Half Beast

By BerlianLhegusa5

22.4K 2.9K 1.8K

Tentang Akira dan Fero, dua adik-kakak yang kehilangan orang tua saat umur mereka bahkan belum seberapa. Akir... More

Seaoson 1 [Utara dan Segala Keajaibannya]🦊
Satu🦊
Dua🦊
Empat🦊
Lima🦊
Enam🦊
Tujuh🦊
Delapan🦊
Sembilan🦊
Sepuluh🦊
Sebelas🦊
Dua Belas🦊
Tiga Belas🦊
Empat Belas🦊
Lima Belas🦊
Enam Belas🦊
Tujuh Belas🦊
Delapan Belas🦊
Sembilan Belas🦊
Dua Puluh🦊
Duapuluh Satu🦊
Duapuluh Dua🦊
Duapuluh Tiga🦊
Duapuluh Empat🦊
Duapuluh Lima🦊
Duapuluh Enam🦊
Duapuluh Tujuh🦊
Duapuluh Delapan🦊
Duapuluh Sembilan🦊
Tiga Puluh🦊
Tigapuluh Satu🦊
Tigapuluh Dua🦊
Tigapuluh Tiga🦊
Tigapuluh Empat [Season 1 End]🦊
Season 2 [Kehancuran]
02. Satu🦊
02. Dua🦊
02. Tiga🦊
02. Empat🦊
02. Lima🦊
02. Enam🦊
02. Tujuh🦊
02. Delapan🦊
02. Sembilan🦊
02. Sepuluh🦊
02. Sebelas🦊
02. Dua Belas🦊
02. Tiga Belas🦊
02. Empat Belas🦊
02. Lima Belas🦊
02. Enam Belas🦊
02. Tujuh Belas🦊
02. Delapan Belas🦊
02. Sembilan Belas🦊
02. Dua Puluh🦊
02. Duapuluh Satu🦊
02. Duapuluh Dua🦊
02. Duapuluh Tiga [Season 2 End]🦊
03. Satu🦊
03. Dua🦊
03. Tiga🦊
03. Empat🦊
03. Lima🦊
03. Enam🦊
03. Tujuh🦊
03. Delapan🦊
03. Sembilan🦊
03. Sepuluh🦊
03. Sebelas🦊
03. Dua Belas🦊
03. Tiga Belas🦊
03. Empat Belas🦊
03. Lima Belas🦊
03. Enam Belas🦊
03. Tujuh Belas🦊
03. Delapan Belas🦊
03. Sembilan Belas🦊
03. Dua Puluh🦊
03. Dua Puluh Satu🦊
03. Dua Puluh Dua🦊
03. Dua Puluh Tiga [End]🦊

Tiga🦊

727 91 32
By BerlianLhegusa5

💎Happy reading💎

Umur Akira masih 11 tahun, tapi ia dipaksa untuk bertahan hidup tanpa kedua orang tua. Ditambah lagi ada satu adik yang harus ia jaga. Umur mereka hanya terpaut dua tahun saja, tapi adiknya itu benar-benar masih polos dan tak bisa melakukan apa-apa. Itu artinya semua harus Akira yang melakukannya. Mulai dari bagaimana cara mencari makanan agar mereka tak kelaparan, sampai memikirkan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

Untunglah hari ini takdir berpihak pada Akira. Karena kali ini ia bisa meyakinkan salah satu penduduk di sana bahwa ia bisa bekerja. Akira meyakinkan seorang lelaki tua kalau ia bisa melakukan apa saja. Lelaki itu hanya tersenyum saat tadi Akira meminta pekerjaan kepadanya, kemudian menyuruh Akira membantunya membawa pupuk dari kandang sapi ke ladangnya.

"Apa kau lelah, Nak?" Setelah berulang membawa pupuk hampir sepuluh kali, lelaki yang sudah berumur 65 tahun itu bertanya pada Akira. Sembari mengalap peluh yang membasahi wajahnya.

Hari ini begitu panas. Membuat lelaki tua itu merasa lelah walau bekerja belum seberapa.

Akira menatap lelaki tua yang menyuruh Akira memanggilnya Kakek Pupa. Akira bisa melihat bagaimana Kakek Pupa begitu kelelahan saat ini, kendati Akira belum merasakan apa-apa.

"Tidak ... aku tidak lelah sama sekali. Aku sudah terbiasa berlatih. Kalau Kakek lelah, Kakek bisa mempercayakan pupuk yang masih tersisa padaku saja. Aku akan menyelesaikannya," balas Akira. Semangat sekali sampai mengundang senyum di bibir Kakek Pupa.

"Kakek kira kau ini lemah, soalnya kulitmu terlalu putih. Kakek kira dulu kau selalu di rumah dan tak pernah mengerjakan pekerjaan berat, tapi ternyata kakek salah."

"Tidak apa-apa, Kek. Orang-orang juga beranggapan seperti itu saat melihatku pertama kali. Kakek istirahat saja, biar aku yang mengangkut sisanya."

Kakek Pupa mengangguk menyetujui, lalu berjalan ke bawah pohon beringin yang tumbuh di sebelah kiri. Duduk di bawah pohon untuk mengistirahatkan tubuhnya yang letih. Sembari mengibaskan topi besar yang tadi ia pakai.

Sementara Akira kembali berjalan ke kandang sapi milik Kakek Pupa, mengangkut kembali pupuk-pupuk yang tertumpuk di samping kandang. Pupuk yang tersisa masih banyak, tapi Akira benar-benar tak mempermasalahkannya. Karena bagi Akira, semua seperti latihan yang selama ini ayah berikan padanya. Malah apa yang ia lakukan sekarang belum seberapa. Diam-diam Akira bersyukur karena dilatih keras oleh ayah selama ini. Karena dalam keadaan seperti sekarang Akira baru sadar kalau kekuatan itu lebih penting dari segalanya.

🦊🦊🦊

Akira baru selesai dengan semua pekerjaannya. Maka dari itu, Kakek Pupa menawarkan Akira untuk singgah terlebih dahulu ke rumahnya. Akira menyanggupi karena merasa segan menolak tawaran Kakek Pupa.

Rumah Kakek Pupa tak terlalu jauh dari kandang sapi, hanya perlu berjalan beberapa langkah saja dan mereka sudah tiba di rumah Kakek Pupa.

Dari jarak yang tak lagi seberapa, Akira bisa melihat seseorang yang tertidur di teras papan rumah Kakek Pupa. Butuh dua detik untuk Akira tahu bahwa yang terlelap di sana adalah adiknya. Akira bahkan tak tahu kenapa Fero bisa ada di sana. Karena saat Akira pergi dari rumah, Fero ia suruh berdiam diri saja di rumah, tapi kenapa anak itu justru berada di rumah Kakek Pupa?

"Ah, anak ini?" tanya Kakek Pupa dengan dahi berkerut, memperhatikan Fero yang tertidur lelap di teras rumahnya.

Pintu rumah tiba-tiba dibuka dari dalam. Menampilkan wanita tua yang langsung tersenyum saat melihat Akira dan Kakek Pupa. Dia Nenek Pupa, istri Kakek Pupa. Akira juga sudah berkenalan dengannya tadi pagi.

"Katanya namanya Fero ... adiknya Akira," ujar Nenek Pupa sebelum Kakek Pupa bertanya perihal Fero padanya.

Kakek Pupa mengangguk tanda mengerti. "Kenapa dibiarkan tidur di luar?"

"Tadi sudah ibu suruh masuk, tapi Fero menolak. Katanya di luar saja. Dia mau menunggu Akira katanya. Tau-tau Fero tertidur."

Akira hanya diam sambil memperhatikan Fero yang tertidur lelap di depannya. Padahal Akira tahu betul kalau Fero tak suka tidur siang. Sepertinya Fero kelelahan menunggu Akira dan berakhir tertidur di sana. Kasihan juga.

"Maaf, Kek. Sepertinya aku sampai sini saja. Kasihan Fero yang sudah menunggu lama. Aku langsung pulang saja." kata Akira.

"Begitu? Baikalah ... tunggu di sini sebentar. Kakek ambilkan beras untuk upah kerjamu."

"Baik. Terima kasih, Kek."

Setelahnya Akira berpindah pada Fero yang sama sekali tak terusik dengan bising disekitar. Kemudian menepuk-nepuk pipi Fero agar anak itu terbangun dari tidurnya, tapi sepertinya tidur Fero baru saja pulas dan Akira jadi ragu untuk membangunkannya.

Saat Kakek Pupa membawakan Akira beras yang dibungkus kain coklat, Akira langsung menerimanya dan berterima kasih setelahnya. Akira lantas menyuruh Fero untuk naik ke pungungnya. Akira yakin Fero tak betul-betul terjaga saat ia naik begitu saja ke punggung Akira. Terbukti saat Akira mulai berjalan dengan Fero di punggung dan beras yang ia ikat di bahu, Akira bisa merasakan bagaimana Fero mendengkur di punggungnya.

"Padahal aku membencimu 'kan, Fero? Tapi kenapa rasanya berat sekali membencimu?"

Akira tahu pertanyaannya hanya akan menguar di udara. Maka ia tak perlu repot-repot menunggu jawaban pertanyaannya dari siapa-siapa. Lelaki itu lantas melanjutkan langkah yang sempat berhenti beberapa detik lamanya.

🦊🦊🦊

Saat Fero membuka mata, yang ia lihat pertama kali adalah dinding-dinding lapuk rumah mereka---rumah tua yang sebenarnya entah milik siapa. Kemudian anak itu mengedarkan pandangan dan mendapati Akira memasak tak jauh dari posisinya. Padahal seingat Fero tadi ia pergi mengikuti Akira diam-diam dan berakhir dengan ia yang menunggu di rumah Kakek Pupa. Fero ingat saat itu ia menunggu Akira sambil sesekali bertegur sapa dengan orang-orang yang lewat di depan rumah Kakek Pupa. Atau kadang-kadang Nenek Pupa yang berseru menyuruh Fero untuk menunggu Akira di dalam rumah saja, tapi Fero menolak dan tetap menunggu di luar sambil berbaring. Setelah itu Fero tak lagi mengingat apa-apa. Dan sekarang ia justru sudah berada di rumah saja.

"Tadi aku ketiduran, ya, Kak?" tanya Fero sambil berjalan mendekati Akira.

"Kenapa mengikutiku? Aku 'kan sudah menyuruhmu untuk diam di rumah."

"Aku bosan di rumah terus, Kak. Aku juga ingin---"

"Kau ini menganggapku apa? Kenapa tidak menuruti perintahku? Kau pikir seminggu ini siapa yang memberimu makan? Kau pikir cari makanan itu mudah?"

Fero tahu kalau kini Akira memarahinya, tapi Fero sama sekali tak merasa kalau apa yang ia lakukan adalah salah. Jadi, kenapa Akira tetap memarahinya? Apa Fero benar-benar harus di rumah saja tanpa melakukan apa-apa?

"Maaf, Kak," katanya sambil menundukkan kepala.

Akira menarik napas lelah. Hidup berdua seperti ini benar-benar terasa menyiksa. Kalau dipikir-pikir Akira seperti menjadi seorang ayah yang berjuang mati-matian untuk menghidupi satu anaknya. Padahal di usianya yang sekarang seharusnya Akira masih bisa menghabiskan hari dengan bermain bersama teman-temannya. Bukan malah memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup dari hari ke hari.

"Aku sudah putuskan kalau besok kita cari orang itu. Walau aku tahu pasti susah mencari keberadaannya dan aku tak yakin bisa menahan diri kalau benar-benar bertemu dengannya."

Fero yakin ia tak sedang salah dengar, maka bocah itu langsung berteriak kegirangan. Fero sendiri tak tahu kenapa dirinya sangat bahagia mendengar keputusan Akira. Rasanya ada satu hal baik yang sedang menanti mereka. Semoga apa yang Fero rasa, benar adanya. Karena sejatinya hari esok akan selalu menjadi rahasia.

