Two Possibilities, Two Kidnappings 📍

3.1K 329 8
                                    

Kidnapping.

Itulah hal yang pertama kusadari setelah aku membuka mata. Aku tidak tahu apakah aku pingsan atau tertidur. Seingatku, aku tertidur di pelukan Xavier semalam. Tapi entah kenapa aku bisa terbangun disini.

Dark.

Tidak ada yang bisa ku tatap di dalam kegelapan ini. Yang aku tahu hanyalah aku sedang berada di sebuah ruangan kosong. Dinding tempat ku bersandar dan lantai tempat ku bersimpuh terbuat dari kayu. Aku tidak tahu pasti aku sedang berada dimana.

Kedua tangan dan kaki ku memang tidak terikat. Namun ruangan kosong dan gelap ini sudah cukup membuatku sadar bahwa aku sedang diculik.

Cold.

Dingin begitu menusuk kulit ku yang masih mengenakan piyama tidur. Meskipun aku berada di dalam ruangan, namun suhu udara di sini masih terasa dingin. Bahkan lantai dan dinding kayu disini pun juga terasa dingin.

Tangan ku bergerak mengentuh jari jari kaki ku. Sangat dingin. Lebih dingin dari jari jari tangan ku. Aku hanya bisa berharap semoga aku bisa bertahan selama mungkin. Setidaknya sampai aku menemukan titik terang dari apa yang sedang terjadi padaku sekarang.

Pukul berapa sekarang? Apa sudah pagi? Siang? Atau justru masih malam? Dimana aku berada? Siapa yang melakukan hal ini padaku? Dan apa yang si pelaku inginkan dari menculik ku? Apa Xavier tahu jika aku sedang diculik?

Pertanyaan pertanyaan itu berputar dikepala ku. Menambah rasa pening yang sedikit demi sedikit mulai terasa.

Aku harus bergerak, itu hal kecil yang ku tahu. Setidaknya agar tubuhku tidak membeku karena kedinginan.

Aku masih memiliki cukup tenaga untuk bangkit. Setiap sudut ruangan ini mulai ku kelilingi agar tubuhku mengeluarkan panas dan tidak mengalami hipotermia.

Aku menemukan sebuah lubang kecil di salah satu dinding ketika aku tak sengaja menyentuhnya. Dengan inisiatif yang ku punya, tubuhku sedikit membungkuk untuk mengintip apa yang ada di balik dinding ini.

Lautan.

Hanya itu yang bisa ku lihat. Hamparan lautan biru yang masih sedikit membeku. Lubang ini terlalu kecil hingga membatasi jarak pandang ku. Apa aku berada di tengah laut? Di tepi dermaga atau pelabuhan? Aku sungguh tidak tahu.

Am I afraid?

Yang benar saja! Aku tidak takut. Semenjak hari dimana dibawah hujan deras dan Petir yang menyambar aku berjanji pada Xavier untuk tidak takut lagi, aku benar benar tidak takut pada apapun. Pada ancaman yang menyerang dan pada luka yang akan membuatku kesakitan. Aku tidak takut.

Bahkan saat penyerangan di Hong Kong waktu itu aku sama sekali tidak merasa takut. Meski Archie dan Xavier tidak melindungiku waktu itu, aku tidak takut dan berusaha berlindung dengan sendirinya. Justru waktu itu aku hendak menghampiri Xavier dan membantunya melindungi little one, namun Archie melarangku karena pelaku masih berada di area itu.

Yang ku takutkan hanya satu: kehilangan Xavier. Hanya satu rasa takut itu yang belum bisa ku hilangkan. Oh, kurasa tidak akan pernah bisa hilang.

Xavier, cepat temukan aku.

Aku tahu kau pasti akan menemukan ku. Bukankah biasanya juga seperti itu? Cepatlah datang, X. Aku menunggu mu.

"Meng."

Wait!! I hear his voice.

Oh, God! Aku lupa akan benda kecil ditelinga ku. Invisible earpieces yang dipasang Xavier kemarin, aku melupakannya.

Tanganku bergerak menyentuh telinga kiri ku, semakin menekan benda itu ke telingaku. Berharap suara tadi benar benar berasal dari alat ini, dan aku bisa mendengarnya kembali.

DARK Eyes Prince [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin