Bab 29. Senja Hari Ini Terasa Berbeda

3.6K 563 47
                                    

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Bab 29. Senja Hari Ini Terasa Berbeda

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Kaisar Shu benar-benar memperlihatkan kekejiannya saat ini. Semua orang yang terlibat dalam kasus Serikat Dagang Wang dihukum mati hingga ke akarnya. Kaisar mengatakan penting membunuh hingga akar agar tidak ada tunas yang tumbuh di masa depan.

Sementara itu, Selir Fong hanya bisa meratapi nasib buruknya dalam keheningan. Kamar yang menjadi penjara rumah terasa sangat dingin dan sepi.

Tidak ada lagi perhiasan dan riasan yang menghiasi wajah cantiknya. Sang selir yang tahun ini berusia empat puluh lima tahun terlihat pucat, rambut hitam legamnya terurai hingga melewati pantat.

Dayang yang selalu menemaninya sudah dihukum mati beberapa hari lalu, dan kini Selir Fong hanya bisa menunggu waktu kapan maut akan datang menjemputnya?

Tatapan Selir Fong terlihat kosong. Tidak menyangka jika karma akan berbalik, menamparnya dengan keras. Kaisar sudah menghabisi seluruh Keluarga Wang. Ah, tidak semua, karena Pangeran Kedelapan masih hidup. Putranya memiliki darah Keluarga Wang, dengan begitu garis keturunannya tidak akan terputus. Ia hanya perlu memastikan putranya untuk menjaga sikap. Hanya itu satu-satunya cara untuk bisa bertahan hidup, pikirnya.

Sementara itu di tempat lain, Er Huang tidak bisa menyembunyikan amarahnya saat melihat kondisi Lan Hua. Adiknya baru saja dipindahkan ke paviliun milik Putra Mahkota setelah beberapa waktu menghilang.

Er Huang bahkan nyaris putus asa, berpikir jika adiknya sudah tewas. Dia sudah menyusun siasat, berniat untuk membalas dendam jika Lan Hua tewas di dalam istana ini.

"Tabib, bagaimana kondisi adikku?" Er Huang bertanya kepada tabib wanita muda yang baru saja keluar dari dalam kamar Lan Hua.

Dengan penuh hormat, Ching Er memberi salam dan menjawab dengan nada menenangkan, "Luka di punggung Putri Mahkota sudah mulai mengering," terangnya. "Kami menggunakan obat terbaik, selain itu tabib utama istana juga akan bertangungjawab untuk kesembuhan Putri Mahkota. Selebihnya yang diperlukan Putri Mahkota untuk sembuh saat ini adalah istirahat."

Persetan dengan obat terbaik! Er Huang bicara di dalam hati. Rahangnya mengeras. Amarahnya kembali bergelora setiap kali teringat Lan Hua menerima hukuman cambuk demi melancarkan rencana Kaisar untuk menjebak komplotan Serikat Dagang Wang.

Ia masih mengetatkan rahangnya saat Ching Er pamit undur diri untuk merebus obat di dapur. Sungguh, Er Huang tidak menyangka Kaisar bisa setega itu, mengumpankan keselamatan Putra Mahkota demi kepentingannya, dan bodohnya, Lan Hua malah masuk ke dalam lingkaran itu.

Er Huang baru saja akan berjalan masuk ke dalam kamar Lan Hua saat sebuah suara serak menghentikannya.

"Pangeran Er Huang?"

Dengan gerakan lambat sang pemilik nama menoleh. Satu alisnya diangkat tinggi saat melihat Feng Mian berjalan susah payah ke arahnya.

Dua orang kasim menopang tubuh Putra Mahkota. Ketiganya berjalan perlahan hingga tiba di depan Er Huang. "Kenapa kau ada di sini?" Pertanyaan itu langsung dilontarkan Er Huang dengan nada gemas. Lan Hua dan Feng Mian, keduanya benar-benar bodoh.

TAMAT - Princess Lan HuaWhere stories live. Discover now