27 :: Membahagiakan.

Start from the beginning
                                    

Setelah mengetahui segalanya, Yona sejujurnya masih takut untuk berharap sepenuhnya. Linda memang melakukan itu, namun masih banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Meskipun begitu, hal ini sudah lebih dari cukup untuk Yona merasa sangat bahagia.

Yona mengambil napas banyak-banyak, udara pagi ini terasa lebih mendamaikan. Matahari masih malu-malu menampakkan diri namun Yona sudah berangkat ke sekolah. Mengeratkan jaket yang ia pakai, langkahnya harus terhenti ketika melihat Dave yang berdiri menunggunya di tempat biasa mereka bertemu untuk berangkat bersama.

Mengetahui Yona sudah datang, Dave langsung bersiap. Ia tidak bergerak menatap Yona yang terdiam juga menatapnya. Setelah hari itu, Yona tidak pernah menghubungi Dave seharian. Beberapa saat mereka berdua saling membisu. Namun detik kemudian, Yona kembali mengambil langkah besar menghampiri Dave.

"Yona, saya—"

Tidak membiarkan Dave duluan mengatakannya, Yona seketika berjinjit memeluk Dave erat. Sukses membuat tubuh Dave membatu detik itu juga.

"Maaf ...," lirih Yona penuh rasa bersalah.

Kata-kata yang telah Dave persiapkan mendadak tenggelam. Segala niat yang ada di pikirannya melebur begitu saja. Dengan posisi seperti ini, dunia Dave seakan berhenti berputar.

"Gue beneran minta maaf. Maafin gue karena kemarin gue marah-marah sama lo. Gue udah bentak-bentak lo. Padahal lo sama sekali nggak salah. Maafin gue, Dave."

Mata Yona berkaca-kaca manahan tangis. Selama mengenal Dave, ia hanya terus berbuat buruk pada lelaki itu. Sementara Dave terus saja membalasnya penuh ketulusan. Dan Yona tidak bisa lagi membiarkan Dave mengatakan maaf padanya. Dave tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Lelaki itu selalu melakukan yang terbaik.

"Gue beneran enggak bermaksud bikin lo sakit hati, gue cuma terlalu emosi. Maafin gue ...," ujar Yona pelan mengeratkan dekapan. Dave masih membeku, ia seolah tidak tahu harus bagaimana. Namun, semua sesak dari rasa bersalahnya pada Yona kini perlahan luntur begitu saja.

Menggerakkan tangannya, Dave beranikan diri membalas pelukan Yona. "Tidak apa-apa, Yona. Saya baik-baik saja."

Yona menggeleng. Ia masih betah memeluk Dave tanpa sadar. Kemudian perlahan melepaskan pelukan itu. "Baik-baik gimana kalau muka lo kusut begitu? Lo enggak tidur semalaman?" tanyanya khawatir.

Dave mengulas senyum. Berusaha terlihat lebih baik namun nyatanya raut kelelahan itu tidak hilang dari pandangan Yona. "Saya tidur. Kamu tenang saja, Yona. Bagaimana denganmu?" tanya Dave memperhatikan Yona baik-baik.

"Gue baik-baik aja, kok." Yona tersenyum membalas.

"Benarkah?" Dave memastikan. Ia menatap mata Yona yang masih bengkak.

Mengangguk semangat, senyuman Yona melebar. "Lo enggak usah khawatir. Bahkan gue baik banget hari ini! Lo tau? Mama gue ternyata masih peduli sama gue!" cerita Yona ceria. Matanya sampai menyipit.

"Lo bener, Dave. Ini yang terbaik buat gue. Kalau lo nggak ngelakuin ini, gue pasti nggak tahu kalau ternyata gue masih ada harapan!" Dave tidak berbicara. Ia sibuk memandangi wajah merona Yona yang penuh kebahagiaan. Mata gadis itu berkaca-kaca lagi. Perasaan Yona benar-benar penuh saat ini.

"Rasanya ... gue seperti ikhlas kalau gue harus pergi detik ini juga. Beban gue semuanya terasa hilang seketika. G-ue terlalu bahagia sekar-ang." Tubuh Yona bergetar menahan tangis yang ingin meledak. Ia menatap Dave yang belum merespon. Kemudian, saat air mata Yona mengalir, Dave langsung menarik tubuh Yona masuk ke dalam dekapan eratnya.

BeautifuloveWhere stories live. Discover now