerjakan. Mainan yang Barara maksud pasti tak jauh dari kata latihan. Karena tidak mungkin tiba-tiba Barara memberi mereka waktu untuk bermain.

"Permainannya mudah," kata Barara, "cukup bermain satu lawan satu. Yang menang boleh istirahat dan yang kalah akan bertarung lagi. Dan yang paling terakhir kalah atau menyerah, tentu ada hukumannya. Cukup jelas 'kan?"

Akira langsung menoleh pada Fero begitu saja. Bagaimanapun juga Fero masih lemah kalau itu soal bertarung. Apalagi Fero tak pernah bertarung sebelumnya. Bahkan sebelum permaian dimulai pun Akira tahu siapa yang akan mendapat hukuman dari Barara.

Saat Akira menatap ke arah adiknya, Akira bisa melihat bagaimana Fero terkejut di posisinya. Kemudian anak itu tampak memejamkan mata. Tak terlalu lama karena setelahnya anak itu membuka mata meniup telapak tangannya. Akira tahu anak itu sebegitu gugupnya. Sampai Akira seolah bisa merasakan bagaimana tangan anak itu basah karena keringatnya.

Namun, tak ada pilihan lain selain mengikuti permainan Barara. Akira yakin kalau tidak ikut pun pasti akan mendapat hukuman. Barara tentu tidak akan memberi kelonggaran. Tahu sendiri sikap Barara yang tak mau ditentang. Apa pun yang ia katakan, itu mutlak dan tak boleh ada perubahan.

Barara duduk santai di tempat biasa ia duduk saat melatih anak muridnya. Sementara banyak di antara mereka sudah melakukan pemanasan untuk persiapan bertarung. Bahkan Nujio yang masih kecil tampak semangat melakukan push up. Anak itu tidak kelihatan gugup sama sekali. Seolah pertarungan nanti bukan sesuatu yang harus ia takuti. Akira akui, walau kecil Nujio itu cukup lincah, terutama dalam menggunakan kaki. Kalau anak itu sudah menggunakan kekuatannya, pasti mudah saja baginya untuk mengalahkan lawannya.

Barara sama sekali tak mengatakan larangan apa-apa. Itu artinya semua diperbolehkan saat berlaga. Berarti semua orang boleh menggunakan kekuatan mereka. Walau Fero bisa berubah, Akira tetap tidak yakin anak itu bisa menghadapi lawannya. Bahkan untuk berubah saja anak itu jarang melakukannya. Seperti anak itu lebih nyaman dengan tubuh manusia dari pada serigala.

Akira memang tak bisa berubah, tapi soal kekuatan fisik boleh dicoba. Kalau Akira boleh prediksikan mungkin hanya Torano yang tidak bisa ia kalahkan. Selebihnya terlihat semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi Akira tahu kekuatan semua murid Barara.

Menghadapi Nujio ia bisa dengan memejamkan mata dan memfokuskan inderanya pada hidung dan telinga. Selama ia tak membuka mata, tak akan terjadi apa-apa. Kalau Laguna, Akira yakin tak terlalu susah untuk mengelabuhinya. Cukup buat ia memanjangkan rambut sepanjang yang ia bisa, kemudian Akira akan menjebak anak itu agar terperangkap sendiri oleh serangannya.

Soal Nikie, Akira hanya perlu melembutkan serangan saja. Pokoknya jangan sampai diri Nikie yang lain terbangun atau dia yang akan celaka. Cukup buat Nikie tersiksa sedikit saja dan buat gadis itu menyerah. Soal Fero, Akira bahkan tak berniat mengalahkannya. Yang terakhir Ayumi. Dari bagaimana anak itu berlatih selama ini, Akira tahu betul anak itu kurang pandai dalam menerima serangan tiba-tiba. Mudah saja melumpuhkannya dengan memberi serangan tak terduga paling banyak lima kali. Gadis itu pasti tidak akan bisa berdiri lagi.

