Bab 11

7.7K 987 52
                                    

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Bab 11

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Feng Mian berusaha untuk bersikap santai tanpa mengendurkan kewaspadaannya. Wang Shu baru saja kembali dan bergabung bersama mereka, dan dari caranya duduk, Feng Mian bisa tahu jika jenderal kepercayaannya itu tidak nyaman berada di dekat Er Huang. Sebagai seseorang yang sudah sering terlibat dalam perang, Wang Shu pasti tahu orang-orang berbahaya hanya dari auranya saja, dan Er Huang salah satu dari orang berbahaya itu.

Senyum memukau Er Huang membuat Feng Mian semakin tidak nyaman. Hatinya sedikit kesal karena tanpa melakukan apa pun Er Huang berhasil memikat para wanita yang ada di dalam restoran itu. Menjengkelkan, pikirnya sembari menyesap arak manis dari dalam cawan.

"Berapa lama Kakak ada di sini?" Pertanyaan Lan Hua untuk Er Huang mengembalikan Feng Mian dari lamunan panjangnya. Lewat sudut mata, putra mahkota mengamati setiap gerakan yang dilakukan oleh Er Huang dengan anggun.

"Paling lama dua minggu." Jawaban Er Huang membuat Lan Hua cemberut. "Kenapa ekspresimu harus seperti itu?" tanyanya. "Aku tidak mau membuat masalah di sini," ia menyambung, tenang. Er Huang meletakkan cawan di atas meja, tatapannya kembali terarah ke panggung para pemain musik di lantai satu. "Aku bisa mati jika wanita-wanita raja terpikat akan pesonaku."

Sungguh, Feng Mian ingin tertawa mendengar ucapan penuh percaya diri kakak iparnya. Kalimat itu diucapkan dengan santai, tanpa terdengar sombong. Namun, kenapa Feng Mian masih merasa terganggu?

Feng Mian mengerjapkan mata saat tatapannya beradu dengan Er Huang yang ternyata tengah mengamatinya dengan serius. Kakak iparnya menopang dagu dengan satu tangan, dan lagi-lagi pria terlihat sangat menawan. Pantas dia sangat percaya diri dan mengatakan bisa memikat wanita-wanita raja.

"Apa suamimu menjagamu dengan baik?"

Lan Hua dan Feng Mian terbatuk, kompak. Keduanya memalingkan muka ke arah lain, sementara Wang Shu menuangkan teh ke dalam dua cawan kosong lalu menyodorkannya kepada Lan Hua dan Feng Mian.

"Apa itu artinya 'tidak'?" Er Huang kembali bertanya dengan nada tenang yang sama. Satu alisnya diangkat naik, tatapannya beralih ke Xin Luo lalu kepada Wang Shu. "Jadi adik iparku tidak memperlakukan adikku dengan baik?" Pertanyaan itu kini ditujukan kepada Wang Shu.

Sang jenderal tidak langsung menjawab. dengan hati-hati ia memilih kalimat yang akan diucapkannya. "Kehidupan suami istri tidak mudah, jadi wajar jika keduanya bertengkar. Bukankah itu normal?"

Er Huang memiringkan kepala ke satu sisi. Ia mengamati Xin Luo yang tengah menepuk-nepuk pelan punggung Lan Hua. "Kau benar, sudah sewajarnya jika suami istri bertengkar."

Feng Mian dan Wang Shu tidak mengatakan apa pun. Keduanya merasa aneh karena Er Huang terlihat puas mendengar jawaban yang diberikan oleh Wang Shu. Kedua pria itu terdiam, lama, berusaha menikmati makanan dan minuman yang terasa hambar karena keberadaan Er Huang di meja mereka.

Oh, ayolah. Pangeran kedua dari Kerajaan Yuan Ming bahkan tidak melakukan apa pun, tapi kenapa mereka merasa begitu tertekan?

"Omong-omong, apa ayahanda mengatakan sesuatu hingga kau merasa terancam?" Feng Mian akhirnya memiliki keberanian untuk bicara santai kepada kakak iparnya. Ekspresi pria itu sesantai suaranya, walau jantungnya berdebar sangat cepat saat ini, terlebih saat Er Huang menoleh, lalu tersenyum lembut kepadanya.

TAMAT - Princess Lan HuaWhere stories live. Discover now