36 : Bukan Takdir, Tapi Disengaja

6.1K 380 44
                                    

.......

Stella, Ryan, Tom dan Bir mengantar Jenata ke Bandara.

"Hé, Jen, tu vas certainement me manquer beaucoup." (Hey, Jen pasti aku akan sangat merindukanmu.) Stella memeluk erat Jenata, seseorang yang sudah Stella anggap seperti kakaknya sendiri ini. Pasti berat untuk berpisah.

"Qu'à cela ne tienne, fais moi aussi un câlin." (Sudahlah, beri aku pelukan juga.) rengek Ryan.

Jenata melepas pelukan Stella dan memeluk Ryan.

"Ne tombez pas malade, ne vous blessez pas, mangez beaucoup, continuez à essayer et essayez d'être plus ouvert envers eux." (Jangan sakit, jangan terluka, makan yang banyak, terus berusaha dan berusaha lah lebih terbuka pada mereka.) pesan Jenata pada Ryan sambil menepuk-nepuk punggung Ryan Jenata berucap.

"Je t'aime Jenata!" (Aku menyayangimu Jenata!)

Jenata mengangguk dan melepas pelukannya. Beralih memeluk Tom yang menundukkan kepalanya.

"Ne tombez pas malade, obéissez à Stella et ne vous battez pas souvent avec Ryan." (Jangan sakit, patuhlah pada Stella dan jangan sering bertengkar dengan Ryan.) Jenata menepuk-nepuk punggung Tom.

Tom hanya mengangguk dalam pelukkan Jenata.

Kini Jenata beralih menatap Bir. "Hei, bagaimana ini kau tidak punya teman bertengkar lagi. Kau tidak punya seseorang untuk diganggu lagi. Aku pasti merindukanmu." setelah berucap itu Jenata memeluk Bir.

"Jangan sakit Jenata dan jangan terluka. Jika kau kesusahan panggil namaku tiga kali, aku tidak akan datang!" ucap Bir sambil terus memeluk Jenata.

"Kau juga, jangan terlalu keras bekerja dan jangan terluka."

"Aku secepatnya akan menyusulmu."

"Aku akan menjemputmu di Bandara saat kau datang nanti. Dan terimakasih sudah membantuku selama ini."

Bir hanya mengangguk, Bir melepaskan pelukan Jenata.

"Jangan sakit!" Jenata berjalan pergi sambil melambai untuk keempatnya.

....


Jenata menatap keluar jendela dipesawat.

"Aku terlaku dekat dengan awan sekarang." ucap Jenata dengan sedikit sedih.

Mengingat bagaimana lima tahunnya bersama Bir. Bohong jika Jenata berkata senang saat berpisah dengan Bir.

Bukankah rasanya sedikit menyedihkan berpisah dengan seseorang yang menyayangimu dengan tulus? Bahkan menemanimu saat-saat terpurukmu, tak pernah lelah dalam memberikan semangatnya untukmu. Selalu berusaha sekuat tenaga agar kau tidak menangis sendirian. Bir sudah seperti kakak yang selalu ada untuk Jenata tentunya.

Waktu berlalu dengan singkat, Jenata sampai di Negara nya sendiri. Tempatnya dilahirkan dan dibesarkan dengan baik oleh ayah tunggal yang sangat menyayanginya tentunya.

Jenata berjalan, ada puluhan ribu orang yang juga ingin berangkat dan datang bersamaan. Disini ramai tapi Jenata merasa sepi.

Tak ada orang yang menjemputnya ataupun orang yang ia kenal.

MISS JENATA [Revisi Lagi]Where stories live. Discover now