"Benarkah? Kalau begitu ayah pasti senang. Aku jadi penasaran bagaimana wajah orang itu. Kira-kira umurnya berapa, ya, Kak?"

"Mana aku tahu. Kau kira aku ini peramal? Padahal kita belum tentu bisa menemukannya."

🦊🦊🦊

Pagi hari, saat tetangga bahkan belum terjaga seluruhnya, Fero dan Akira sudah selesai mempersiapkan apa saja yang mereka butuhkan. Perjalanan ke Utara pasti akan menghabiskan banyak waktu, Akira tak yakin, tapi pasti begitu. Terlebih lagi Akira sama sekali tak tahu Utara itu sebelah mana.

Maka dari itu Akira dan Fero pergi ke rumah Kakek Pupa pagi-pagi buta. Tak peduli dengan kegiatan pagi Kakek Pupa yang akan terganggu karenanya. Bukan Akira tak peduli, ia hanya ingin mengumpulkan beberapa informasi. Yang mungkin bisa ia dapat dari Kakek Pupa dan Sang Istri.

"Ini kalian mau ke mana? Kenapa seperti mau pergi jauh begini?"

Belum sempat Akira memanggil dan mengetuk pintu, Kakek Pupa lebih dulu muncul dari arah samping rumah. Sepertinya Kakek Pupa sudah mulai bekerja pagi-pagi buta. Terlihat dari bagaimana peluh yang menempel di wajahnya.

"Kita mau bertanya, sekaligus pamitan sama Kakek." Itu Akira yang menjawab, sementara Fero asyik menghitung jumlah anak ayam yang masih terkurung dalam kandang. Kandang yang transparan membuat Fero bisa lebih leluasa memandang.

"Kalian mau pergi? Padahal masih baru di sini, tapi sepertinya di sini kurang cocok untuk kalian, ya. Ah, memangnya kalian mau pergi ke mana?"

"Ke Utara. Sebelum pergi, ayah berpesan. Menyuruh kami untuk pergi ke Utara, tapi aku tak tahu sekarang berada di mana. Waktu itu aku berjalan sembarang arah."

Ada bentuk keterkejutan dari bagaimana Kakek Pupa menanggapi. Terlihat jelas dari cara kerja bola mata Kakek Pupa yang seketika meliar mencari pengalihan atensi.

"Sebelum ke sini, kalian dari mana?"

"Ee--eeh ... aku tidak tahu, Kek. Waktu itu aku hanya berjalan lurus ke kiri?" Akira sendiri ragu dengan jawabannya, jadi yang anak itu lontar justru seperti pertanyaan.

"Sepertinya ada beberapa point penting yang belum kalian ketahui. Lebih baik Kakek jelaskan beberapa hal."

Setelahnya Kakek Pupa mengajak Akira dan Fero untuk duduk di teras rumah. Bersila dengan Kakek Pupa yang duduk di hadapan Fero dan Akira. Kemudian Kakek Pupa mulai menjelaskan point-point penting yang benar-benar belum diketahui.

Dan di sinilah semua perjalanan yang mengerikan, sekaligus menyenangkan bagi Akira dan Fero dimulai.

🦊🦊🦊

Entah kenapa membuat narasi untuk fantasi sedikit susah. Aku jadi kehabisan kata-kata. Intinya, maaf kalau ada kata-kata yang tidak enak dibaca.

Continue Reading

You'll Also Like

4.5K 1K 51
Genre: comedy, teenfiction, humor, no-roman, kekeluargaan Penasaran langsung aja baca🖤 Tentang sebuah persahabatan, kekeluargaan, yang membutuhkan...
1.8M 101K 25
❝Apakah aku bisa menjadi ibu yang baik?❞ ❝Pukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.❞ ©bininya_renmin, 2022
2.9M 185K 46
[Part lengkap] Blur : Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang...
2.3M 169K 49
Ketika Athena meregang nyawa. Tuhan sedang berbaik hati dengan memberi kesempatan kedua untuk memperbaiki masa lalunya. Athena bertekad akan memperb...