Bab 16

7.1K 823 19
                                    

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Bab 16

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Salah satu kamar tamu di kediaman Jenderal Wang Shu kini ditempati oleh Er Huang. Setelah menimbang beberapa saat, Feng Mian akhirnya memilih untuk meminjam salah satu ruangan di kediaman Wang untuk tempat Er Huang istirahat dan merawat lukanya.

Suasana di dalam ruangan itu begitu sunyi. Er Huang duduk memunggungi Lan Hua yang terlihat sibuk mengobati luka tusukan di punggung kiri kakaknya itu. Feng Mian, Wang Shu serta Xiang xiang menunggu di luar kamar, sementara Xin Luo bebeapa kali keluar masuk kamar untuk membawakan segala keperluan yang diminta oleh Lan Hua seperti air hangat, kain bersih serta obat luka. Semua disiapkan oleh pelayan Wang Shu tentu saja, tapi hanya Xiao Lan yang diizinkan untuk membawa barang-barang itu ke dalam kamar.

"Aku akan melihat keadaan kakak iparku." Feng Mian akhirnya bicara setelah berhenti berjalan mondar-mandir dengan ekspresi cemas. Xiang xiang langsung ikut berdiri sedangkan Wang Shu masih tidak menunjukkan ekspresi apa pun.

Tanpa bicara, ketiganya berjalan menuju kamar yang ditempati oleh Er Huang. Hanya ada lorong pendek yang perlu mereka lewati untuk sampai ke kamar itu.

Dengan hati-hati Feng Mian membuka pintu kamar, dan melangkah pelan, masuk ke dalam kamar. Suasana kamar yang sunyi menyambut kedatangannya. Langkahnya seketika terhenti saat melihat ke arah ranjang. Ekspresinya tidak terbaca saat melihat Lan Hua tengah meletakkan kening di punggung telanjang Er Huang.

Wang Shu dan Xiang xiang ikut berhenti berjalan. Tatapan mereka tertuju ke arah ranjang. Keduanya tidak bisa berkata-kata saat melihat pemandangan itu.

"Kapan ayahanda akan berhenti mengirimmu ke medan perang?" Suara Lan Hua merobek keheningan panjang di dalam ruangan itu. Kedua kakak beradik itu masih belum menyadari keberadaan tiga orang lain di dalam kamar. Keduanya terlalu larut dalam pikiran serta lamunan masing-masing hingga tidak menyadari kondisi di sekitar mereka.

Er Huang tidak langsung menjawab. Luka tusuknya sudah selesai diobati. Dengan gerakan pelan dia menarik hanfu bagian atasnya yang melingkar disekitar pinggul lalu dikenakannya dengan hati-hati. Cahaya lampion membuat bekas luka di tubuhnya terlihat jelas oleh mata telanjang.

"Aku tidak memiliki alasan untuk kembali ke ibu kota terlebih ke istana." Er Huang menjawab dengan nada biasa, walau dirinya tidak bisa menyembunyikan kegetiran di dalam suaranya. "Kau sudah tidak ada di sana, jadi kenapa aku harus berada di sana?"

Lan Hua terdiam. Tangannya bergerak, membantu kakaknya untuk mengenakan kembali pakaian bersih yang dipinjam dari Jenderal Wang Shu.

Kekehan pelan Er Huang terdengar miris di telinga pendengarnya. "Selain itu, medan perang tempat paling aman untukku. Kau tahu itu, kan?"

Lan Hua tidak menjawab. Sebutir air matanya jatuh. Namun, dengan cepat diusapnya dengan punggung tangan.

Di depan pintu, Feng Mian memilih membalikkan badan dan berlalu pergi, diikuti oleh Wang Shu dan Xiang xiang. Ketiganya melangkah pelan dengan pikiran penuh. Di belakang mereka, sayup terdengar suara Er Huang yang bicara dengan Lan Hua.

TAMAT - Princess Lan HuaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