Kecuali Torano. Karena selama Akira mengamati, anak itu selalu unggul dalam setiap serangan. Serangan jarak jauh, serangan jarak dekat, serangan tiba-tiba, bahkan serangan tak terduga pun Torano selalu menerimanya dengan santai. Bahkan selama latihan, Torano belum pernah sekalipun menunjukkan wujud macannya. Menurut Akira, mungkin anak itu kurang nyaman dalam wujud macannya, sama seperti Fero yang kurang nyaman dalam wujud serigalanya. Kalau saja Torano berubah, Akira tak tahu seberbahaya apa dia.

"Pertandingan pertama. Akira melawan Nujio!" pekik Barara dari tempat duduknya. Yakinlah lelaki buta itu hanya mengambil nama secara acak saja.

Nujio sudah berdiri di tengah lapangan. Siap menungu Akira untuk ikut terjun ke lapangan. Namun, perkataan Akira justru membuat semuanya ternganga. Termasuk Fero yang berdiri paling dekat dengan Akira.

"Aku menyerah. Nujio, kau pemenangnya!" katanya.

Kini, semua mata tertuju pada Akira. Termasuk Barara yang menolehkan kepalanya ke tempat Akira berada. Benar-benar tak terlihat seperti orang buta.

"Kenapa, Kak? Tidak mungkin Kakak takut 'kan?" tanya Fero heran.

"Jangan konyol, Fero. Aku tidak takut." Akira beralih pada Barara yang bersedekap dada menunggu penjelasan darinya. Maka Akira melanjutkan dengan mata terfokus pada Barara, "Aku yang akan menerima hukuman dari Barara. Karena aku akan menyerah sampai akhir permaian. Nah, Barara! Apa hukumannya?"

Ayumi yang mendengar itu langsung mengangkat tangan ke udara. Meminta izin pada Barara untuk menyampaikan keberatannya. Setelah Barara menganggukan kepala, Ayumi lantas mengangkat suara.

"Apa-apaan kau, Akira? Tidak seru sekali kalau sudah ada yang kalah, padahal pertarungan belum dimulai. Kau ketakutan, ya?"

Laguna ikut mengangkat tangannya. "Kau tidak takut 'kan, Akira? Menurutku akan lebih masuk akal kalau Akira tidak ingin melawan kita sebagai temannya. Kalau memang itu alasannya, tolong jangan ragu, Akira! Bahkan tanpa bertarung pun kita tetap kesakitan setiap hari. Ayolah!"

Pada akhirnya Akira hanya diam saja. Apa yang orang katakan tentang dirinya itu tak masalah. Selagi benar menurutnya, Akira akan kokoh pada pendiriannya. Tidak akan goyah kalaupun itu Fero sendiri yang mencoba menggoyahkannya.

Tidak ada yang mengerti apa tujuan Akira menyerah, kecuali Barara yang paham betul bagaimana jalan pikir seorang Akira. Anak itu punya alasan kuat untuk menyerah ... dan alasan yang paling tepat hanya satu saja yang terlintas di kepala Barara.

"Sudah diputuskan. Permainan berakhir dan Akira yang mendapat hukuman," putus Barara. Itu mendapat penolakan dari muridnya yang lain.

"Tidak bisa begitu, Ayah. Kami juga ingin menguji kemampuan kami sudah sampai di mana. Padahal aku ingin sekali mencoba melawan Laguna."

"Aku? Kenapa aku? Barara! Aku juga tidak terima, padahal aku ingin bertarung melawan Akira." Laguna tampak kesal sekali di sana.

Nikie ikut bersuara. "Aku juga tidak setuju. Aku sudah menanti-nanti hari ini tiba untuk melihat jurus terkeren milik Torano."

Barara memutar kepalanya pada muridnya bergantian. Berhenti lama pada mereka yang menyuarakan penolakan. Hanya dengan cara itu saja, semuanya terdiam. Bahkan Ayumi yang sering bercanda dengan ayahnya saja tampak tak berani membalas tatapan Barara.

"Aku tanya sekali lagi. Ada yang keberatan?" tanya Barara dengan nada sangat biasa. Bahkan tak lupa ia tersenyum manis setelahnya.

Semua diam dan Barara menganggap itu sebagai tanda persetujuan.

"Karena kalian tidak ada yang keberatan ... akan kujelaskan sebelum memberi Akira hukuman, kenapa Akira menolak pertandingan."

