Part 23 : Menjauh (Sudah revisi)

Start from the beginning
                                    

"Ya boleh sih, cuman punya gue udah kelar Za, baru aja gue kerjain."

"Yah telat dong."

"Ya lo nggak bilang sih kalo mau ke rumah gue."

"Hehe maaf. Yaudah kalo gitu temenin gue aja," pintanya dan Givea hanya mengangguk menyetujui.

Rizal mulai mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tas dan mengerjakan tugasnya. Sekali-kali Rizal juga bertanya tema apa yang bagus untuk cerpennya. Dan Givea hanya menjawab sebisanya.

"Mau minum apa?" tawar Givea setelah mereka selesai.

Rizal menggelengkan kepalanya. "Gausah repot-repot Giv!" tolaknya.

"Gapapa, gue buatin kalo mau, gimana?" tawarnya.

"Entar aja deh. Gue belum haus."

Givea hanya mengangguk-angguk saja.

"Giv?" panggil Rizal membuat Givea kembali menoleh dan menaikkan sebelah alisnya.

"Lo cantik kalo pake daster."

Givea melotot sambil memandangi pakaiannya. Daster putih motif buah plum yang dibelikan oleh Gilang saat ikut maminya ke mall ternyata tidak buruk juga.

*****

Esok harinya Givea berangkat bersama Gilang. Lagi, adiknya itu sengaja membawa mobilnya atas suruhan sang mami dan yah Givea hanya mengalah saja daripada berdebat. Gilang kini mengantarkannya sampai di depan gerbang sekolahnya.

Givea turun dari mobil dan Gilang segera pergi. Belum sempat Givea melangkahkan kaki dari sana, sudah ada orang yang mencekal pergelangan tangannya.

Givea menoleh dan kaget saat mendapati Gavin yang kini tersenyum padanya, jantungnya mendadak berpacu. Ini masih pagi loh!

"Cerpen lo mana?"

"Hah?"

"Bu Meira minta gue buat ngambilin semua cerpen anak-anak, termasuk kelas lo juga. Mumpung kita ketemu disini, jadi cerpen lo siniin!" jelasnya membuat Givea mengerjap.

Lagi-lagi otaknya meng-loading dulu setiap bertemu dengan Gavin.

"Ayo cepet, mana?" ucap Gavin tak sabaran.

Givea pun mengeluarkan cerpennya dari dalam tas dan menyerahkannya pada cowok itu.

"Udah kan kak?" Givea pun melengos, ingin pergi menghindari Gavin. Tapi belum jauh, suara Gavin sudah menginterupsinya kembali.

"Giv, tunggu!" Cowok itu mengejarnya.

"Lo masih marah ya sama gue?" tanyanya membuat Givea terdiam.

Givea menghela napas berat, kemudian menampilkan ekspresinya sebaik mungkin. "Nggak sih kak, kenapa juga harus marah? Kak Gavin nggak pernah ada salah," bohongnya.

Gavin terdiam sebentar sebelum kembali berucap. "Maaf," lirihnya.

Maaf? Seriuskah?

"Gaada yang perlu dimaafin atau minta maaf kak!" balas Givea tenang.

Hening.

"Kaki lo masih sakit?" tanya Gavin basa-basi.

"Udah lumayan membaik," balas Givea cuek. "Kalo gitu aku duluan."

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Where stories live. Discover now