Part 29 : Rumah sakit

Start from the beginning
                                    

"Namanya Gavin Nathaniel" jawab Givea cepat.

"Sebentar ya mbak saya carikan dulu" ujar resepsionis itu masih mencari daftar nama membuat Givea menghela napas tak sabaran.

"Pasien yang bernama Gavin Nathaniel berada di ruang ICU nomor 134 mbak"

"Oke makasih ya mbak" balas Givea langsung berlari mencari kamar nomor '134'.

Setelah menyusuri beberapa ruangan akhirnya ia sampai di ruang ICU nomor 134, dan di depan ruangan itu disana sudah ada Romli, Deni, Farah, Dinda, Lina, Kiya dan orang tua Gavin yang menunggu di luar.

"Far kak Gavin dimana?" tanya Givea sangat panik.

"Gavin lagi di dalam nak masih di periksa sama dokter" bukan Farah yang menjawab melainkan Levan ayahnya Gavin.

"Tapi kak Gavin baik-baik aja kan om?"

"Om juga gatau nak"

Givea mengusap wajahnya gusar "Kenapa kak Gavin bisa kecelakaan gini sih?"

"Ceritanya panjang Giv nanti kapan-kapan gue jelasin" ucap Romli.

Ceklek.

Semua pandangan kini tertuju pada dokter yang baru saja keluar dari ruangan Gavin.

"Dok gimana keadaan anak saya dok?" tanya Sandra mama Gavin nampak khawatir.

"Maaf buk, keadaan anak ibuk saat ini sekarang sedang dalam kondisi kritis dikarenakan bagian kepala pasien mengalami luka parah mungkin karena terbentur kuat" kata Dokter.

Duarr.

Bagaikan di sambar petir hati Givea hancur menyeluruh baru saja kemarin dirinya ingin pergi meninggalkan Gavin dan sekarang malah Gavin yang seakan ingin meninggalkannya.

Tak lain halnya dengan semuanya yang ada disana yang nampak syok.

"Enggak! nggak mungkin kan dok? anak saya pasti baik-baik aja" tegas Sandra tak percaya.

Kiya menggeleng lemah "Dokter pasti salah periksa! adik saya nggak mungkin separah itu dok kondisinya"

"Maaf mbak, buk tapi saya hanya berkata apa adanya" ujar Dokter itu.

Sandra dan Kiya saling memeluk satu sama lain mengurai tangisannya atas hancurnya hati mereka yang sama-sama pedih karena kondisi Gavin.

Sedangkan Givea pertahanannya luruh seketika ketika mendengar seseorang yang ia sayangi harus berjuang diantara hidup dan mati.

"NGGAK DOKTER BOHONG KAN? DOK TOLONG JANGAN MAIN-MAIN SAMA SAYA DOK, SAYA LAGI SERIUS" teriak Givea emosi jujur hatinya sangat hancur bahkan ia sudah menangis sejadi-jadinya.

"Giv sadar Giv, lo harus kuat" bisik Dinda sedih sembari mengusap punggung Givea untuk menenangkan sahabatnya itu.

"Ta-tapi Din kak Gavin ga mungkin--"

"Enggak Giv, kita semua harus sama-sama berdoa aja semoga kak Gavin bisa ngelewatin masa kritisnya" balas Deni.

Dokter itupun menatap Givea dengan rasa iba "Mbak yang tenang dulu ya, saya pasti akan memberikan yang terbaik untuk pasien" kata sang dokter membuat emosi Givea sedikit melemah.

"Dok tolong berikan penanganan yang maksimal untuk Gavin dok agar Gavin bisa melewati masa kritisnya, saya mohon" pinta Lina yang sudah berurai air mata.

"Pasti mbak kami pasti memberikan penanganan terbaik untuk semua pasien, yasudah kalo begitu saya permisi" kata dokter itu dan berlalu pergi.

Lina terduduk lemas di kursi, hatinya pun sama hancurnya dengan Givea karena Gavin adalah satu-satunya sepupu yang ia punya, lantas apakah ia akan kehilangan seseorang lagi? ia benar-benar trauma dengan keadaan yang seperti ini.

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Where stories live. Discover now