Part 34 : Gavin pergi jauh

Mulai dari awal
                                    

"Nggak perlu, karena gue udah anggep Givea sebagai temen baik gue" ujar Lina menatap Givea penuh arti.

"Lalu ... kita enggak nih?" tanya Farah sedikit menggoda.

"Lo semua temen gue kalo lo nganggep, soalnya prinsip gue kalo gue dianggap ya gue akan menganggap orang itu balik tapi kalo enggak ya gue enggak!"

Mereka semua terperangah mendengar ucapan Lina barusan.

"Gue baru tau kalo ternyata lo adalah sepupunya Gavin" sahut Deni menatap Lina dengan tak percaya.

"Ngomong-ngomong soal Gavin, gue jadi kangen sama dia, biasanya kita selalu ke kantin bareng" ucap Romli sendu, tersirat guratan kesedihan dalam tatapan cowok itu.

"Uhuk Uhuk" Givea yang sedang meminum jusnya pun refleks tersedak ketika mendengar lontaran kalimat dari Romli barusan.

Farah menepuk-nepuk pundak Givea pelan.

"Lo gapapa kan Giv?" tanya Dinda memastikan.

Givea mengangguk "I'm fine" lirihnya. Namun kalimat itu berarti lain hal baginya.

"Gue juga kangen sama Gavin, gimanapun nggak sukanya gue sama sikapnya tapi bagaimanapun juga Gavin tetep sahabat gue" sahut Deni dengan nada bicara melemah.

"Apalagi gue Den, gue lebih lebih kangen sama Gavin walaupun Gavin sering ngebuat hati gue sakit tapi perasaan gue nggak pernah bisa berubah sedikitpun" batin Givea berseru.

"Udah guys gausah mellow, kita sama-sama berdoa aja semoga Gavin bisa cepet sadar dari komanya" ucap Farah membuat mereka semua mengangguk.

Rizal berpindah duduk di samping Givea dan menepuk-nepuk pundak cewek itu pelan "Gue tau lo kuat Giv" ujarnya lirih sebelum berlalu pergi dari hadapannya.

Givea terdiam seribu bahasa.

*****

"Rizal tunggu!"

Cowok itu menghentikan langkahnya tepat di tangga rooftop, Rizal membalikkan tubuhnya dan tersenyum tipis ke arah Givea.

"Sini" perintahnya membuat Givea berlari mendekat dan memeluk tubuh Rizal refleks.

Rizal memejamkan mata, membiarkan Givea memeluknya untuk beberapa saat, ia hanya tersenyum sembari membelai lembut rambut Givea yang tercium aroma khas shampoo bayi.

"Maafin gue" lirih Givea dalam dekapannya. Hal itu membuat hati Rizal semakin tercubit.

Givea adalah kelemahannya.

Cukup sudah ia berpura-pura kuat selama ini, inilah jati diri Rizal yang sebenarnya. Lemah.

Givea mengurai pelukannya dan menatap Rizal sendu "Maaf Zal, maafin sikap gue semalem"

Rizal menggeleng kuat "Lo nggak salah apa-apa Giv, disini gue yang salah dan harusnya gue yang minta maaf bukan elo!" ucap Rizal sembari meraih tangan Givea dan membawanya dalam genggamannya.

"Lo nggak perlu nyalahin diri lo Zal, gue yang nggak tau diri, harusnya gue paham kalo cinta itu emang datangnya tanpa permisi" balas Givea menatap dalam manik Rizal.

"Harusnya lo nggak suka sama gue Zal, gue nggak pantes buat lo sukai, gue terlalu menyakiti hati lo, lupain perasaan lo ke gue Zal, lupain ..." lirih Givea sembari menarik kedua tangannya dari genggaman tangan Rizal.

Deg.

Hati Rizal semakin hancur saat ini.

Bagaimana bisa ia melakukan hal itu? Melupakan seseorang yang ia cintai, walaupun nyatanya memang harus seperti itu.

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang