45 : What?

6.1K 303 10
                                    

.....

Hari Jayden dan Jenata berjalan-jalan ditepi pantai seperti janji Jayden dulu, Jayden akan membawa Jenata kesini lagi. Ketempat ini lagi.

Jenata tersenyum dengan bahagia sambil melambai, kearah Jayden yang menunggunya ditebing. Tak tahu kebahagiaan ini harus diungkapkan seperti apa intinya Jenata senang.

Jenata senang karena ada Jayden, Jenata bahagia karena punya Jayden dan Jenata dapat tersenyum karena Jayden. Artinya sumber kebahagiaan terbesar Jenata adalah Jayden, orang yang hanya bisa membuat Jenata tertawa lepas tanpa berfikir panjang.

"Huh aku lelah." ucap Jenata yang duduk disebelah Jayden sambil menyenderkan kepalanya ke bahu Jayden.

Jayden mengelus pipi Jenata, "Kenapa tadi malam ingin ke pantai hm?" tanya Jayden, tanpa melepaskan tangannya.

Jenata mengangkat kepalanya dan menatap Jayden, "Hanya ingin seperti ada kekuatan yang mendorongku. Kau tahu sudah hampir sebulan kita jarang bertemu karena kau begitu sibuk." sedih Jenata membuat Jayden tertawa kecil karena melihat Jenata begitu lucu.

Jenata memukul Jayden pelan, "Kau tahu akhir-akhir ini aku sering pusing dan kadang aku susah untuk melihat." ucap Jenata.

Jayden mengelus rambut Jenata, "Kita periksa setelah pulang oke?" tapi Jenata menggeleng, "Mungkin hanya masuk angin." Jenata berusaha agar Jayden tak khawatir. Jayden mengangguk karena tidak ingin berdebat dengan si keras kepala Jenata.

"Kau ingat apa yang ingin kau ceritakan dulu? Disini, ditempat ini?" tanya Jayden.

Jenata mengangguk cepat, karena Jenata tak pernah melupakannya sekalipun.

"Haha, kejadian itu berasa sangat lama." Jenata tertawa sebentar sebelum merebahkan dirinya di  paha Jayden. "Waktu itu kelas 9 mengadakan lomba, aku memilih tidak ikut karena berasa sangat percuma jadi aku hanya berada dikelas sendirian. Teman-temanku sibuk menonton lomba, tapi aku mudah bosan jadi hanya tidur dikelas seorang diri. Lalu tiba-tiba ada yang masuk dan mengganggu tidurku, ternyata dia teman sebangku ku, dia duduk sambil menatapku dalam aku tidak tahu apa yang terjadi padanya jadi aku hanya ikut duduk dan menatapnya dalam juga. Tiba-tiba dia memelukku dan mengatakan menyayangiku, aku tidak tahu jika itu adalah pertemuan terakhir kami, jika aku tahu aku akan mengatakan aku menyayanginya juga," Jenata menjeda ucapannya dan memejamkan matanya mencoba mereda tangis yang sudah akan jatuh dari matanya.

Jayden menghapus airmata Jenata dan menyuruh wanita ini untuk berhenti jika terlalu berat, tapi Jenata menggeleng dan melanjutkannya lagi. "tapi aku hanya berkata kau terlalu lebay, dia menggeleng dan melambai kearahku kufikir dia hanya akan menonton lomba lagi, jadi, aku hanya terus melanjutkan tidurku lagi. Tak berapa lama dari aku menutup mata ada banyak suara langkah kaki berlarian dikoridor, membuatku terganggu sekaligus penasaran. Akhirnya aku berjalan untuk melihatnya mengikuti anak-anak lain dan deg jantungku rasanya ingin jatuh. Aku tak tahu harus berucap apa aku hanya tertunduk lemas sampai tak tahu apapun lagi, setelahnya aku dicari kepala sekolah akrena orang terakhir yang ia temui sebelum dia bunuh diri adalah aku. Akhirnya banyak yang menjauhiku karena insiden itu, sampai aku SMA pun insiden itu terus berlanjut hingga aku dibully disekolah. Untung ada Daren." cerita Jenata tak sadar matanya sudah bengkak karena sambil menangis.

Jayden menciumi mata Jeanata agar gadis itu tak lagi menangis, hanya itu astu-satunya cara agar Jenata berhenti menangis. "sudah ya jangan menangis, kau tahu itu bukan salahmu. Tak ada yang berhak menyalahkanmu, kecuali ia ingin berhadapan denganku." ucap Jayden membuat Jenata tertawa. 

Jayden dan Jenata bersiap untuk naik keatas, karena Jenata sedang kelaparan.


.....

MISS JENATA [Revisi Lagi]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora