Part 3 : Nebeng (Sudah revisi)

Mulai dari awal
                                    

"Em kak, anu kak itu em aku-" Mampus. Kenapa Givea jadi gugup terus berhadapan dengan Gavin?

"Gaje lo! Cepetan, gue ga punya banyak waktu buat ladenin cewek kayak lo!"

"Hehe maaf, aku cuma mau itu, emm kalo boleh aku ikut nebeng kak Gavin ya? Bisa kan kak? Soalnya adek aku belum pulang, ga bisa jemput. Dinda sama Farah juga udah pulang tadi," ucap Givea menunduk takut seraya meremas kuat-kuat roknya.

"Gak!" tolak Gavin tegas.

Benar kan dugaan Givea, kakak kelasnya ini memang selain susah didekati juga susah untuk dimintai tolong, padahal dirinya sangat butuh. Hanya Gavin orang terakhir yang Givea harapkan dan Givea tak akan menyerah membujuknya.

"Kak aku mohon banget sama kakak, kali ini aja ya pliss," pinta Givea meraih tangan Gavin dan menggenggamnya penuh harap.

Gavin menatap lekat-lekat wajah Givea yang berjarak amat dekat dengannya, bulu mata lentik, alis tebal, bibir merah muda tipis, pipi tembam, hidung mancung. Cantik sih, tapi sayang bukan tipe Gavin.

"Imut," batin Gavin memuji tanpa sadar.

Givea melambai-lambai di depan wajah Gavin yang melamun, Gavin terlihat aneh.

"Kak?" panggil Givea membuat sang empu tersentak.

"Bisa nggak sih lo gausah ngagetin!" bentak Gavin tak suka.

"Kok aku yang disalahin, kan kakak yang ngelamun sendiri," balasnya heran.

"Udah gausah berisik! mending lo ikut gue sekarang!" titah Gavin penuh penekanan sembari menarik tangan Givea entah ingin dibawa kemana.

*****

Gavin berjalan ke parkiran dengan tangan yang masih menarik tangan Givea. Gavin memaksa Givea untuk memasuki mobilnya hingga membuat Givea menggerutu pelan. Gavin langsung menyusul masuk ke dalam mobil dan melajukannya.

"Ini mau kemana sih kak?" tanya Givea penasaran.

"Diem!" titahnya.

"Kak jangan aneh-aneh ya! ini kita mau kemana sih?" Givea mulai was-was sedangkan Gavin mengedik acuh.

"Pulang," balasnya singkat.

"Pulang kemana?" tanya Givea masih bingung.

"Rumah lo! tapi kalo lo gabisa diem, gue pastiin lo bakal turun di jalanan," ancam Gavin membuat Givea langsung kicep, namun diam-diam Givea tersenyum penuh kegembiraan. Gavin mengantarkannya pulang? Apa kabar dunia?

"Kenapa gue tadi malah nebengin nih cewek aneh sih, kenapa nggak gue tinggalin aja di sekolah ya biar di culik sekalian, tapi kok gue kasihan sih liat wajah memelasnya dia ke gue tadi, ah tau ah bodo amat, gue ga peduli, mungkin gue udah gila!" batin Gavin frustasi dengan pikirannya.

Krauk. Krauk.

"Suara apaan tuh?" tanya Gavin spontan.

Givea melotot dan memegangi perut sialannya yang tiba-tiba berbunyi, perutnya minta diisi disaat yang tidak tepat. Givea menggigit ujung kukunya, perutnya ini sudah mempermalukannya di depan Gavin.

"Gatau kak, mungkin suara ayam kali," balas Givea pura-pura tuli.

"Ga ada ayam di mobil gue! gausah bohong!" ujar Gavin menoleh menatap Givea penuh selidik. "Lo laper kan?"

"Hehe iya kak," ucap Givea mengaku akhirnya.

"Ck, perut lo minta jatah?" Gavin berdecak.

"Hehe. Soalnya tadi di kantin aku cuma makan dikit. Tapi nanti aja kalo sampai rumah aku isi kok," jawab Givea kikuk.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun Gavin langsung membanting stirnya ke kiri, dan menghentikan laju mobilnya di depan salah satu restoran yang berada dipinggiran jalan raya besar.

"Kak kita mau ngapain kesini?" tanya Givea menatap Gavin penuh tanya.

"Udah gausah berisik! tinggal ngikut apa susahnya sih," balas Gavin dingin.

Mereka turun. Givea hanya mengekori Gavin dari belakang, hingga sampai di dalam restoran itu Gavin langsung memesan makanan.

"Kak Gavin kesini mau makan?" tanya Givea membuat Gavin menggeleng.

"Terus?"

"Lo yang makan!" balasnya cuek namun mampu membuat Givea terkejut, sebelum cacingnya berjingkrak kegirangan di dalam perut. Ternyata Gavin diam-diam perhatian ya?

Tak lama pesanan mereka datang. Gavin hanya memesan yang sekiranya Givea suka. Dan Givea tak memprotes saat makanan itu tiba di meja, artinya Gavin tak salah pesan.

"Makan!" titah Gavin menyuruh Givea memakan makanannya.

"I-ini serius buat aku? kalo aku tau tadi mending gausah kak, daripada ngerepotin," balas Givea tak enak hati.

"Emang lo tuh bisanya nyusahin gue! asal lo tau ya, lo itu udah sangat ngerepotin dari tadi di sekolah!" Gavin berkata kesal membuat Givea mengerucutkan bibirnya.

"Gausah sok imut," lanjut Gavin membuat Givea mendengus. Tapi kemudian ia menuruti perintah Gavin dan memakan pesanannya.

"Siapa yang sok imut sih. Emang dasarnya aku udah imut dari lahir kok," gerutu Givea dengan pd-nya, sedangkan Gavin memutar bola matanya jengah.

Givea menyantap makanannya dengan sangat lahap, saking sibuknya makan sampai-sampai dirinya tidak sadar kalau banyak saus yang belepotan di pinggiran bibirnya.

Gavin menahan sekuat tenaga agar tidak tertawa di depan Givea saat ini, bisa-bisa hancur harga dirinya kalau Givea nanti melihatnya tertawa.

"Disaat semua cewek bisa menjaga pola makannya di depan cowok, namun Givea berbeda. Givea malah berbanding balik dengan yang lain, cewek ini memang apa adanya, tidak malu dengan porsi makannya yang banyak walaupun ada gue, memang cewek aneh!" batin Gavin tersenyum tipis.

Bahkan secara diam-diam Gavin disana memotret Givea yang sedang makan. Entah akal gila dari mana Gavin melakukan itu, mungkin karena dirinya sudah ikutan gila ketularan cewek yang sangat dibencinya.

Dan entahlah untuk apa Gavin menyimpan hasil jepretan foto Givea di enkripsi galerinya, namun menurutnya hasil foto itu sangat cute dan sayang kalau di hapus.

****

Jangan lupa Voment💛

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang