Bab 35. Memeluk Bulan. 2

2.1K 359 9
                                    

Dilarang menyalin, menjiplak atau mempublikasikan cerita tanpa izin penulis.

Mohon maaf apabila ada beberapa bagian cerita yang loncat-loncat. Versi lengkap dapat dibaca di versi cetak/ebook. 

Yang sudah membeli versi cetak, harap bersabar ya. Buku masih dalam proses cetak. T-T

Happy reading!

.

.

.

Bab 35.2 Memeluk Bulan

.

.

.

"Akhirnya kami bisa menemukanmu!" Suara keras seorang pria berhasil mengehentikan gerakan Lan Hua yang tengah memukul Feng Mian secara membabi buta. Wanita itu menoleh hanya untuk mendapati sepuluh orang pria berdiri dengan senjata teracung ke udara.

Lan Hua bisa langsung mengenali orang-orang itu. Mereka utusan dari Suku Utara. Tentu saja, pikirnya. Mereka tidak akan melepas Lan Hua dengan mudah. Bagaimanapun ia telah membunuh kepala utusan mereka, dan wajar rasanya jika mereka ingin membalas dendam dengan membunuh Lan Hua.

"Mata dibalas mata, darah dibalas darah!" tukas pria yang sama. Nada bicaranya terdengar kasar. Bahkan aroma tubuhnya seburuk penampilannya.

Lan Hua tidak memberikan reaksi apa pun, sebaliknya dengan tenang wanita itu menarik sebuah pedang dari dalam gagang payungnya. Mata pedang milik Lan Hua sangat lentur hingga dapat disembunyikan dengan mudah bahkan di dalam ruang sangat sempit sekali pun.

"Menakjubkan!" puji Feng Mian saat Lan Hua berhasil menarik pedang miliknya. Kedua mata pria itu berbinar untuk alasan aneh. "Apa aku harus bersyukur karena kau memilih memukulku bukan mencincangku?" tanyanya dengan nada bercanda.

Lan Hua memilih abai. Wanita itu sedang tidak ingin bercanda. Tubuhnya bergerak gesit untuk menyerang saat lawan mulai mengepung, dan pertarungan sengit pun terjadi.

Dengan mudah Lan Hua melingkarkan mata pedangnya ke leher penyerangnya yang paling dekat. Tanpa berkedip wanita itu menarik gagang pedang hingga membuat leher korbannya putus.

Raungan marah membelah keheningan lembah. Suara pedang beradu kembali terdengar. Lan Hua bertekad menghabisi kesepuluh pria ini di sini. Dia tidak mau mendapat masalah dikemudian hari karena meninggalkan saksi.

"Jangan ikut campur!" desis Lan Hua kepada Feng Mian yang dengan rendah hati bersedia membantunya untuk menghabisi musuh. Kini hanya tersisa dua orang musuh yang bertahan. Anggap saja Lan Hua beruntung karena penyerangnya masih dipengaruhi oleh alkohol hingga memberi kesempatan lebih besar bagi Lan Hua untuk memenangkan pertempuran ini.

"Anggap saja aku sedang berbaik hati," jawab Feng Mian. Pria itu meloncat ke arah belakang saat sebuah tusukan diarahkan kepadanya. Bergerak gesit, Feng Mian memutar badan lalu berbalik untuk melayangkan sebuah tendangan keras ke ulu hati lawan sebelum akhirnya menutup pertarungannya dengan sebuah tusukan tepat di jantung.

Mati, pria kedua mati. Feng Mian melepas napas panjang, sementara matanya mengamati pertarungan lain yang masih terjadi. Mata tajam pria itu tidak lepas dari sosok Lan Hua. Tubuh wanita itu saat menyerang terlihat seringan peri. Tusukan pedangnya sangat akurat hingga tidak perlu waktu lama untuknya memenangkan pertempuran ini.

Suasana kembali hening. Lan Hua mendengkus, menunduk menatap gaun putihnya yang kini kotor oleh lumpur dan noda darah.

"Tenang saja, aku bisa membelikanmu ratusan gaun yang jauh lebih indah." Feng Mian bicara tanpa nada sombong, sebaliknya pria itu berkata sangat lembut, seolah ingin menenangkan wanitanya. Namun, balasan yang didapat berbanding terbalik dengan harapan Feng Mian.

TAMAT - Princess Lan HuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang