First Mistake, First Shot 📍

4.3K 370 4
                                    

Xavier merasakan aura serius dengan apa yang akan Grandpa bicarakan kali ini. Tidak seperti biasanya Grandpa membawanya pergi ke ruangan khusus yang kedap suara ini. Sepertinya ada hal penting yang ingin dibicarakan.

"X.. Aku sudah menemukan dalang dibalik semua kekacauan ini." Grandpa membuka suaranya.

"Who?"

"Siapa lagi kalau bukan Rhisand? Dia yang menjadi tokoh utama penyebab semua kekacauan ini."

Jemari Xavier terkepal menahan emosi. Dia sungguh ingin membunuh Rhisand sialan itu. Andai Grandpa tidak melarangnya, Xavier pasti sudah menyerang Moscow sejak dulu. Dia ingin memporak porandakan markas Rhisand di Moskow dan membunuh semua orang yang berada di sana tanpa tersisa satu pun. Dia sungguh membenci makhluk sialan yang satu itu.

"Explain more." Pinta Xavier ketika dia memejamkan untuk mencoba menurunkan emosinya. Christian kemudian mengambil alih untuk memberi penjelasan.

"Tuan, kita semua tahu kalau Rhisand adalah rival kita sejak dulu. Dan seperti yang kita ketahui, Rusia adalah salah satu negara pencipta senjata terbaik di dunia. Mereka juga bisa membuat bom dan menciptakan berbagai senjata biologis. Rhisand dengan otak liciknya itu, dia menawarkan aliansi dengan para pimpinan SE di negara lain dengan syarat mereka harus memberi anda satu serangan bebas. Entah darat atau udara. Entah langsung kepada anda atau orang terdekat anda."

Xavier berdecih mendengarnya. Mata gelapnya berkilat marah. Pertanda sosok monster di dalam dirinya telah dibangkitkan.

"Penembak jitu itu, dia adalah suruhan Hendrick dari Belanda. Dan mafia Miami itu, dia adalah teman dari Leonardo dari Jerman. Beberapa waktu yang lalu Theodore juga mengabariku kalau anda mendapat teror melalui sebuah drone di Jepang. Itu adalah drone buatan Tesla dari Australia. Dia telah berhianat dari dirimu tuan." Christian telah mengakhiri laporannya dan menyisakan keheningan diantara mereka bertiga.

Semua diam dengan pikiran mereka masing masing sampai Grandpa yang membuka suara lebih dulu. "Rhisand telah mengibarkan bendera perang denganmu, X. Kau tidak punya pilihan selain menyerangnya. Dan untuk kali ini, jika kau memang ingin membunuhnya, ku beri kau ijin untuk itu."

Dada Xavier seperti penuh oleh desakan bara semangat. Api balas dendam telah dikobarkan kembali di dalam dirinya. Xavier bersumpah tidak akan melepaskan Rhisand sampai dia sendiri yang akan mengakhiri hidupnya.

"Tapi, X---" Grandpa sengaja menggantungkan kalimatnya membuat Xavier menatap Grandpa.

"Kau tidak bisa menyerangnya begitu saja. Kau butuh aliansi untuk memperkuat pasukan dan kekuasaanmu, X."

"You're right, Grandpa. But who?"

"Leader of Asian shadow economy."

"Why Asian?"

"Karena kesetian orang orang asia sangat tinggi. Dan mereka sangat lemah terhadap hutang budi. Bantu mereka, dan mereka akan menyerahkan segalanya padamu."

Xavier tampak berpikir. Benar juga apa yang dikatakan Grandpa. Lebih banyak orang, lebih kuat kekuasaannya. Jika dia bisa menundukkan para pemimpin lain dibawah kekuasaannya, maka akan jauh lebih mudah menyingkirkan Rhisand dari posisinya sekarang.

Christian mengangguk dan menimpali, "Selain itu, membawa Asia di bawah pimpinan tuan akan menjadi hal yang tepat. Meskipun Russia memang menjadi gudang senjata, namun persatuan dari semua wilayah yang sudah tuan kuasai dan Asia akan menjadikan kita lebih kuat dari mereka. Lagipula taktik semacam ini sangat menguntungkan jika kita berhasil meruntuhkan Rhisand. Tuan akan menjadi yang terkuat di Eropa sekaligus Asia."

DARK Eyes Prince [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora