Bab 43. Berharap Kepada Langit

2.1K 307 19
                                    

Dilarang menyalin, menjiplak atau mempublikasikan cerita tanpa izin penulis.

Mohon maaf apabila ada beberapa bagian cerita yang loncat-loncat. Versi lengkap dapat dibaca di versi cetak/ebook. Link ebook ada di profile saya. Versi cetak tersedia. Minat DM. ^^

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Bab 43. Berharap Kepada Langit

.

.

.

ER HUANG menangkis beberapa anak panah yang datang ke arahnya, cepat. Pria itu lalu meraih busur dan anak panah, melepas kembali ke arah musuh. Perhatian para prajurit yang berjaga di atas benteng ibu kota teralihkan oleh gempuran pasukan Feng Mian dan Er Huang yang tiada henti.

Suara pedang terdengar dimana-mana. Darah, suara tulang retak serta raungan kesakitan menyaru bersama air hujan yang turun.

"Segera kembali ke istana!" teriak Er Huang, berusaha menerobos suara hujan. "Kami akan menyelesaikan masalh di sini!" sambungnya. Feng Mian mengangguk, dengan cepat pria itu melajukan kuda tunggangannya saat pintu gerbang ibu kota terbuka lebar.

Tiga ratus prajurit segera merangsak masuk ke dalam ibu kota mengikuti langkah sang raja. Jenderal Lu yang masih memimpin pertempuran di dalam benteng segera memberi perintah prajurit-prajuritnya untuk mengamankan jalan bagi sang raja.

Suasana ibu kota begitu mencekam, malam itu. Para penduduk menutup jendela dan pintu rumah rapat-rapat, bersembunyi di dalam kegelapan dengan tubuh menggigil dan bingung.

.

.

.

Di dalam istana, Wang Shu menendang keras seorang prajurit yang menyerangnya. Sang jenderal menebas leher pria itu hingga putus. Wang Shu melap air hujan di wajahnya kasar lalu berlari saat netranya menangkap sosok Song Yu tengah bergerak menuju seorang prajurit yang membawa sesuatu di dalam gendonganya.

Suara tangis bayi menyadarkan Wang Shu. Emosinya meledak saat menyadari apa yang tersembunyi dibalik kain yang dibawa oleh prajurit itu. Membabi buta Wang Shu menebaskan pedang miliknya. Konsentrasi pria itu terpecah hingga tidak menyadari saat dua anak panah meluncur cepat ke arahnya.

Wang Shu jatuh berlutut saat dua anak panah yang dilepas menembus bahu serta kaki kirinya. Bernapas keras, Wang Shu mematahkan anak patah itu, lalu mencari keberadaan penyerangnya. Ia mengambil beberapa anak panah yang tergeletak di atas tanah lalu melemparnya kembali dengan kekuatan penuh ke arah penyerangnya tadi.

"Lan Hua?" Wang Shu berbisik lirih saat melihat sang pemilik nama berjalan kesusahan dengan pedang di tangan. Di belakangnya, terlihat Song Yi yang juga memegang sebuah pedang. Bertumpu dengan satu tangan, Wang Shu berusaha untuk berdiri. Kakinya gemetar saat dipaksa untuk berdiri.

Di tengah tumpukan mayat, Wang Shu berjalan, menyeret kakinya yang terluka untuk tetap berjalan, sementara tangannya dengan gesit menangkis lalu menebaskan mata pedang miliknya.

Atas perintah Song Yu, beberapa pembunuh bergerak ke arah Lan Hua. Mereka menyerang tanpa ampun wanita yang sudah sekarat itu dengan pedang. Lan Hua berjongkok saat sebuah tendangan mengenai perutnya dengan keras. Darah mengalir dari mulut wanita itu. Di belakangnya, Song Yi segera menerjang, menebaskan pedang di genggamannya secara membabi buta.

TAMAT - Princess Lan HuaWhere stories live. Discover now