27 :: Membahagiakan.

Start from the beginning
                                    

Kali ini, Yona yang dibuat membeku. Pikirannya kosong seketika. Dengan pelukan yang kian mengerat tanpa celah, ia bisa mendengar detak jantung Dave yang seakan ingin meledak di dalam sana.

"Selamat, Yona. Saya turut merasa bahagia mendengarnya," ujar Dave lembut, sukses menciptakan debaran aneh yang kuat di dada Yona.

Yona tidak mengerti, namun rasa kali ini sangat menguasainya. Gadis itu tidak membalas, ia seolah lupa pada segalanya. Sementara Dave, ia terus memeluk Yona dan tidak peduli pada sekitar. Untuk pertama kalinya, ia melihat Yona benar-benar tersenyum tanpa menutupi apapun lagi.

Selama mengenal Yona, di antara semua harapan Dave untuk gadis itu, ia ingin melihat Yona tersenyum lepas seperti ini. Harapannya kini perlahan terkabul, membuat Dave merasa pantas di sisi Yona sekarang.

Berusaha kuat tersadar, Yona langsung melepaskan pelukan mereka cepat hingga tubuh Dave hampir terjungkal ke belakang jika saja mobilnya tidak menahan. Dave tentu terperanjat kaget, sedangkan Yona lantas menunduk. Suasana tiba-tiba berubah drastis. Yona kini tidak mampu mengangkat pandang, ia sibuk mengutuk diri sembari menyembunyikan rona merah di pipinya yang sangat memalukan.

Apa yang tadi ia lakukan? Memeluk Dave erat bagaikan drama yang dramatis? Bagaimana bisa ia terbawa suasana hingga berani melakukan itu?!

Untuk kali ini, Yona ingin ditelan bumi saja.

Mereka berdua kembali membisu. Yona benar-benar tidak berhenti mengumpat. Ia baru sadar jika tindakannya beberapa menit yang lalu begitu menggelikan. Berdehem, Yona tersenyum kecil menyamarkan kegugupannya.

"Kita langsung berangkat aja, yuk," ajaknya mengalihkan perhatian. Tidak membiarkan Dave berbicara, Yona buru-buru masuk ke dalam mobil.

Dave menurut. Ia terus mengunci mulut hingga mobilnya mulai bergerak menuju sekolah. Lelaki itu juga menyadari jika tindakannya tadi sangat berbahaya dan bisa membuat Yona marah lagi padanya. Namun untungnya, ia bisa bernapas lega karena Yona tidak juga mengatakan apa-apa lagi. Gadis itu terus diam sembari memainkan ponselnya berupaya terlihat sibuk.

"Sialan! Bisa-bisanya gue sok drama kek tadi?! Apaan coba?! Mampus, 'kan, lo sekarang!" umpat Yona dalam hati. Ia mencoba melirik Dave yang fokus menyetir. Sesekali kening lelaki itu berkerut mencerna segala umpatan Yona.

"Semoga Dave nggak mikir apa-apa. Berdosa banget lo bikin anak orang makin berharap! Goblok banget, sih, gue!" Yona terus bergerutu kesal. Ia bergerak tidak nyaman di tempatnya.

"Yona," panggil Dave tiba-tiba, membuat Yona seketika tersentak.

"Hah? Apa?"

"Saya paham jika pelukan tadi hanya sebuah pelukan biasa karena kamu begitu bahagia. Kamu tidak usah khawatir, Yona. Saya tidak salah paham. Kamu tenang saja."

Yona tertegun sesaat, lalu cepat-cepat mengangguk mengerti. Yona menggigit bibirnya menahan diri. Ia merasa tidak sanggup jika terus terjebak bersama Dave dengan kecanggungan yang begitu pekat. Selama hidup Yona, ia tidak pernah segugup ini karena seorang lelaki. Yona mengambil napas banyak-banyak, berupaya menenangkan diri. Beberapa menit berlalu tanpa suara, hingga tak terasa mereka pun hampir tiba di sekolah.

Ketika mobil Dave berhenti, Yona mengehela napas lega lalu segera keluar. Namun, langkah buru-burunya harus kandas karena Dave memanggil.

"Yona, kamu marah pada saya?" tanya Dave mengejar.

"Marah sama lo? Ngapain?" balas Yona cepat. Perhatian murid-murid yang baru datang ke sekolah langsung teralihkan pada mereka berdua. Baru saja Yona ingin menghampiri Dave agar lelaki itu segera berhenti berbicara, Dave justru duluan melanjutkan ucapannya yang membuat semua orang sontak berseru heboh.

BeautifuloveWhere stories live. Discover now