5O : Itu Jenata

5.5K 264 14
                                    

......

Jenata menatap pantulan dirinya dicermin, tak bisa dipungkiri perutnya sedikit-sedikit membesar, tapi Jenata belum siap untuk jujur pada Jayden. Belum saatnya, Jenata takut Jayden takkan menerimanya.

Jenata membuka ponselnya menatap pesan dari Bir lama. Kemudian keluar kamar mandi untuk bersiap-siap pergi.

Siap tidak siap ya harus siap.

Jenata berjalan keluar gedung, didepan gedung sudah ada Bir yang menunggu Jenata dengan mobilnya entah dapat darimana.

"Hei, Jayden tahu kita pergi?" tanya Bir. Jenata mengangguk, "Aku sudah bilang sebelum dia berangkat kekantor." ucap Jenata.

Jenata masuk kemobil tanpa dibukakan pintu oleh Bir, Bir melesat pergi untuk membawa Jenata ketempat tujuan.

"Mana hasil tes ku?" tanya Jenata.

"Nanti setelah sampai ku kasih." ucap Bir.

Jenata mengangguk tak tahu kemana Bir membawanya, ia ikut saja.

Mereka berhenti didepan rumah sakit, "Kenapa kesini?" tanya Jenata bingung.

Bir tak membuka suara, Bir menarik Jenata membawanya ke ruangan dokter yang memeriksanya kemarin.

Bir menerobos, tanpa aba-aba dan melempar map coklat itu kemeja dokter yang kaget dengan kedatangan tiba-tiba Bir.

"Kau kenapa?" kaget Jenata dengan kelakuan Bir sekarang.

"Bagaimana bisa, bagaimana bisa bahkan usia kandungannya belum 2 bulan dan Jenata harus mengidap kanker darah? Hasil tesnya salah kan? Katakan padaku jika hasilnya salah. Atau kita cek lagi?" ucap Bir putus asa.

Dokter yang melihat itu merasa iba, mungkin sebagian orang akan berfikir bahwa Bir adalah ayah dari anak itu.

Jenata menatap kosong dokter setelah mendengar teriakan Bir ia terduduk memegamg perutnya.

"Kanker darah? Kenapa, kenapa harus aku?" tanya Jenata yang tak sadar air mata sudah membasahi pipinya.

Para suster membantu Jenata untuk duduk disofa, dan Bir juga.

"Biasanya setelah kandungan 4-6 bulan baru terdeteksi, tapi beruntung karena baru berjalan 2 bulan kita bisa melakukan pengobatan lebih dulu." ucap dokter.

Bir menatap dokter, "Tapi, jika menjalani pengobatan untuk sel kanker itu akan berbahaya untuk janin yang bahkan belum terbentuk sempurna itu!" kesal Bir.

Jenata hanya menggeleng-geleng, "Aku tak peduli dengan kanker itu." ucap Jenata berjalan keluar. Dikejar Bir.

"Tapi, aku yakin kita bisa mengobatinya." ucap dokter yang yakin.

Bir menoleh kebelakang, "Kanker darah untuk ibu hamil termasuk langka dan dari 10 ibu hamil yang menderita kanker darah hanya sekitar 3 yang berhasil benar-benar sembuh dan dapat menyelamatkan keduanya." ucap Bir dingin. Ia tak menyalahkan siapa-siapa tadinya ia berharap ini hanya kesalahan hasil tes.

Dokter terdiam, Jenata sudah berjalan pergi, ditatap iba oleh beberapa ibu hamil yang mendengar percakapan tadi sambil mengelus perut mereka.

MISS JENATA [Revisi Lagi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang