Half Beast

By BerlianLhegusa5

22.4K 2.9K 1.8K

Tentang Akira dan Fero, dua adik-kakak yang kehilangan orang tua saat umur mereka bahkan belum seberapa. Akir... More

Seaoson 1 [Utara dan Segala Keajaibannya]🦊
Satu🦊
Dua🦊
Tiga🦊
Empat🦊
Lima🦊
Enam🦊
Tujuh🦊
Delapan🦊
Sembilan🦊
Sepuluh🦊
Sebelas🦊
Dua Belas🦊
Empat Belas🦊
Lima Belas🦊
Enam Belas🦊
Tujuh Belas🦊
Delapan Belas🦊
Sembilan Belas🦊
Dua Puluh🦊
Duapuluh Satu🦊
Duapuluh Dua🦊
Duapuluh Tiga🦊
Duapuluh Empat🦊
Duapuluh Lima🦊
Duapuluh Enam🦊
Duapuluh Tujuh🦊
Duapuluh Delapan🦊
Duapuluh Sembilan🦊
Tiga Puluh🦊
Tigapuluh Satu🦊
Tigapuluh Dua🦊
Tigapuluh Tiga🦊
Tigapuluh Empat [Season 1 End]🦊
Season 2 [Kehancuran]
02. Satu🦊
02. Dua🦊
02. Tiga🦊
02. Empat🦊
02. Lima🦊
02. Enam🦊
02. Tujuh🦊
02. Delapan🦊
02. Sembilan🦊
02. Sepuluh🦊
02. Sebelas🦊
02. Dua Belas🦊
02. Tiga Belas🦊
02. Empat Belas🦊
02. Lima Belas🦊
02. Enam Belas🦊
02. Tujuh Belas🦊
02. Delapan Belas🦊
02. Sembilan Belas🦊
02. Dua Puluh🦊
02. Duapuluh Satu🦊
02. Duapuluh Dua🦊
02. Duapuluh Tiga [Season 2 End]🦊
03. Satu🦊
03. Dua🦊
03. Tiga🦊
03. Empat🦊
03. Lima🦊
03. Enam🦊
03. Tujuh🦊
03. Delapan🦊
03. Sembilan🦊
03. Sepuluh🦊
03. Sebelas🦊
03. Dua Belas🦊
03. Tiga Belas🦊
03. Empat Belas🦊
03. Lima Belas🦊
03. Enam Belas🦊
03. Tujuh Belas🦊
03. Delapan Belas🦊
03. Sembilan Belas🦊
03. Dua Puluh🦊
03. Dua Puluh Satu🦊
03. Dua Puluh Dua🦊
03. Dua Puluh Tiga [End]🦊

Tiga Belas🦊

375 55 21
By BerlianLhegusa5

💎Happy reading💎

Akira sudah lelah menunggu waktu yang katanya hanya dua puluh menit saja, tapi kaki Fero masih belum bisa digerakkan dengan leluasa. Sementara tangannya sendiri sudah bisa ia gunakan seperti sediakala. Namun, kenapa kaki Fero lama sekali sembuhnya?

Karena tak ingin membuang waktu terlalu lama, Akira memutuskan untuk menggendong Fero lagi saja. Tak ada gunanya bertahan di sini yang mungkin saja berbahaya. Salahkan Fero yang menyembuhkan diri seperti itu saja butuh waktu lama.

Fero juga hanya menurut saja saat Akira menyuruhnya naik ke punggung Akira. Anak itu hanya memasang wajah bersalah karena selalu menyusahkan Akira ke mana-mana. Namun, bagi Akira itu tidak masalah. Karena sebab inilah Akira meminta untuk satu kelompok dengan adiknya. Fero itu terlalu lemah dan Akira tak yakin orang lain bisa menghadapi sikapnya. Atau setidaknya mau direpotkan oleh Fero saat menjalankan misi dari Barara.

"Aku merepotkan, ya?" tanya Fero hati-hati, takut kakaknya kesal dan berakhir ia yang dimarahi.

"Sudah tahu, masih saja bertanya. Kau itu lebih merepotkan dari yang kukira."

Fero menggigit bibir dalamnya kuat-kuat. "Maaf!"

"Cih!"

Akira terus berjalan menelusuri hutan belantara. Sedikit menyesal karena tadi ia tak sempat bertanya pada wanita itu di mana bola itu berada. Akan tetapi, kalau Akira bertanya, apa iya makhluk itu akan memberikan jawabannya?

Akira bahkan tak tahu ke mana kini ia melangkah. Tak pernah terpikirkan pula jika saja tempat ini sangat berbahaya. Atau mereka berdua akan tersasar di sini dan tak lagi bisa pulang ke rumah Barara. Yang Akira pikirkan hanya mencari sebuah gua yang entah ada atau tidaknya di sana.

"Itu ... gua, ya?" tanya Akira ragu dengan penglihatannya.

"Kakiku sudah bisa digerakkan. Turunkan aku, Kak!"

Fero melompat dari punggung Akira. Kemudian memutar-mutar pergelangan kakinya dan berjalan mendahului Akira setelahnya. Saat tunjuk Akira tertuju pada satu gua di depan sana, Fero jadi bersemangat dan ingin masuk lebih dulu dari Akira. Dan Akira hanya bisa mengikuti dari belakang saja.

"Sepertinya bukan gua yang Barara ceritakan," kata Fero tampak kecewa saat mereka sampai di mulut gua.

"Kenapa?"

"Guanya terlalu pendek. Barara bilang guanya sangat tinggi dan tidak bisa dipanjat."

Akira terkekeh di tempatnya. "Dan kau percaya? Barara itu sedikit gila, jadi jangan terlalu percaya pada omongannya. Aku yakin kalau seandainya teka-teki Barara memang benar adanya. Berarti ini gua yang Barara maksud dan kita harus masuk ke sana untuk sampai ke tujuan. Ingat, tutup hidungmu!"

"Lewat atas saja kalau begitu," protes Fero.

"Mungkin kalau lewat atas tujuannya akan berubah. Barara mungkin saja sudah memberinya sihir, jadi kita harus tetap masuk ke dalam sana walau gua ini bisa kita panjat dengan mudah."

Pada akhirnya Fero menurut saja. Mengikuti Akira yang masuk lebih dulu darinya. Di dalam sana terlalu gelap dan tak ada apa-apa. Hanya sesekali terdengar tetesan air yang entah jatuh dari mana.

Namun, saat Fero menatap pada kain yang kakaknya sandang, ia terkejut melihat ada sesuatu yang bercahaya dari dalam sana. Cahayanya jadi terlihat jelas karena cahaya Matahari tak bisa masuk ke dalam gua.

"Kak. Sepertinya bola itu menyala."

Akira langsung mengeluarkan bola dari kain yang ia sandang. Kemudian mencerna apa yang terjadi sekarang. Lima detik setelahnya ia paham bahwa itu adalah sinyal akan adanya bola lain di sekitar sana. Kalau begitu bola yang mereka cari sudah semakin dekat dengan mereka.

Kini, di hadapan Fero dan Akira ada dua buah jalan yang berbeda. Yang mana satu di antaranya pasti jalan yang salah. Mereka saling pandang untuk mencari jawaban jalan mana yang akan mereka tempuh. Sampai akhirnya Akira sendiri yang memutuskan untuk memilih jalan kanan.

Namun, bola di tangannya seketika berhenti bercahaya dan Akira tahu kalau kini mereka menuju tempat yang salah. Kemudian lelaki itu menyuruh Fero berbalik arah dan masuk ke jalan kiri yang tadi Akira pikir adalah jalan yang salah.

Tak lama, bola itu kembali menyala dan dua bersaudara itu tersenyum melihatnya. Semangat sekali sampai Fero hampir terjatuh saat melompat kegirangan. Untunglah ada tangan Akira yang dengan cepat menahan.

Hampir sepuluh menit berjalan, mereka tiba pada tempat di mana ruangnya lebih lapang dari sebelumnya. Pada saat itu pula bola di tangan Akira berkedip cepat.

Mata Fero berbinar saat sebuah bola tampak oleh matanya. Anak itu langsung berlari dan mengambil bola itu untuk kemudian membawanya dalam dekapan.

"Ketemu."

Akira terkekeh lagi. "Tak kusangka 'tujuan' yang Barara maksud dalam teka-tekinya itu adalah gua itu sendiri. Pantas saja kesannya seperti Barara memaksa orang untuk memasuki gua. Karena tujuannya memang ada di dalam gua. Aku mau memastikan satu hal. Coba Fero kau berubah. Berikan bola itu kepadaku!"

Fero tidak mengerti, tapi tetap menurut saja dan mengubah bentuknya menjadi serigala seperti perintah Akira. Tak sampai lima detik, Akira sudah menyuruhnya berubah menjadi manusia kembali.

"Barara sialan. Kupikir memang tidak bisa menggunakan kekuatan apa-apa di sini. Buktinya kau masih bisa berubah wujud."

🦊🦊🦊

Sebelum kembali ke rumah Barara, dua bersaudara itu lebih dulu singgah ke rumah Kakek Pupa. Untuk menyerahkan kembali pisau yang Kakek Pupa pinjamkan. Serta berhenti sebentar untuk mengistirahatkan badan. Yang paling lelah di sini tentu Akira. Karena anak itu mengeluarkan tenaga lebih saat tadi menggendong Fero di punggungnya.

Nenek Pupa menyambut mereka dengan senyuman. Tampak bahagia sekali melihat Akira dan Fero pulang dalam keadaan baik-baik saja. Padahal Nenek Pupa begitu cemasnya. Sampai ia sering keluar masuk rumah hanya sekedar mengecek apakah dua bocah itu sudah kembali. Dan tepat saat mereka berdua kembali dari hutan, Nenek Pupa lantas tersenyum dan menarik napas lega setelahnya.

"Bagaimana? Apa kalian berhasil mendapatkannya?" tanya Nenek Pupa.

"Tentu saja, Nek. Kak Akira 'kan luar biasa," jawab Fero bersemangat. Membuat pipi Akira bersemu merah seketika.

"Woi! Apa-apaan kau?"

Akira menatap tajam ke arah Fero. Sementara yang ditatap hanya tersenyum sambil memutar-mutar bola matanya. Imut sekali sampai Akira ingin menendang kepalanya.

"Akira! Saudara itu harus kau pentingkan dari apa pun, jadi bisakah kau berjanji untuk selalu menjaga Fero? Kau mungkin akan sangat menyesal jika terjadi sesuatu padanya dan kau tidak bisa melakukan apa-apa. Untuk melindunginya, tentu saja kau harus menjadi lebih kuat."

Akira tidak paham kenapa tiba-tiba Nenek Pupa menyuruhnya berjanji untuk menjaga Fero. Padahal tanpa disuruh pun Akira pasti akan menjaganya. Tak perlu ada janji dengan Nenek Pupa. Walau begitu, Akira tetap mengangguk saja. Mengiyakan perkataan Nenek Pupa sembari berjanji pada diri sendiri untuk senantiasa ada untuk adiknya. Akira tahu kalau saja Fero kenapa-kenapa, ia pasti akan menyalahi dirinya sendiri. Dan Akira tak ingin semua itu terjadi. Itu artinya, mulai sekarang Akira harus menjadi lebih kuat lagi.

🦊🦊🦊

"Bola pertama!" pekik Barara saat Fero dan Akira bahkan masih jauh dari tempat kediamannya.

Pekik lantang Barara sukses membuat Fero dan Akira kaget dan tersenyum setelahnya. Jadi, mereka yang pertama pulang, ya? Akira jadi penasaran apa saja yang dilalui teman-temannya. Apa mereka sudah menemukan guanya atau belum?

"Lama sekali. Aku sudah bosan menunggu kalian pulang."

Akira mengangkat satu sudut bibirnya ke atas. Kemudian melemparkan dua bola hitam itu secara bersamaan. Yang Barara lakukan adalah langsung menangkapnya dengan ceketan. Aneh sekali melihat orang dengan mata tertutup, tapi bisa menangkap benda yang tak terlalu besar itu hanya dengan merentangkan kedua tangan. Seolah ia sudah memperkirakan dari mana bola itu akan datang dan ke mana bola itu akan melayang tanpa harus melihatnya.

"Padahal waktunya masih ada dua hari lagi dan kau bilang itu lama? Menyebalkan," protes Fero tak terima. Padahal anak itu sudah kegirangan karena mereka yang datang paling pertama, tapi sindiran Barara malah membuat kepala Fero mendidih seketika.

Barara hanya menanggapi dengan tawa menyebalkannya seperti biasa. Padahal Fero tak merasa ia mengatakan satu hal yang harus dihadiahi tawa. Padahal Fero tidak sedang melontarkan lelucon apa-apa. Sepertinya Fero lupa Barara itu orang seperti apa.

"Kalian hebat. Padahal kupikir kalian yang akan datang paling akhir, ternyata bukan."

"Kau terlalu meremehkan kami, Barara. Mungkin kau lupa kalau kami ini anak siapa," balas Fero dengan nada sombongnya.

Kali ini Barara kembali tertawa. Geli sekali melihat gaya bicara Fero yang sombongnya menyerupai Akira. Kalau seperti ini, dua anak Gerin benar-benar seperti mewarisi sifat sombong ayahnya.

"Anak Gerin, ya? Maaf karena sudah meremehkanmu, Fero, Akira."

"Aku bukan anak Gerin. Aku anak ibu," protes Akira. Entah kenapa setiap kali nama Gerin diseret ke dalam obrolan, Akira selalu merasa tak nyaman. Puing-puing ingatan menyakitkan itu begitu saja terbayang dan itu memuakkan.

"Padahal kau yang lebih banyak mewarisi sifatnya loh," kata Barara pada Akira.

"Bukan aku. Aku bahkan sudah lupa wajahnya seperti apa."

Bohong. Bagaimana mungkin Akira lupa wajah ayahnya jika setiap malam akan muncul bayangan Gerin saat ia akan memejamkan mata. Akira bahkan tidak bisa lupa bagaimana mata tajam Gerin menatapnya saat latihan di rumah. Atau bagaimana kerasnya suara Gerin saat melatihnya. Terakhir, Akira tidak pernah lupa saat mata abu-abu milik Gerin menatap penuh luka pada tubuh ibunya yang berlumuran darah. Kemudian tatap itu berubah menjadi ganas saat menatap pasukan Fazor yang berjejer di hadapan seperti semut merah.

Barara tahu betul kalau anak itu kecewa, tapi menurut Barara, Akira terlalu memaksakan kehendaknya. Barara yakin dalam diri anak itu masih tersimpan rasa sayang pada ayahnya. Hanya saja, kecewa yang anak itu punya lebih besar dan mengalahkan rasa lainnya. Anak itu terlalu memaksakan diri untuk membenci ayahnya. Padahal dengan begitu ia justru hanya berakhir menyakiti hatinya sendiri. Bahkan Barara dan anaknya---Ayumi---pun ikut masuk ke dalam daftar orang-orang yang Akira benci.

"Baiklah! Sepertinya kalian lapar. Ambillah satu nasi di tempat biasa."

🦊🦊🦊

Berikutnya akan kuceritakan keseruan yang dialami Torano (bocah dingin), Nujio (bocah paling imut), dan Ayumi (bocah paling asyik).

Continue Reading

You'll Also Like

449K 38.8K 43
HATI HATI! ISINYA ORANG SAKIT JIWA SEMUA cakra si anak manja, anak kesayangan, dan anak emas tiba tiba pindah ke raga anak yang memiliki kelainan jiw...
4.1K 344 7
Shiro Seorang Pelajar Berumur 18 tahun Sesaat setelah membeli Komik kesukaannya. iya mati tertrabak truk sebelum kematiannya ia berdoa kepada Tuhan b...
380 50 19
Jika dalam logika matahari dan bulan tidak bisa bersama, tapi ini berbeda. Mereka bersatu hingga hanya maut yang dapat memisahkan. Matahari dan bula...
972K 83.7K 52
[Baca Selagi On Going❗] Azriel Weizmann Pria yang berumur 24 tahun, mempunyai wajah yang tampan dan sifat yang dingin, cuek, irit bicara, dan pintar...