Bab 22. Berlutut

5K 669 27
                                    

Ebook tersedia di google book/play.

Versi cetak tersedia. Minat DM

.

.

.

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Bab 22. Berlutut

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Berita mengenai kasus yang menjerat Putra Mahkota menyebar cepat seperti angina topan. Sebagian besar pejabat serta anggota kerajaan memilih langkah mereka dengan hati-hati. Semua orang saling mengawasi. Semua orang saling mencurigai. Udara di istana terasa menyesakkan, mengikat semua orang ke dalam ketakutan. Sudah tiga hari Putra Mahkota dimasukkan ke dalam Istana Dingin, dan tidak ada satu orang pun yang diizinkan untuk menemuinya. Desas-desus mengatakan jika Putra Mahkota akan dicopot gelarnya dan dijatuhi hukuman seribu cambukan. Oh, bukankah itu sama saja dengan mati?

Di dalam paviliunnya, Permaisuri berlutut di depan altar persembahan. Kedua tangan lentik dan halus wanita itu saling bertangkup di depan dada. Mulutnya tidak berhenti merapalkan doa. Seorang dayang tua ikut berlutut di belakang tuannya, merapalkan doa untuk keselamatan Putra Mahkota yang kini dikurung di dalam Istana Dingin hingga putusan hukuman dijatuhkan oleh Kaisar.

Sementara itu, Er Huang yang mendengar berita mengenai hukuman yang akan dijatuhkan kepada Putra Mahkota langsung bergegas mengunjungi paviliun adiknya. Namun, dia terlambat karena Lan Hua sudah pergi ke pavilun utama untuk menemui Kaisar. Er Huang berdecak. Tatapannya bertemu dengan Xiang xiang yang sama khawatirnya. Di hadapan mereka, Dayang Ning duduk, lemah. Sesekali isakan meluncur dari bibirnya yang bergetar.

"Pangeran Er Huang." Dayang Ning menjeda singkat, berusaha menenangkan diri. Merasa tidak sopan, wanita itu dengan susah payah berdiri. Xiang xiang dengan sigap membantu Ning yang lemah untuk berdiri. Kedua kaki dayang itu gemetar, kehilangan kekuatan. Xiang xiang menopang tubuh sang dayang dengan perasaan khawatir.

Dayang Ning mengeluarkan sesuatu dari balik lengan hanfu-nya. Sebuah amplop cokelat dikeluarkan dari dalamnya lalu diserahkan kepada Er Huang. Tangan Ning gemetar saat menyerahkan surat itu.

"Putra Mahkota memerintahkan hamba untuk menyerahkan surat itu kepada Jenderal Wang Shu jika sesuatu terjadi kepadanya. Namun, jika tidak bisa bertemu dengan Jenderal Wang, Putra Mahkota memerintahkan hamba untuk memberikan surat itu kepada Anda."

Ning membersit pelan hidung dengan sapu tangan, lalu kembali bicara dengan nada serak yang sama, "Jenderal masih tidak datang berkunjung sementara hamba tidak diizinkan keluar paviliun, jadi hamba memberikannya kepada Anda."

Hening.

Wajah Ning semakin memucat. "Apa Jenderal Wang Shu mendapat masalah juga?"

"Tinggalkan masalah ini kepadaku," kata Er Huang. Embusan napasnya terdengar berat. "Mana Xin Luo?" tanyanya saat tidak melihat beradaan dayang kepercayaan adiknya.

"Xin Luo pergi bersama Putri Mahkota." Ning menjawab.

"Hamba akan mengantar Dayang Ning ke kamarnya." Xiang xiang bicara. Wajah pucat sang dayang membuat wanita itu khawatir sekaligus tidak tega. Entah apa yang akan terjadi ke semua penghuni di dalam paviliun ini nanti?

TAMAT - Princess Lan HuaWhere stories live. Discover now