Part 21 : Ada apa dengan hati? (Sudah revisi)

Start from the beginning
                                    

"Maksud mama cewek aneh itu?"

"Hush kamu gaboleh ngatain orang seperti itu, nggak baik Gavin!" tegur Sandra.

Gavin memutar bola matanya malas. "Memang dia aneh kok mah, padahal Gavin udah tolak dia berkali-kali tapi tetep aja dia masih ngejar-ngejar Gavin, dan itu yang Gavin kurang suka dari dia, kayak gaada harga dirinya banget jadi cewek."

"GAVIN! mama nggak ngajarin kamu ngomong kayak gitu!" Intonasi Sandra mulai meninggi saat tanpa sadar Gavin melontarkan kalimat kasar.

"Maaf mah.." lirihnya.

"Itu tandanya dia tulus cinta sama kamu, setidaknya kamu hargai dia. Walaupun mama belum pernah ketemu sama cewek itu, tapi mama yakin kalo dia baik dan mungkin dia lebih baik daripada seseorang yang sudah meninggalkanmu begitu saja," ucap Sandra menohok Gavin.

Gavin mengerutkan keningnya heran, pasalnya mamanya ini belum pernah memuji perempuan seperti sekarang ini yang seakan-akan seperti mendukungnya berhubungan dengan cewek itu.

"Tapi Gavin nggak suka sama cewek aneh itu mah, mama tau kan kalo cinta itu gabisa dipaksa!" protes Gavin tak setuju.

Sandra menanggapi ucapan putranya dengan tersenyum kecil. "Kamu bukan nggak suka dia nak! Namun kamu hanya belum bisa, lebih tepatnya belum bisa melupakan dia yang sudah menyakitimu berkali-kali. Dan malah menyia-nyiakan orang mencintaimu dengan tulus. Ayolah coba dipikirkan lebih dalam lagi!" ucapnya menasehati.

Lagi-lagi Gavin dibuat bungkam oleh ucapan mamanya.

*****

"Woy Gavin gimana nilai lo tadi?"

Baru saja dirinya menuruni anak tangga dengan mengendap-endap agar tak bertemu si nenek lampir di rumah ini, eh malah sekarang ketahuan dan parahnya suara si nenek lampir itu sudah menggema di penjuru ruangan. Shitt.

Gavin hanya diam tak merespon.

"Vin Vin, anjir kenapa gue dicuekin sih ogeb!" umpat Kiya yang kini mengekor di belakang Gavin.

Gavin terus melanjutkan langkahnya tanpa berniat menoleh sama sekali, karena ia yakin kakaknya itu hanya memancing-mancing dirinya saja dan nantinya akan berakhir menjadi perdebatan pastinya.

Saat ini Gavin sedang malas untuk berdebat dengan Kiya yang tak akan ada habisnya, ia sudah hafal betul bagaimana seorang Kiya tak akan bisa serius jika berbicara padanya.

Kiya mencekal pergelangan tangan adiknya dan menariknya ke belakang kuat sehingga membuat sang empu berhenti mendadak dan kehilangan keseimbangan.

"Anj*ng sialan," umpat Gavin refleks saat tubuhnya terjungkal ke belakang dan bokongnya hampir menyentuh lantai, sedangkan Kiya kini sudah tertawa terbahak-bahak.

"Untung aja gue nggak jatuh. Nasib-nasib," gumam Gavin sambil memegangi dadanya yang masih deg-degan.

Gavin mendelik sebal menatap Kiya. "Dasar kakak laknat, gue jatoh bukannya ditolongin malah di ketawain" batinnya geram.

"Puas lo kak?" tanyanya kesal.

Kiya menghentikan tawanya sebentar, lalu kembali terbahak. "Puas haha, puas banget malahan," ujar Kiya dengan muka menyebalkannya, sedangkan Gavin sudah mengumpati kakaknya tak karuan.

"Vin btw jalan yok!" ajak Kiya mendadak.

Hell? setelah tadi menertawainya, kini kakaknya mencoba untuk membaik-baikinya. Oh no tak semudah itu ferguso!

"Ngapain ngajak gue? Sama pacar lo aja sana!"

Sedangkan Kiya merengut. "Pacar gue sibuk," jawabnya.

"Yaudah mending sekarang lo diem di rumah aja, gausah banyak bawel, gue lagi sibuk ga bisa diganggu!" tolaknya penuh kemalasan.

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Where stories live. Discover now