Part 2 : Tak menyerah (Sudah revisi)

Start from the beginning
                                    

"Dasar cewek gila!

Givea tertawa kencang. "Makasih ya kak candaannya."

"Lo beneran gila ya?" tanya Gavin heran membuat Givea mengangguk.

"Kalo gilanya tentang kak Gavin, kenapa enggak?"

Gavin meraup wajahnya frustasi, dengan perasaan dongkol cowok itu bangkit dari tempat duduknya, Gavin langsung melenggang pergi tanpa mengucap sepatah katapun lagi.

"Bye-bye kak Gavin, semoga harimu tambah cerah!" teriak Givea yang masih di dengar oleh Gavin.

Gavin semakin mempercepat langkahnya sembari menutupi kedua telinganya, cowok itu menggeleng kuat, ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran seorang gadis yang bernama Givea Isabella yang tidak ngotak.

"Kita juga duluan ya Giv," ujar Romli pamit membuat Givea hanya mengangguk.

Deni menepuk-nepuk pundak Givea pelan sebelum ikut pergi. "Bentar ya, mau nyusul singa jantan gue, pasti bentar lagi ngamuk," ujarnya membuat Givea terbahak.

"AAAA BAPER GUE!!"

Setelah kepergian ketiga kakak kelasnya barusan, Givea langsung berteriak kegirangan bak orang gila. Banyak pasang mata yang terang-terangan menatap dirinya aneh dan benci. Tapi Givea tak peduli, yang penting sekarang dirinya bahagia.

"Lo ngapain sih teriak-teriak?! Bikin malu aja," cibir Farah yang baru kembali ke kantin.

"Bodo amat."

"Kenapa sih lo?" tanya Dinda penasaran. Cewek itu mendaratkan bokongnya di kursi bekas Gavin.

"Tadi kan gue nyamperin kak Gavin. Terus kak Gavin mau gue ajak bicara," ujar Givea kegirangan.

Dinda memutar bola matanya malas "Gitu aja senengnya minta ampun, Giv. Kayak udah dicium aja lo!"

"Yee kan jarang dia ngomong sama gue," balasnya tak terima. "Btw kalo dicium kayaknya gue bisa pingsan deh," lanjut Givea ngelantur sembari membayangkannya.

"Emang dia ngomong apa sama lo?" kini gantian Farah yang bertanya.

"Dia bilang gue cantik," balas Givea ngawur.

"Haluu teros bukk," sindir Dinda. Seratus persen Dinda tak akan percaya dengan ucapan Givea barusan.

Givea menatap Dinda kesal. "Serius anjir! lo sih dibilangin ngeyel."

"Sorry, tapi sayangnya gue ga percaya," balas Dinda santai.

"Gue juga," timpal Farah ikut-ikutan.

Givea mengerucutkan bibirnya sebal. "Ishh kalian mah gitu. Gabisa apa? biarin gue seneng dikit gitu."

"Lagian lo tuh, ngehalunya tinggi banget," cibir Farah menatap Givea malas.

"Iya deh enggak. Tadi Gavin nggak bilang gitu kok."

"Tuh kan apa gue bilang. Mana mungkin si singa bisa berubah jadi kucing," ucap Dinda.

"Bisa aja, gue jamin suatu saat dia bakal jatuh cinta sama gue," balas Givea dengan yakin.

Dinda memijat pangkal hidungnya. "Daripada lo ngaco mulu, mending sekarang kita pesen makanan, gue udah laper nih,"

"Nah bener tuh! Perut gue juga udah keroncongan," timpal Farah menyetujui.

Farah langsung bangkit dari kursinya pergi memesan makanan untuk mereka bertiga.

Dan tak selang beberapa lama, pesanan mereka datang, mereka bertiga langsung melahapnya dengan nikmat.

"Huh huh hah, pedasss," Dinda mengibas-ngibaskan tangannya kepedesan, cewek itu langsung menyambar minuman di meja dengan ngawur.

"Eh itu jus gue anjir," protes Farah ketika jusnya diminum oleh Dinda hingga tinggal setengah gelas.

