Bab 24. Merajut Mimpi Bag 1

5.5K 690 27
                                    

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Bab 24. Merajut Mimpi Bag 1

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Keteguhan terpancar dikedua mata Lan Hua saat ia berjalan menuju Istana Dingin. Bangunan itu merupakan paviliun dengan halaman besar tempat mengasingkan keluarga kerajaan sebelum hukuman dijatuhkan. Istana Dingin terkenal berhantu, karena sejak didirikan hampir seratus tahun yang lalu, bangunan itu menjadi saksi bisu kasus bunuh diri anggota kerajaan yang diasingkan di dalamnya.

Bisa dikatakan tidak banyak anggota kerajaan yang masih bisa menghirup udara bebas setelah dimasukkan ke dalam Istana Dingin. Sebagian besar dari mereka berakhir di tiang gantungan, dipaksa minum racun atau dipukul hingga mati. Karenanya tidak sedikit yang memilih mengakhiri hidup mereka di dalam Istana Dingin. Setidaknya kematian mereka tidak disaksikan oleh ribuan rakyat di alun-alun ibukota.

Empat orang prajurit memberi salam lalu membuka pintu gerbang ganda benteng Istana Dingin. Langkah Lan Hua tertata saat melangkah masuk, melewati jalan setapak taman yang tidak terawat menuju bangunan utama.

Istana Dingin terdiri dari beberapa paviliun. Bangunan utama berdiri di tengah-tengah, merupakan bangunan terbesar diantara empat bangunan yang ada.

Terlihat dua orang prajurit menunggu di depan pintu masuk bangunan utama. Mereka mendapatkan perintah jika hanya Putri Mahkota yang diizinkan untuk masuk ke dalam Istana Dingin.

Lan Hua mengangguk. Dia menoleh, memerintahkan Dayang Ning serta Xin Luo untuk kembali ke Paviliun Putra Mahkota tanpanya. "Mulai hari ini aku akan menginap di sini. Kalian jangan khawatir karena Kaisar pasti menyediakan segala kebutuhan kami selama di sini."

Dayang Ning serta Xin Luo terlihat enggan. Keragu-raguan terlihat jelas di kespresi mereka. Namun, keduanya tidak bisa membantah. Mereka hanya bisa diam, memandangi punggung tuannya yang melangkah masuk ke dalam bangunan utama. Dan pintu pun ditutup kembali setelah Lan Hua masuk ke dalamnya.

.

.

.

Cemas, itu yang dirasakan Lan Hua saat mencari keberadaan suaminya. Rantang makanan dia letakkan di atas meja kosong. Kakinya melangkah cepat, mencari keberadaan Feng Mian.

He Hua akhirnya bisa bernapas lega saat menemukan Feng Mian berbaring di atas sebuah ranjang. Bangunan utama memang sangat luas, tapi hanya terdiri dari dua kamar. Satu kamar berisi sebuah meja dengan empat buah kursi, sementara satu kamar lagi berisi ranjang, serta peralatan untuk mandi dan buang air.

Ruangan itu terasa dingin. He Hua bahkan berani bersumpah jika bangunan ini lebih menyeramkan dari pada rumah kremasi.

"Feng Mian?" Lan Hua memanggil dengan nada lembut. Telapak tangan halusnya diletakkan di dahi Feng Mian. Wanita itu tersenyum tipis saat kelopak mata suaminya yang tertutup mulai bergerak. Feng Mian membuka kelopak mata itu dengan gerakan pelan. Lalu kembali menutupnya dan menyilangkan satu tangannya di atas mata.

"Sepertinya aku terlalu merindukan Lan Hua." Feng Mian bergumam. Pria itu terpekik saat merasakan pukulan keras di tangan kanannya. Feng Mian langsung bergerak, duduk di atas ranjang, menatap wanita di hadapannya lekat.

TAMAT - Princess Lan HuaWhere stories live. Discover now