Sampai saat itu Akira diam. Sementara yang lain tampak semangat menunggu Barara menjelaskan.

"Tadi Laguna bilang kalau Akira tak ingin  melawan teman-temannya. Sedikit lagi benar. Karena yang sebenarnya Akira hanya tidak ingin melawan adiknya. Semudah itu."

"Hah? Kalau begitu, cukup kalahkan Nujio dan Akira tidak harus melawan siapa-siapa lagi 'kan? Kurasa melawan Nujio bukan hal yang susah untuknya," komentar Laguna.

"Kak Laguna meremehkanku, ya? Menyebalkan." Nujio bersedekap dan menatap tak suka pada Laguna yang malah tersenyum kikuk di tempatnya.

"Nah, Akira. Teman-temanmu penasaran. Aku atau kau yang akan menjelaskan?" tawar Barara.

Akira menarik napas dalam, kemudian menghembuskan secara perlahan. "Aku tidak ingin adikku kenapa-kenapa. Aku tidak ingin Fero bertarung, lalu terluka, kalah, dan ujung-ujungnya dia yang mendapat hukuman dari Barara."

"Eh? Kak, aku bahkan belum melawan siapa-siapa. Kenapa menyimpulkan kalau aku yang akan kalah? Kakak terlalu meremehkanku kalau begitu," omel Fero. Sama sekali tak terima dengan alasan Akira yang malah terkesan meremehkannya.

"Kau pikir aku ini siapa, hah? Aku ini kakakmu. Aku tahu betul sampai mana kemampuanmu, Fero."

"Kalau belum mencoba, bagaimana tahu akhirnya? Kau terlalu seenaknya memutuskan sesuatu, Akira," omel Nikie yang sudah benar-benar kesal.

"Terserah kalian! Barara, apa hukuman untukku?"

Barara tersenyum, sementara muridnya yang lain tampak kesal dengan jawaban Akira. Anak itu benar-benar seenaknya saja. Padahal Akira itu anak baru dan sudah berani seenaknya. Bagaimana kedepannya coba? Pasti setelah ini ia akan bertindak seperti seorang ketua. Mengingat Barara juga pernah berkata ingin menjadikan Akira murid kesayangannya.

Kecuali Torano. Anak itu bahkan sama sekali tak tertarik pada perdebatan orang-orang di sana. Karena bagi Torano pembahasan itu hanya buang-buang waktu saja. Akan jauh lebih menyenangkan kalau semua setuju dan perdebatan itu tak harus ada. Apa susahnya menyetujui keputusan Akira dan Barara. Lagipula pertandingan antar teman tak begitu menarik perhatiannya. Akan lebih seru melawan yang benar-benar musuh. Karena itu ia tak perlu menahan diri untuk menyerang.

Nujio juga tampak hanya bengong saja. Baginya pertarungan itu diadakan atau tidaknya itu bukanlah masalah. Yang terpenting bukan dia yang mendapat hukuman Barara. Itu jauh lebih penting dari apa pun baginya. Karena biasanya hukuman Barara itu kurang masuk akal dan banyak bahayanya. Kadang juga pekerjaan yang mudah akan ia buat susah. Seperti menebang tiga buah pohon dengan pisau dapur contohnya. Ditambah lagi batang pohon yang sebesar paha orang dewasa. Barara itu 'kan pemikirannya sedikit gila. Senang sekali melihat anak muridnya susah payah.

🦊🦊🦊

Yah! Enggak jadi tanding satu lawan satu.

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

1.7K 226 26
Memiliki kadar otak di atas rata-rata menimbulkan rasa bangga terhadap diri sendiri. Keinginan untuk terus menjadi yang teratas akan selalu hadir, me...
1.9M 148K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
115K 14.1K 113
"Kita punya tujuan yang sama Hel, bedanya lo ngelindungi gue untuk masa depan sedangkan gue melindungi lo dari masa depan" Setelah kematian kakak lak...
4.9K 1.1K 45
Tentang keseharian kelas XII-D dengan segala tingkah mereka. Cover : Canva Status : End Rilis : 18 Oktober 2021 Selesai : 16 Juni 2022