"Sorry gatau. Udah terlanjur gue minum Far, hehe," balas Dinda nyengir lebar.

"Anjir lo! dasar bebek, bisanya nyosor punya orang lain aja," kesal Farah mendumel.

"Ya sorry, abis pedes banget baksonya. Btw gue manusia ya, bukan bebek," ujar Dinda meralat.

Farah melipat kedua tangannya di depan dada. "Lo bebek. Soalnya lo suka nyosor minuman gue! Ini bukan yang pertama kalinya loh!"

"Dikit doang kali."

"Dasar bebek!"

"Manusia siluman bebek," sahut Givea menimpali.

"SIALAN LO Giv!" murka Dinda membuat mereka tertawa.

Mereka masih tertawa terbahak dengan candaan yang mereka buat berikutnya. Hingga ada seseorang yang masuk ke kantin, yang mampu menghentikan tawa seorang Givea.

"Mbak jus apel satu," ucap Gavin kepada penjual kantin. Cowok itu berdiri tak jauh darinya.

Givea mengerjap beberapa kali, matanya masih menatap detail ke arah Gavin.

"Kak Gavin kok balik lagi?" tanyanya.

"Bukan urusan lo!" balas Gavin ketus.

"Em aku tau nih, kak Gavin pasti mau ketemu aku kan? iya deh iya, aku tau kalo aku ngangenin. Makanya kak Gavin gabetah lama di kelas," cerocos Givea dengan pedenya.

Gavin tak menanggapi, tapi setelahnya ia menatap Givea dengan tajam. "Gausah ge'er lo! Gue kesini cuman mau beli minuman," tegasnya.

"Gausah malu lah kak. Udah ngaku aja kak," ucap Givea menggoda.

Farah langsung menginjak kaki Givea yang berada di bawah meja. "Gausah mulai Giv," bisiknya pelan. Givea mengedik acuh, menganggap ucapan Farah hanya angin lalu.

"Bisa nggak sih?! Lo tuh sekali aja gitu, nggak gangguin hidup gue!" Gavin masih menatapnya tajam.

"Gabisa kak. Aku bakal terus gangguin kakak. Sampai kakak mau jadi pacar aku," balas Givea antusias.

"Lo tuh cewek dan berkali-kali nembak cowok! bener-bener gatau malu ya lo?" tajam nan pedas itulah kata-kata yang keluar dari mulut Gavin.

"Ngapain harus malu sih kak. Nggak ada salahnya kan merjuangin cinta? lagian dalam kamus besar bahasa cinta. Nggak ada larangannya cewek ngejar cowok, atau cewek nembak cowok!"

"Selama niat aku baik. Aku gak akan pernah malu. Walaupun aku harus ngejar cowok duluan."

Gavin mengangguk malas. "Yayaya, gue salut sih sama lo. Cuman sayangnya lo terlalu terlihat murahan di mata gue!" ujar Gavin blak-blakan.

Jika cewek lain yang mendapat semprotan kalimat pedas dari Gavin, pasti mereka akan mundur, tapi tidak dengan Givea, gadis itu tetap kokoh pada pendiriannya.

"Denger ya kak! Walaupun menurut kakak sikap aku ini terlihat seperti seorang murahan, tapi aku ga murahan kak. Aku cuman berjuang buat dapetin seseorang yang aku cinta. Aku cuman begini untuk kak Gavin! Apa itu salah? kalo kakak menganggap sikap aku murahan, lantas apa kabarnya seseorang yang terlihat baik di depan, bisa masuk ke dalam club malam?" tanya Givea berdiri menatap Gavin dengan berani.

"Dan satu lagi kak. Walaupun kakak berkali-kali nolak cinta aku. Tapi aku bakal tetap berjuang. Sampai kapanpun aku ga akan pernah menyerah. Sebelum ada sesuatu yang benar-benar ngebuat aku berhenti karena lelah," imbuhnya, lalu pergi meninggalkan Gavin yang terdiam di tempat cukup lama.

****

Jangan lupa Voment💛

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Where stories live. Discover now