More Burden, More Pleasure 📍

6.1K 535 4
                                    

I slept in the car.

Entahlah. Mungkin karena terlalu lelah.

Aku baru terbangun ketika merasakan sentuhan tangan seseorang membelai pipiku.

"C'mon." Xavier mengajakku turun dari mobilnya.

Wait!!

Ada Grandpa disana. Berdiri di depan pintu rumah Xavier, menunggu kedatangan kami. Grandpa berdiri bersama Cristian dan.... Who is he?

Seorang pria tampan--tidak setampan Xavier memang. Tapi kurasa pesonanya tidak kalah kuat dengan pesona Xavier. Usianya kurasa juga sebaya atau lebih tua beberapa tahun saja dengan Xavier.

"Who is he?" Aku bertanya kepada Xavier ketika dia menggenggam tanganku untuk menghampiri mereka.

Xavier memilih diam dan tidak menjawab. Oh, baiklah. Nanti aku pasti akan tau siapa dia.

"X.. Everybody safe?" Grandpa bertanya kepada Xavier begitu kami sampai di hadapan mereka.

"Ya."

"Archie sudah kembali dari London. Semuanya sudah dia bereskan setelah kau pulang lebih dulu kemari."

"Tuan.." Oh, dia yang dimaksud Grandpa bernama Archie. Dia tersenyum sopan dan sedikit membungkuk kepada kami.

"Semuanya bersih, Ar?" Xavier bertanya kepada Archie.

"Absolutely, Sir. Semuanya tidak ada yang tertinggal di London. Berkas berkas penting sudah saya bawa kemari."

"Mari kita ke dalam. Ada yang ingin Grandpa bicarakan."

"Biarkan aku ikut bersama kalian." Aku yang sedari tadi diam kini turut angkat bicara.

"Apa tidak sebaiknya kau istirahat, Megg?" Grandpa memberiku saran. Tidak! Aku tidak mau hanya diam, tidur, dan tidak tahu apa apa. Aku ingin tahu semuanya.

"Meng ikut bersamaku." Oh, Xavier membelaku dengan tegas.

Grandpa terkekeh dan akhirnya membiarkanku ikut masuk.

And here we are.

Di salah satu ruangan yang tertutup di dalam rumah Xavier.

Kami semua duduk di sofa yang ada di sana. Sekarang apa yang akan mereka bicarakan?

"Penyerangan di sekolah." Grandpa membuka suara.

Seketika aku melihat tangan Xavier terkepal. Kilatan amarah terlihat di matanya. Auranya menjadi begitu kelam dan menakutkan.

Tidak, Megg. Bukan saatnya takut. Xavier tidak akan suka melihatmu ketakutan.

"Archie, jelaskan apa yang sudah kau selidiki." Grandpa meminta Archie meneruskan.

"Penembak yang menyerang sekolah adalah seorang penembak jitu. Dia tidak memiliki tuan. Jadi, bisa dikatakan dia adalah orang suruhan."

"Who pay for it? Rhisand's Family again?"

"Bukan, tuan. Anak buah Rhisand sudah kita serang balik kemarin dan bisa dipastikan mereka sudah kembali ke Moscow karena kehabisan amunisi. Disisa perlawanan kemarin mereka menggunakan geranat dan tidak lagi menembak." Christian memberikan pendapat dari analisisnya.

"Lalu siapa dia?"

"Dia sungguh setia kepada orang yang membayarnya tuan. Kami berhasil meringkusnya namun dia justru menembak dirinya sendiri ketika kami mengintrogasi."

Brak!!

Xavier menggebrak meja dengan sangat keras, membuatku terkejut. Oh, hanya aku yang terkejut. Sepertinya yang lain sudah terbiasa dengan Xavier yang tiba tiba meledak seperti ini.

DARK Eyes Prince [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt